
OPINI (Lentera) -Beberapa negara yang dilanda demo sedang syok. Mereka diterjang depresi berat yang beruntun.
Tujuh negara termasuk Indonesia memiliki kesamaan depresi yang mengerucut pada meroketnya korupsi dan ketimpangan ekonomi.
Kesamaan tuntutan lain: isu pemberantasan korupsi, kondisi ekonomi yang terus memburuk dan kesenjangan sosial yang memaksa pemerintah mengambil keputusan radikal "segera dilakukannya reformasi".
Khusus di Indonesia demo diantaranya minta dilakukan reformasi DPR RI besar-besaran. Sementara demo Nepal menuntut dibubarkannya parlemen dan dilaksanakannya pemilu.
Aksi demonstrasi besar-besaran di tujuh negara itu, menuntut transparansi dan akuntabilitas pemerintah dalam menangani kasus korupsi.
Mereka menuntut hukuman berat bagi koruptor dan reformasi sistem pemerintahan. Korupsi dianggap sebagai masalah global yang memerlukan perhatian serius.
Secara berurutan negara-negara yang bergolak mulai dari Indonesia (25 - 28/8/2025) puncak demo di Jakarta, tanggal 8/9/2025 terjadi demo Nepal, tangal 10/9/2025 Prancis bergolak. Tanggal 12/9/2025 demo di Filipina bersamaan dengan Argentina. Menyusul minggu 14/9/2025 demo di London. Dan sehari sebelum terjadi juga aksi massa di Australia.
Demonstrasi di Nepal memakan banyak korban, lebih dari 70 orang tewas, 300 orang luka - luka dan puluhan lainnya dinyatakan kritis.
Korban demo menyasar pejabat tinggi negara dan terbakarnya isteri mantan Perdana Menteri Nepal Jhalanat Khanal, Rajyalaxmi Chitrakar, terjebak dalam kobaran api rumahnya sendiri yang dibakar massa.
Aksi massa yang dipimpin generasi Z itu berhasil memundurkan Perdana Menteri Nepal K.P. Sharma Oli. Militer setempat mengambil alih pengamanan aksi demo dalam rangka keamanan semua rakyat Nepal.
Selain soal kasus korupsi, demo Nepal dipicu oleh keputusan pemerintah untuk menutup semua media sosial mulai dari Facebook, Twitter, X dan YouTube. Aksi demo meluas sampai pada upaya paksa diturunkannya Perdana Menteri Nepal.
Generasi Z Nepal meminta dilakukannya pemilihan umum dengan cara digital. pemilihan Perdana Menteri dilakukan dengan vote digital, sebuah revolusi anak muda melalui server discord platform gamer.
Dari catatan demo dibeberapa negara, ada yang perlu dicontoh Indonesia bagaimana polisi mengamankan demo.
Semua polisi London melakukan serangkaian operasinya dengan menggunakan kendaraan kuda (kuda beneran). Kuda berbulu putih, terlatih dan lincah masuk dalam kerumunan massa pedemo.
Dari jepretan camera jelas mereka tidak menggunakan senjata pistol atau senapan, melainkan menggunakan sejenis pentungan panjang yang diselempangkan di badan para polisi.
Cara ini terkesan aksi polisi tidak brutal. Walaupun demikian dalam aksi demo 14/9/2025 itu polisi tetap mengamankan 9 pedemo karena terlalu agresif dalam melakukan demo.
Sementara polisi di Indonesia aksi pengamanannya menggunakan kendaraan Barracuda yang sempat memakan korban seorang Ojol.
Demonstrasi di Prancis
Hampir berurutan dengan Nepal (8/9/2025), menyusul Perancis (10/9/2025)
Gejolak demo di Perancis sama dengan demo di Nepal , pergerakannya dimulai dari generasi Z.
Rakyat tidak puas dengan keputusan pemerintah yang melakukan pemotongan anggaran senilai 44 miliar euro dalam rangka efisiensi.
Yang menarik perhatian adalah gerakan "Blokir Semuanya" atau "Block Everything". Menentang kebijakan pemerintah, terutama terkait pajak, layanan publik, dan penunjukan Perdana Menteri yang dianggap tidak mewakili kepentingan rakyat.
Gerakan ini menarik perbandingan dengan protes "Rompi Kuning" pada 2018, yang juga menentang kebijakan pemerintah dan berakhir dengan kerusuhan.
**
Jumat, Tanggal 12/9/2025 adalah hari melukai bagi Filipina dan Argentinya. Pada hari bersamaan itu dua negara sedang dirundung demo besar - besaran. Tuntutannya sama dengan demo di beberapa negara yang bergolak.
Mulai dari ketidakpuasan melonjaknya para koruptor, himpitan ekonomi termasuk kesenjangan sosial. Satu lainnya agar dilakukannya penghentian terhadap proyek - proyek bermasalah.
Mahasiswa Universitas Filipina menggelar demontrasi pada hari Jumat (12/09/2025) memprotes pemerintahan Presiden Ferdinand Marcos Jr.
Isunya berkisar pada depresi hukum. Pendemo juga menentang pemotongan anggaran, proyek infrastruktur yang di bawah standar dan macet yang kemudian mereka sebut sebagai praktik korupsi.
Demo di Argentina membawa Isu pemangkasan anggaran kesehatan dan pendidikan , mengundang amarah ribuan warga Buenos Aires turun ke jalan (11/09/2025).
Aksi demonstrasi ini dipicu oleh veto Presiden Argentina Javier Milei terhadap dua Undang-Undang yang bertujuan memulihkan dana untuk universitas dan rumah sakit anak.
Pemangkasan anggaran ini berpotensi menurunkan kualitas pendidikan dan kesehatan di Argentina. Sektor pendidikan akan mengalami penurunan drastis.
Anggaran kesehatan pun dipangkas sampai 18,54% atau Rp. 19,5 triliun.
Para buruh bergabung dalam aksi demonstrasi menuju Plaza de Mayo. Krisis politik semakin menekan posisi Milei setelah kekalahan di pemilu provinsi, memicu gejolak sosial dan keraguan atas masa depan agenda liberalnya.
Demo di Australia tidak jauh berbeda dengan demonstrasi di London yang menyorot banyaknya imigran yang masuk ke negara itu. Sebuah depresi sosial yang meng- gejolak minta pemerintah memperketat aturan imigrasi.
Yang perlu dicatat bahwa semua demo di beberapa negara bermula dari ketimpangan ekonomi, sebuah depresi yang paling menakutkan karena itu menyangkut hajat orang banyak.
Termasuk efisiensi anggaran yang terlalu ketat akan bergejolak dan berdampak panjang pada semua sektor terutama sektor pendidikan, kesehatan (*)
Penulis: M. Rohanudin, Praktisi Penyiaran|Editor: Arifin BH