03 September 2025

Get In Touch

Sertifikasi Perkerisan Pertegas Upaya Pelestarian Warisan Budaya

KRA Rivo Cahyono Setyonegoro menunjukkan salah satu koleksi kerisnya.
KRA Rivo Cahyono Setyonegoro menunjukkan salah satu koleksi kerisnya.

SURABAYA (Lentera) – Hadirnya lembaga sertifikasi profesi (LSP) Perkerisan Indonesia mempertegas upaya pelestarian warisan budaya. Sebab, sebagai kepanjangtanganan Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP), LSP ini membuktikan bahwa negara hadir mengakui profesionalitas pelaku budaya perkerisan baik itu yang bergerak sebagai kurator, creator, dan konservator.

Keris telah ditetapkan UNESCO sebagai warisan budaya dunia pada 2005 lalu. Dengan adanya sertifikasi, pekerisan dapat dijaga keberlanjutannya secara profesional, bukan sekadar praktik turun-temurun tanpa standar.

"Sertifikat ini bukan sekedar formalitas pengakuan dari negara, tapi yang telah mendapatkan sertifikat ini juga harus tetap menjaga tradisi dan memiliki tangung jawab besar menjaga tradisi perkerisan," tutur Direktur LSP Perkerisan Agung Guntoro Wisnu, Selasa (2/9/2025).

Agung Guntoro menegaskan, Sertifikasi kompetensi ini tidak hanya diakui negara tapi juga berlaku secara international.

"Pemerintah ke depan juga akan mendirikan balai lelang dan kurator yang tersertifikasi akan dikirim ke balai-balai lelang, bahkan pihaknya telah mengirim data kurator yang tersertifikasi ke balai lelang di rana eropa dan Amerika, sehingga para kurator ini diakui di dunia international," imbuhnya.

Salah satu program sertifikasi perkerisan dari BNSP melalui LSP Perkerisan Indonesia dilaksanakan dalam rangkaian acara "Harmoni Pemajuan Kebudayaan" di Neka Art Museum, Ubud, Gianyar, Bali, Senin (1/9/2025). Acara ini dibuka langsung oleh Menteri Kebudayaan RI, Fadli Zon.

Salah satu peserta sertifikasi perkerisan, KRA Rivo Cahyono Setyonegoro, mengaku sangat bangga bisa mengikuti sertifikasi ini. “Ini merupakan langkah tepat pemerintah dalam memberi perhatian pada seni pusaka keris yang selama ini tidak mendapat perhatian," ungkap kolektor sekaligus pelestari pusaka nusantara ini.

KRA Rivo Cahyono Setyonegoro mengaku bahwa sebelumnya dia sudah tersertifikasi sebagai edukator Keris dan dalam kesempatan ini mendapatkan sertifikasi sebagai kurator Keris. Menurutnya dengan adanya keabsahan dari pemerintah ini adalah langkah strategis untuk memajukan budaya Tradisi Perkerisan di Indonesia dan menjadi langkah tepat dalam melestarikan pusaka nusantara.

“Program ini merupakan langkah maju dalam memberikan penghargaan pada para pengrajin, empu, dan kolektor keris. Dengan adanya sertifikasi resmi, profesi kurator keris mendapatkan legitimasi sekaligus menjaga dan meningkatkan standar edukasi, profesionalisme dalam perawatan pusaka,” ujar Rivo.

Rivo menambahkan, selama ini profesi kurator keris kerap dipandang sebelah mata. Padahal, peran mereka sangat vital, mulai dari menentukan usia, menilai keaslian, hingga mengungkap nilai historis sebuah pusaka. Dengan adanya sertifikasi dr BNSP, profesi ini tidak lagi dianggap sekadar hobi, melainkan sebuah pekerjaan yang diakui negara.

Kolektor sekaligus pelestari pusaka nusantara ini memandang sertifikasi bukan hanya simbol legitimasi, tetapi juga pintu masuk untuk mencetak kurator-kurator baru di berbagai daerah. Ia berharap ke depan setiap daerah yang memiliki senjata tradisional, seperti Badik Bugis, Mandau Kalimantan, dan pedang dari wilayah lain dapat memiliki kurator profesional, kredibel sesuai kearifan lokal masing-masing.

“Kalau dulu pameran atau lelang keris internasional banyak dikurasi orang luar negeri yang belum tentu mengerti keris lebih mendalam, sekarang kesempatan itu terbuka bagi orang Indonesia karena kita sudah memiliki sertifikasi resmi yang dikeluarkan oleh BNSP dan diakui secara nasional maupun internasional,” imbuhnya.

Rivo mengaku kecitaannya pada budaya nusantara tidak berhenti pada koleksi pribadi yang telah mencapai ratusan keris, tombak, dan pusaka lain. Melalui Yayasan Ethnic Indonesia Berbagi dan Koperasi Ethnic Indonesia Sejahtera, ia juga aktif menyalurkan beasiswa bagi mahasiswa Prodi Keris ISI Surakarta serta mendukung UMKM yang bergerak di sektor budaya.

Langkah-langkah tersebut, menurutnya, merupakan bentuk nyata pelestarian budaya yang berkelanjutan. “Saya ingin generasi muda melihat pusaka bukan hanya dari sisi mitos atau spiritualitas, tapi juga sebagai karya seni yang kaya filosofi, teknis pembuatannya rumit, dan layak mendapat tempat di panggung internasional,” tegasnya.

Bagi Rivo, momen ini adalah batu loncatan bagi para kurator pusaka Indonesia untuk meng-upgrade diri, mendapatkan pengakuan internasional, dan menjaga warisan leluhur dengan cara yang profesional.

Setelah mendapatkan sertifikasi edukator dan sertifikasi kurator, Rivo yang juga konten kreator dengan kanal YouTube Ethnic Indonesia akan terus mengedukasi para generasi muda. Edukasi itu supaya pemula maupun berbagai kalangan bisa memandang seni dan budaya khususnya Tosan Aji dari sudut pandang yang lebih modern, berbeda, dinamis, dan berkembang. Sehingga, tidak sekedar dari sisi spiritual dan cerita mitos yang ditonjolkan, tapi lebih pada kesulitan pembuatannya, dari kesulitan lipatan pamornya, dari bentuknya dan dari filosofinya.

"Ini membuatnya lebih optimis, edukator maupun kurator Indonesia kedepannya tidak hanya diakui Indonesia secara resmi, bahkan juga besar kemungkinan diakui international," imbuhnya. (*)

Editor : Lutfiyu Handi

 

 

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.