
KOLOM (Lentera) -Presiden Prabowo Subianto secara resmi melakukan perombakan atau reshuffle kabinet Merah Putih pada Senin (8/9/2025).
Reshuffle Kabinet Merah Putih tertuang melalui Keputusan Presiden RI No 86B/2025 tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Menteri dan Wakil Menteri Negara Kabinet Merah Putih periode tahun 2024-2029.
Keputusan tersebut resmi menggantikan sejumlah wajah lama yang telah menjabat sejak era pemerintah Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri Pemuda dan Olahraga Ario Bimo Nandito Ariotedjo, dan Menteri Koperasi Budi Arie telah diberhentikan dengan hormat oleh Prabowo.
Sri Mulyani merupakan salah satu menteri yang kembali dipercaya Prabowo untuk mengisi kabinet kerjanya. Sri Mulyani telah menjabat sebagai Menteri Keuangan sejak ditunjuk oleh Jokowi pada 2016.
Sementara itu, Menpora Ario Bimo Nandito Ariotedjo juga merupakan menteri Jokowi yang dipertahankan Prabowo sebelum akhirnya di-reshuffle.
Dia telah menjabat sebagai Menpora sejak ditunjuk Jokowi pada 2023. Lalu kembali diangkat mengisi kursi yang sama pada kabinet Merah Putih sejak Oktober 2024.
Menteri era Jokowi yang ikut kena reshuffle lainnya adalah Budi Arie. Dia diberhentikan dengan hormat dari jabatannya sebagai Menteri Koperasi. Budi Arie sebelumnya menjabat sebagai Menteri Komunikasi dan Informatika pada era pemerintahan Jokowi.
Ketua Umum Projo itu dilantik menjadi Menkominfo sejak 2023, menggantikan Jhonny G. Plate yang tersandung kasus rasuah.
Pengaruh berkurang
Pendiri Lingkar Madani (Lima), Ray Rangkuti menilai reshuffle Presiden Prabowo Subianto ini juga punya dimensi politik jangka panjang untuk melepaskan diri dari bayang-bayang Presiden Ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi).
Ray mengatakan bahwa dari 12 menteri di kabinet Prabowo yang sebelumnya menjabat di era Jokowi, kini tinggal 8 orang.
“Artinya, 25 persen sudah diganti. Proses dejokowinisasi jelas sedang berlangsung, sekaligus mengarah ke gerindranisasi kabinet,” kata Ray seperti dilansir Bisnis, Selasa (9/9/2025).
Selain itu, dia menilai langkah Presiden Ke-8 RI itu merombak kabinet dengan mengganti empat menteri dan menambah satu kementerian merupakan respon cepat atas dinamika politik sejak akhir Agustus 2025.
Menurut Ray, pertimbangan di balik reshuffle ini tidak tunggal, melainkan berlapis mulai dari faktor psikologis, kinerja, hingga basis dukungan politik.
Ray menyebut pergantian Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan sebagai momen anti klimaks. Dia menilai isu pengunduran diri Sri Mulyani sebenarnya sudah berembus sejak rumahnya dijarah massa pada 27–28 Agustus.
“Selain faktor psikologis, kejenuhan dan mentoknya ide-ide kreatif dalam mengelola ekonomi juga ikut memengaruhi. Ritme kerja dengan Presiden Prabowo pun tampaknya tidak lagi padu,” ujar Ray.
Reshuffle terhadap Menko Polhukam Budi Gunawan, lanjut Ray, lebih disebabkan faktor lemahnya kinerja dalam mengoordinasi aparat saat demo besar akhir Agustus.
“Yang unik, namanya justru tidak disorot massa, tapi tetap diganti. Selain itu, dukungan politik dari lingkaran PDIP juga mulai kendur,” jelasnya.
Menurut Ray, pencopotan Budi Arie Setiadi tidak lepas dari bayang-bayang kasus judi online yang membelitnya saat menjabat Menteri Kominfo di era Presiden Jokowi.
“Janji Prabowo soal pemberantasan korupsi membuat posisinya kontraproduktif. Reshuffle ini hanya menunggu momentum yang tepat,” kata Ray (*)
Istana membantah
Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Prasetyo Hadi menegaskan perombakan kabinet yang dilakukan Presiden Prabowo Subianto tidak terkait dengan upaya menyingkirkan orang-orang yang sebelumnya berasal dari pemerintahan Presiden Ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi).
“Hah? Tidak ada, tidak ada,” kata Prasetyo saat ditanya apakah reshuffle kali ini merupakan langkah Presiden Prabowo untuk menghapus jejak orang Jokowi di kabinet saat ditemui di Istana Negara, Senin (8/9/2025).
Dia mengatakan, komposisi kabinet tidak didasarkan pada latar belakang politik, melainkan semata-mata atas kapasitas individu.
“Tidak ada orang siapa-orang siapa. Adalah orang putra terbaik bangsa Indonesia,” tandas Prasetyo Hadi.
Editor: Arifin BH