12 September 2025

Get In Touch

Paphiopedilum Memoria Jakob Oetama: Anggrek Hibrida Nusantara untuk Mengenang Perintis Kompas Gramedia

Paphiopedilum Memoria Jakob Oetama,anggrek silangan baru yang diberi nama berdasarkan pendiri Kompas Gramdedia (H Cahyono)
Paphiopedilum Memoria Jakob Oetama,anggrek silangan baru yang diberi nama berdasarkan pendiri Kompas Gramdedia (H Cahyono)

JAKARTA (Lentera) -Sebuah anggrek hibrida baru resmi tercatat dengan nama Paphiopedilum Memoria Jakob Oetama, sebagai bentuk penghormatan kepada almarhum Jakob Oetama (1931–2020), tokoh pers sekaligus perintis Kompas Gramedia. Anggrek istimewa ini dikembangkan sejak 2019 oleh Hadhiyyah Nur Cahyono, breeder anggrek asal Indonesia, dan resmi didaftarkan pada 18 Februari 2025 ke Royal Horticultural Society (RHS), lembaga hortikultura tertua di dunia yang berbasis di Inggris.

Melalui Royal Horticultural Society Orchid Committee dan International Orchid Register, RHS menjadi otoritas resmi global dalam pencatatan anggrek hibrida. Dengan pendaftaran tersebut, nama Paphiopedilum Memoria Jakob Oetama kini sudah masuk dalam database internasional, menegaskan pengakuan dunia terhadap hibrida asal Indonesia ini.

Dalam tradisi dunia anggrek, penyematan nama dengan awalan “Memoria” lazim diberikan untuk mengenang tokoh berpengaruh. Kehadiran bunga ini bukan sekadar karya hortikultura, melainkan simbol penghormatan atas dedikasi Jakob Oetama yang sepanjang hidupnya menanamkan nilai kemanusiaan dan kebangsaan lewat jurnalisme.

Menyatukan Timur dan Barat Nusantara

Paphiopedilum Memoria Jakob Oetama lahir dari persilangan dua spesies endemik Indonesia yang berasal dari ujung timur dan barat negeri ini:

- Paphiopedilum praestans (Papua) → indukan betina

- Paphiopedilum victoria-regina (Sumatra) → indukan jantan

”Saya ingin hibrida ini tidak hanya indah secara bentuk, tetapi juga punya makna. Indukan betina dari Papua dan jantan dari Sumatra seakan menyatukan ujung timur dan barat Indonesia dalam satu bunga, sama seperti semangat Pak Jakob yang mempersatukan bangsa lewat karya jurnalistiknya,” ujar Hadhiyyah Nur Cahyono di Bogor, Jawa Barat (9/9/2025)., dikutip dari Kompas

Silangan primer ini menghasilkan bunga tipe “slipper” dengan kantong penuh, sepal dorsal lebar bergaris dari praestans, serta sifat multifloral—mampu menumbuhkan lebih dari satu kuntum bunga per tangkai—dari victoria-regina. Secara genetik, komposisinya ±50% dari kelompok glanduliferum/praestans dan 50% dari chamberlainianum/victoria-regina.

Filosofi Persatuan Nusantara

Kehadiran Paphiopedilum Memoria Jakob Oetama menjadi penanda baru dalam deretan anggrek bernilai tinggi asal Indonesia yang diakui dunia. Bunga ini bisa dinikmati secara langsung di Kebun Raya Bogor.

“Kami merasa bangga bisa menjadi rumah bagi anggrek yang penuh makna ini. Paphiopedilum Memoria Jakob Oetama bukan hanya cantik secara morfologi, tetapi juga menyimpan filosofi persatuan Nusantara. Kami berharap masyarakat dapat melihatnya langsung dan semakin mencintai kekayaan flora Indonesia,” tutur Zaenal Arifin, General Manager Corporate Communication PT Mitra Natura Raya, mitra pengelola Kebun Raya Bogor.

Jakob Oetama: Pewarta yang Mencerdaskan Bangsa

Nama Jakob Oetama sangat lekat dengan perjalanan pers Indonesia. Bersama almarhum P.K. Ojong, ia mendirikan majalah Intisari (1963) yang menjadi cikal bakal Kompas Gramedia. Dua tahun kemudian, lahirlah harian Kompas (1965) yang menjelma menjadi media nasional berpengaruh.

Jakob menekankan pentingnya prinsip jurnalistik, profesionalisme, dan news value yang ia sebut sebagai berita “bermakna”. Baginya, jurnalisme harus berpijak pada nilai humanisme transendental—nilai kemanusiaan yang terbuka pada dunia sekaligus mengarah kepada Yang Transenden.

Jakob Oetama lahir pada 27 September 1931 di Jawa Tengah. Bersama almarhum P.K. Ojong, Jakob merintis Kompas Gramedia dan menjabat sebagai Direktur Utama Kompas Gramedia pada 1980 hingga 2006, kemudian menjadi Presiden Komisaris Kompas Gramedia hingga 2020.

Dia pernah dipercaya sebagai Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) pada 1965–1969, dan selanjutnya menjadi Ketua Pembina Pengurus Pusat PWI hingga 1979. Dia juga menjadi anggota DPR dari tahun 1966 hingga 1982, kemudian anggota MPR dari tahun 1987 hingga 1999. 

Pada tahun 1973, Jakob Oetama menerima penghargaan Bintang Mahaputera dari pemerintah Republik Indonesia atas kontribusinya dalam dunia pers dan komunikasi. Dedikasinya yang luar biasa di bidang jurnalistik juga diakui oleh dunia akademik. 

Pada tahun 2003, Universitas Gadjah Mada menganugerahkan gelar doktor kehormatan di bidang jurnalistik kepadanya. Penghargaan serupa kembali dia terima pada tahun 2014 dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, yang semakin menegaskan perannya sebagai salah satu tokoh pers berpengaruh di Indonesia. Jakob Oetama tutup usia pada 9 September 2020 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta (*)

Editor: Arifin BH

 

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.