14 August 2025

Get In Touch

Temuan Baru Ungkap Hobbit Diduga Berasal dari Sulawesi

Tengkorak manusia hobbit Flores dengan rahang bawah (Homo floresiensis). Foto: Shutterstock
Tengkorak manusia hobbit Flores dengan rahang bawah (Homo floresiensis). Foto: Shutterstock

SURABAYA (Lentera) - Selama ini, Pulau Flores dikenal sebagai tempat tinggal manusia purba bertubuh kecil yang dijuluki Hobbit. Namun, penemuan terbaru justru mengalihkan fokus para peneliti ke Sulawesi, yang ternyata menyimpan jejak migrasi awal manusia purba yang usianya lebih tua dari yang selama ini diperkirakan.

Sebuah penelitian terbaru mengungkap, manusia purba telah menetap di Sulawesi sejak 1,5 juta tahun lalu. Temuan ini membuka kemungkinan bahwa para Hobbit yang hidup di Flores dulunya datang dari pulau didekatnya, bukan langsung dari daratan Asia Tenggara.

Sudah lama para ilmuwan menduga manusia purba dari era Pleistosen berlayar menyeberangi wilayah kepulauan Wallacea, zona geografis unik yang memisahkan Asia dan Australia. Artefak di Pulau Flores, misalnya, telah berusia 1,02 juta tahun.

Fosil Homo floresiensis yang merupakan manusia Hobbit Flores juga ditemukan di pulau itu, sedangkan spesies mungil serupa, Homo luzonensis, ditemukan di Pulau Luzon, Filipina.

Namun kini, tim peneliti yang dipimpin oleh Dr. Adam Brumm dari Griffith University, bersama koleganya Budianto Hakim, berhasil menggali lebih dalam sejarah awal manusia di Sulawesi. Mereka menghabiskan puluhan tahun mencari bukti kehadiran manusia di Sulawesi sebelum mereka tiba di Flores. Hasilnya? Mengejutkan.

Segalanya berubah ketika tim menemukan tujuh alat batu dari batu chert di sebuah ladang jagung di Sulawesi Selatan. Diterbitkan di jurnal Nature, berdasarkan analisis sedimen dan fosil rahang babi yang ditemukan bersama alat tersebut, usia alat batu ini diperkirakan antara 1,04 hingga 1,48 juta tahun.

Menariknya, usia ini lebih tua dari artefak tertua yang pernah ditemukan di Flores. Artinya, besar kemungkinan manusia purba terlebih dahulu singgah di Sulawesi sebelum melanjutkan ke Flores, yang letaknya ratusan kilometer di selatan.

“Saya rasa ini satu keping teka-teki yang membuat teori bahwa Sulawesi adalah titik awal migrasi ke Flores jadi lebih masuk akal,” kata Brumm sebagaimana dikutip IFL Science.

Namun, ia menekankan bahwa tanpa adanya fosil manusia purba langsung dari Sulawesi, belum bisa dipastikan siapa sebenarnya pembuat alat-alat tersebut.

Hipotesis utama saat ini menyebut Homo floresiensis merupakan keturunan Homo erectus yang mengalami pengecilan tubuh akibat hidup terisolasi di pulau, fenomena yang dikenal sebagai island dwarfism.

Apakah populasi awal Sulawesi juga berasal dari Homo erectus? Apakah mereka juga mengalami evolusi serupa? Sayangnya, belum ada fosil manusia yang ditemukan untuk menjawab pertanyaan itu.

Misteri lain yang mencuat adalah, bagaimana manusia purba bisa sampai ke Sulawesi?

Brumm meragukan bahwa mereka memiliki kemampuan kognitif untuk membuat perahu atau merencanakan perjalanan laut yang kompleks. Ia justru menduga bahwa perjalanan melintasi laut pertama manusia bisa jadi terjadi secara tidak sengaja, mirip dengan cara tikus atau monyet tersebar secara alami.

Meski penemuan ini membantu mengisi celah dalam narasi migrasi manusia di Asia Tenggara, banyak misteri yang masih tersisa.

“Siapa sebenarnya mereka? Apa yang terjadi setelah mereka tiba di Sulawesi? Dan bagaimana ketika spesies kita manusia modern pertama kali menginjakkan kaki di Sulawesi sekitar 65.000 tahun lalu?” ujar Brumm.

“Apakah populasi sebelumnya masih ada saat itu, atau sudah punah? Dan jika belum punah, apa bentuk interaksi antara kita dan mereka?” 

Co-Editor: Nei-Dya/berbagai sumber

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.