
JAKARTA (Lentera)– Presiden Prancis Emmanuel Macron akhirnya mengumumkan pengakuan resmi negaranya terhadap Palestina. Keputusan yang disebut sebagai 'titik balik sejarah' itu memicu reaksi berantai dari sejumlah sekutu Barat yang turut menyatakan sikap serupa.
Pengumuman ini disambut hangat oleh Otoritas Palestina yang menilainya sebagai langkah berani dan bersejarah. Dukungan tidak hanya datang dari Paris. Di hari yang sama, Australia, Inggris, Kanada, dan Portugal juga mengumumkan pengakuan terhadap Palestina.
Sebelumnya, Spanyol, Irlandia, dan Norwegia sudah mengambil sikap pada Mei lalu, sementara Swedia lebih dulu mengakui sejak 2014.
Israel makin tersudut.Macron bahkan menyebut beberapa negara kecil di Eropa seperti Andorra, Belgia, Luksemburg, Malta, Monako, hingga San Marino turut bergabung dalam barisan pengakuan.
Dalam forum KTT PBB yang membahas solusi dua negara, Macron menegaskan pentingnya menghentikan konflik yang telah merenggut banyak korban jiwa.
“Waktunya perdamaian telah tiba. Kita nyaris kehilangan kesempatan terakhir itu selamanya,” ucap Macron pada Senin (22/9/2025) waktu setempat.
Ia juga menyerukan pembebasan puluhan sandera yang masih ditahan Hamas, serta penghentian serangan udara dan blokade di Gaza. Meski begitu, Macron menegaskan Prancis baru akan membuka kedutaan besar di Palestina setelah gencatan senjata diberlakukan dan seluruh sandera dibebaskan.
Namun, Israel menentang keras langkah tersebut. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menegaskan tidak akan memberi ruang bagi terbentuknya negara Palestina. Beberapa menteri dalam kabinetnya bahkan mengancam akan mencaplok Tepi Barat. “Israel akan bertindak. Ini bukan tentang perdamaian, melainkan memberi panggung bagi terorisme,” kata Duta Besar Israel untuk PBB, Danny Danon.
Sementara itu, dari Washington, pemerintahan Presiden Donald Trump juga menyatakan keberatan. Juru bicaranya, Karoline Leavitt, menyebut pengakuan tersebut justru menjadi “hadiah bagi Hamas.”
Sekjen PBB Antonio Guterres menyerukan agar dunia tidak gentar menghadapi ancaman balasan. “Kita tidak boleh terintimidasi oleh risiko retaliasi,” ujarnya dalam wawancara dengan AFP.
Langkah Prancis dan sejumlah negara ini menambah panjang daftar dukungan internasional bagi Palestina, sekaligus semakin memperlebar jurang diplomatik dengan Israel dan sekutunya.
Editor:Widyawati/berbagai sumber