
MADIUN (Lentera) -Diskusi bertema anime One Piece yang digelar komunitas pemuda di Kota Madiun, menarik perhatian tak hanya peserta, namun juga pihak keamanan. Dua orang diduga aparat terlihat memantau jalannya kegiatan sejak awal acara berlangsung.
Sapta, salah satu peserta, Selasa (5/8/2025) mengatakan, yang berlangsung di Mucoffe, sebuah kafe di Jalan Salak, itu mengangkat tema yang kini sedang menjadi perbincangan hangat di masyarakat: simbolisme dalam One Piece, khususnya soal makna di balik pengibaran bendera Jolly Roger—bendera bajak laut bertopi jerami yang identik dengan tokoh utama anime tersebut, Monkey D. Luffy.
Husein Abdillah, salah satu narasumber diskusi, menjelaskan bahwa One Piece bukan sekadar tontonan hiburan. Menurutnya, anime ini memuat banyak pesan moral, mulai dari pentingnya kebebasan, solidaritas, hingga kritik terhadap penyalahgunaan kekuasaan.
“Dalam ceritanya, Luffy dan kru Topi Jerami sering menghadapi pemerintah dunia yang korup dan menindas rakyat. Hal itu mencerminkan semangat perlawanan terhadap ketidakadilan,” jelas Husein, yang juga mahasiswa Ilmu Komunikasi di salah satu perguruan tinggi di Madiun.
Senada, narasumber lain Septian Kharisma menuturkan bahwa sistem dunia dalam One Piece menggambarkan struktur kekuasaan yang hirarkis dan penuh ketimpangan. Pemerintah dunia dalam cerita anime itu bahkan membentuk narasi tunggal dan menutupi sejarah demi mempertahankan kekuasaan.
“Elite penguasa dalam cerita itu memanfaatkan kelompok bajak laut pro-pemerintah untuk membungkam kelompok lain yang dianggap mengancam. Ini menjadi gambaran simbolik yang cukup relevan dengan kondisi sosial saat ini,” ungkapnya.
Husein menambahkan bahwa pengibaran bendera Jolly Roger yang kini viral bukanlah fenomena baru. Namun perhatian publik terhadapnya meningkat karena dianggap sebagai simbol perlawanan. Ia menyayangkan jika ekspresi simbolik tersebut justru dianggap sebagai tindakan subversif.
“Penting untuk melihat konteksnya secara bijak. Banyak anak muda yang kini mulai menyuarakan aspirasi melalui media yang dekat dengan keseharian mereka, seperti anime,” ujar Husein.
Lebih lanjut, ia menilai narasi dalam One Piece memiliki resonansi dengan situasi nyata di Indonesia, terutama dalam hal ketimpangan sosial dan sentralisasi kekuasaan. Ia menyebut bahwa masyarakat kini semakin peka terhadap isu-isu keadilan, transparansi, dan akuntabilitas.
“Jika dahulu masyarakat kerap membandingkan Indonesia dengan kisah heroik dalam Naruto, kini banyak yang merasa One Piece lebih relevan. Alurnya kompleks, tokohnya beragam, dan pesan sosialnya lebih tajam,” pungkasnya.
Reporter: Wiwiet Eko Prasetyo|Editor: Arifin BH