25 September 2025

Get In Touch

181.000 Kematian di Eropa Akibat Suhu Panas

Para wisatawan menyejukkan diri di depan kipas angin di dekat Colosseum di Roma, Italia, 27 Juni 2025. (Xinhua)
Para wisatawan menyejukkan diri di depan kipas angin di dekat Colosseum di Roma, Italia, 27 Juni 2025. (Xinhua)

BARCELONA (Lentera) - Sebuah studi terbaru dari Barcelona Institute for Global Health (ISGlobal) yang dipublikasikan di Nature Medicine pada Senin (22/9/2025) mencatat bahwa selama tiga musim panas terakhir, Eropa mengalami 181.000 kematian yang berkaitan dengan gelombang panas.

Laporan tersebut memperingatkan bahwa perubahan iklim mendorong peningkatan tajam suhu panas yang mematikan di seluruh benua itu.

Pada musim panas 2024 saja, yang menjadi musim panas dengan suhu tertinggi sepanjang sejarah pencatatan, terdapat 62.775 kematian terkait suhu panas antara Juni dan September. Italia menjadi negara yang paling terdampak dengan 19.038 kematian, disusul oleh Spanyol dengan 6.743 kematian, dan Jerman dengan 6.282 kematian.

Menganalisis data dari 654 kawasan di 32 negara Eropa, para peneliti menemukan bahwa Yunani memiliki tingkat kematian terkait suhu panas tertinggi pada 2024, dengan 574 kematian per satu juta orang, diikuti oleh Bulgaria dengan 530 kematian, dan Serbia dengan 379 kematian.

Secara keseluruhan, 15 negara mengalami tingkat kematian tertinggi akibat gelombang panas sepanjang sejarah pencatatan.

"Eropa memanas lebih cepat dibandingkan benua lainnya akibat perubahan iklim, dua kali lipat dari rata-rata global. Wilayah Mediterania dan Tenggara merupakan wilayah yang paling terimbas, dengan dampak kesehatan yang signifikan dan meningkatnya angka kematian akibat suhu panas," ujar peneliti ISGlobal, Natalia Shartova.

Studi itu mengidentifikasi perempuan dan lansia sebagai kelompok yang paling rentan.

Jumlah kematian pada perempuan tercatat 46,7 persen lebih tinggi dibandingkan laki-laki, sementara orang berusia di atas 75 tahun menghadapi tingkat kematian 323 persen lebih tinggi dibandingkan kelompok usia lainnya.

Co-Editor: Nei-Dya/berbagai sumber

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.