16 September 2025

Get In Touch

Ibu Semua Masalah

Penulis (kiri) di Arafat Mouseleum Ramallah -Palestina. Sekarang jadi Hebron Rehabilitation Committe (Dok.Pri)
Penulis (kiri) di Arafat Mouseleum Ramallah -Palestina. Sekarang jadi Hebron Rehabilitation Committe (Dok.Pri)

KOLOM (Lentera) -Militer Israel membombardir dan menghancurkan menara hunian Al-Kawthar di wilayah barat Gaza City, Minggu (14/9/2025), dalam serangan terbaru yang menyasar gedung-gedung bertingkat seiring meluasnya penyerbuan sistematik untuk menduduki kota tersebut.

Saksi mata menyebutkan jet tempur menyerang menara itu tak lama setelah tentara Israel mengeluarkan perintah evakuasi mendesak bagi penghuni gedung dan tenda-tenda di sekitarnya.

Militer Israel terus menargetkan gedung-gedung bertingkat di seluruh Gaza City sebagai bagian dari penyerbuan yang sedang berlangsung untuk menduduki Jalur Gaza.

Perang Israel di Gaza hingga kini telah menewaskan lebih dari 64.800 warga Palestina sejak Oktober 2023 dan meluluhlantakkan wilayah kantong yang kini menghadapi bencana kelaparan.

Mantan duta besar Indonesia untuk Spanyol , Yuli Mumpuni Widarso pernah mengatakan, konflik Palestina-Israel adalah ibu dari semua masalah internasional.

Dia mengakui kehebatan diplomasi Israel tidak bisa diimbangi oleh Palestina meski ada Liga Arab dan Gerakan Non-Blok.

"Amerika mendukung sepenuhnya Israel, maka lobi-lobi diplomasi yang dilakukan Israel tampak lebih efektif, efisien, dan strategis," tutur Yuli.

Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengesahkan Deklarasi New York yang menegaskan dukungan terhadap solusi dua negara dalam konflik Israel-Palestina, Jumat (12/9/2025).

Resolusi tidak mengikat tersebut disetujui oleh 142 negara anggota PBB.

Dalam keterangan resminya dari laman PBB dan akun X @UN_News_Centre menuliskan, “Majelis Umum PBB mengadopsi resolusi yang mendukung Deklarasi New York tentang Penyelesaian Damai Masalah Palestina dan Implementasi Solusi Dua Negara.”

Resolusi PBB tersebut disahkan hanya beberapa jam setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyampaikan penolakan terbuka terhadap gagasan pembentukan negara Palestina.

Dalam sebuah upacara di Tepi Barat pada Kamis (11/9/2025), Netanyahu menegaskan, “Kami mengatakan tidak akan ada negara Palestina dan memang tidak akan ada negara Palestina! Tempat ini milik kami. Kami akan menjaga warisan, tanah, dan keamanan kami”.

Sementara itu, Deklarasi New York yang diajukan oleh Perancis dan Arab Saudi berisi seruan agar Otoritas Palestina (PA) diberikan mandat untuk memerintah dan mengendalikan seluruh wilayah Palestina.

Selain itu, deklarasi juga mendorong pembentukan komite administratif transisi segera setelah gencatan senjata di Gaza diberlakukan.

Solusi dua negara sebagai mekanisme untuk membentuk negara Palestina dengan syarat Palestina menjadi negara yang damai dan tidak menyerang Israel.

Banyak pihak menilai solusi dua negara adalah gagasan yang tepat meski sulit diwujudkan.

Mantan Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah Din Syamsuddin dalam diskusi mengenai solusi dua negara dalam konflik Palestina-Israel, yang digelar secara virtual, beberapa waktu lalu, mengatakan, solusi dua negara adalah pemikiran yang realistik.

"Saya membacanya munculnya solusi semacam itu karena sudah lelah menyelesaikan masalah konflik Israel-Palestina ini, baik lewat jalur perang yang juga tidak menguntungkan siapa-siapa, walaupun kerugian lebih banyak di pihak Arab, pihak Palestina," kata Din.

Konflik Palestina-Israel, kata Din. membawa dampak sistemik terhadap kehidupan global.

Konflik itu memicu reaksi yang keras, radikal, fundamentalis, dan bahkan ekstrem dari kalangan umat Islam tertentu, baik dari pengungsi Palestina sendiri maupun kelompok-kelompok Muslim yang bersimpati dengan masalah Palestina.

Din mengakui di sisi Palestina, Hamas dan Fatah berbeda pendapat dalam hal solusi dua negara.

Fatah menginginkan penyelesaian diplomatik, sedangkan Hamas memilih perang. Dunia Islam juga terbelah, ada yang pro Fatah dan ada yang mendukung Hamas.

Ia juga mengatakan solusi dua negara terganjal masalah pembagian wilayah. Israel menolak menyerahkan Yerusalem Timur menjadi ibu kota Palestina dan terus melangsungkan pembangunan permukiman Yahudi di Tepi Barat.

Menurut Ahmad Khoirum Umam, pengajar di Universitas Paramadina, Jakarta, Israel begitu kuat posisinya di dunia internasional karena mendapat sokongan dari sistem internasional yang begitu kokoh.

Apalagi soliditas negara-negara Arab makin melemah. Sejumlah negara Arab mulai mengakui Israel, seperti Uni Emirat Arab, Bahrain dan Maroko (*)

Arifin BH/Pemimpin Redaksi 

Share:

Punya insight tentang peristiwa terkini?

Jadikan tulisan Anda inspirasi untuk yang lain!
Klik disini untuk memulai!

Mulai Menulis
Lentera Today.
Lentera Today.