
SURABAYA (Lentera) - Kasus tragis menimpa seorang balita berinisial R (3) asal Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, yang meninggal akibat infeksi cacing parah kini menyita perhatian publik. Tubuh korban dipenuhi cacing gelang (Ascaris lumbricoides), bahkan sempat beredar video yang menunjukkan cacing keluar dari tubuhnya dan menjadi viral di media sosial. Kejadian ini menjadi pengingat bahwa cacingan bukanlah masalah sepele, melainkan penyakit serius yang masih mengancam anak-anak Indonesia, bahkan orang dewasa.
Meski kerap dianggap sebagai “penyakit lama,” kenyataannya tingkat infeksi cacing parasit masih cukup tinggi, terutama di daerah dengan kondisi sanitasi yang kurang memadai. Hal ini menimbulkan pertanyaan penting: bagaimana cacing bisa hidup di dalam tubuh manusia, dan sejauh mana bahaya yang ditimbulkannya?
Cacing Bisa Bertahan di Tubuh Manusia
Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), infeksi cacing usus terjadi ketika telur atau larva tertelan melalui makanan, air, atau tangan yang terkontaminasi. Telur tersebut menetas di usus, kemudian larva bermigrasi melalui aliran darah menuju paru-paru, sebelum akhirnya kembali ke usus untuk tumbuh menjadi cacing dewasa. Di sinilah mereka bertahan hidup, menyerap nutrisi dari tubuh manusia, dan bahkan mampu bereproduksi hingga menghasilkan ratusan ribu telur setiap harinya.
Mayo Clinic mencatat bahwa cacing gelang dewasa bisa bertahan hidup selama 1–2 tahun di dalam usus. Panjangnya bisa mencapai 35 cm, dan pada infeksi berat, jumlah cacing bisa ratusan ekor, seperti kasus tragis di Sukabumi. Kondisi ini dapat menyebabkan gangguan gizi, penyumbatan usus, hingga komplikasi pada hati atau saluran empedu. Ada beberapa jenis cacing yang paling sering menginfeksi manusia:
Cacing Gelang
Ini adalah parasit besar berwarna putih atau merah muda yang panjangnya bisa mencapai panjang lebih dari 30 sentimeter. Mereka menetap di usus halus dan sering menyebar melalui makanan yang terkontaminasi.
Bila masuk dan menginfeksi tubuh manusia, parasit ini bisa berkembang biak dan bertambah banyak.
Dibanding orang dewasa, anak-anak lebih rentan terkena infeksi cacing gelang. Terutama jika anak memiliki beberapa kebiasaan yang bisa meningkatkan risikonya.
Cacing Tambang
Berbeda dengan jenis lainnya, parasit ini masuk ke dalam tubuh manusia melalui kulit ketika seseorang berjalan tanpa alas kaki di tanah atau kotoran yang mengandung larva.
Setelah masuk ke tubuh, parasit ini akan menempel ke dinding usus dengan “pengait”. Panjangnya biasanya kurang dari 1,27 cm.
Parasit ini bisa menyebabkan anemia dan masalah kesehatan serius lainnya. Untuk mencegahnya, pastikan kamu selalu memakai alas kaki saat pergi ke luar rumah.
Pasalnya, tanah yang kamu injak bisa jadi merupakan salah satu habitat parasit ini untuk berkembang biak.
Cacing Cambuk
Ini adalah jenis parasit yang menginfeksi usus besar manusia. Parasit ini memiliki bagian kepala bertekstur halus dan bagian ekornya menebal mirip seperti cambuk. Itulah mengapa parasit ini para ahli kenal sebagai cacing cambuk.
Seseorang bisa cacingan jenis ini bila ia tidak sengaja menelan telurnya. Misalnya bila tangan atau jari kamu terkontaminasi kotoran dan kamu memasukannya ke dalam mulut tanpa mencuci tangan terlebih dahulu.
Mengonsumsi sayuran atau buah yang tidak kamu cuci dan kamu masak dengan baik juga bisa meningkatkan risiko kamu terinfeksi cacing cambuk. Parasit ini bisa mengakibatkan penyakit trichuriasis.
Cacing Pita
Ini adalah parasit berbentuk panjang dan pipih yang panjangnya bisa lebih dari 20 kaki. Parasit ini bisa menginfeksi manusia melalui air yang terkontaminasi telur atau larva parasit ini.
Mengonsumsi daging mentah atau setengah matang juga bisa jadi penyebab kondisi ini. Hewan ini bisa menginfeksi otak manusia dan menyebabkan kondisi serius seperti sistaerokosis.
Jangan sepelekan penyakit cacingan, karena bisa menimbulkan berbagai gejala yang tidak nyaman.
Kremi
Ini adalah salah satu jenis yang paling umum menyerang manusia. Parasit ini berukuran kecil, kira-kira setengah inci panjangnya, dan biasanya ditemukan di usus besar.
Cara penularannya bisa terjadi ketika seseorang secara tidak sadar menyentuh telur-telur cacing kremi dan menelannya. Karena memiliki ukuran yang sangat kecil dan hampir tidak terlihat, telur parasit ini mudah terbang dan terhirup atau termakan manusia.
Telur pun bisa bertahan hidup di tempat tidur, pakaian, dan bahan lainnya.
Infeksi cacing kremi lebih sering terjadi pada anak-anak. Penyakit ini biasanya tidak berbahaya dan mudah diobati.
Gejala dan Dampak Kesehatan
Infeksi ringan sering kali tidak menimbulkan gejala. Namun, pada kasus yang lebih berat dapat muncul keluhan berupa nyeri perut, mual, muntah, atau diare. Kondisi ini juga bisa disertai kehilangan nafsu makan, penurunan berat badan, hingga malnutrisi. Jika larva bermigrasi ke paru-paru, penderita dapat mengalami batuk atau sesak napas. Pada infeksi yang parah, komplikasi serius seperti sumbatan usus, perforasi, bahkan gangguan pada organ lain dapat terjadi.
WHO memperingatkan bahwa cacingan pada anak dapat menghambat pertumbuhan fisik dan perkembangan kognitif, meningkatkan risiko anemia, serta mempengaruhi prestasi belajar.
Aturan Obat Cacing
Kasus balita asal Sukabumi yang meninggal dengan kondisi infeksi cacing parah menjadi pengingat bahwa penyakit cacingan bukan hal yang bisa diremehkan. Di Indonesia, infeksi cacing usus masih banyak ditemukan, terutama di daerah dengan sanitasi yang kurang baik. Itulah sebabnya, pemberian obat cacing secara berkala sangat penting, baik untuk anak-anak maupun orang dewasa.
Untuk Anak-anak
Pemberian obat cacing umumnya difasilitasi oleh puskesmas atau posyandu. Untuk anak usia 1–12 tahun, obat yang diberikan biasanya berupa Albendazole dengan dosis 200 mg hingga 400 mg, yang cukup diminum satu kali setiap enam bulan. Obat ini aman dikonsumsi dan telah terbukti efektif dalam membasmi cacing gelang maupun jenis cacing usus lainnya.
Untuk Dewasa
Orang dewasa juga tidak boleh mengabaikan konsumsi obat cacing. Beberapa pilihan obat yang dapat digunakan antara lain Albendazole 400 mg yang diminum sekali, Mebendazole 500 mg dengan dosis sekali minum, serta Pyrantel pamoate yang dinilai lebih efektif untuk mengatasi kasus cacing kremi atau pinworm.
Setelah minum obat cacing, biasanya cacing akan keluar melalui feses. “Cacingnya bisa keluar dalam keadaan utuh, atau sudah terurai dan hancur. Keduanya normal, tergantung dari cara kerja obatnya. Jadi jangan khawatir kalau bentuknya berbeda,” tambah dr. Farhan.
Co-Editor: Nei-Dya/berbagai sumber