
JAKARTA (Lentera) -Ketua Umum DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar atau Cak Imin mengakui bahwa ada ketidaksungguhan dan keteledoran dari PKB dalam memperjuangkan kesejahteraan petani.
Cak Imin pun menyampaikan permintaan maaf karena ia merasa PKB belum bisa mewujudkan harapan para petani di Indonesia.
“Mungkin masih terhambat, belum sukses. Karena itu, saya pribadi dan mewakili PKB seluruh tanah air memohon maaf apabila selama berjuang di politik ini belum bisa mewujudkan harapan para petani kita,” kata Cak Imin di Kantor DPP PKB, Jakarta, Rabu (24/9/2025).
“Dari lubuk hati yang paling dalam ini, kami mengatakan memang ada ketidaksungguhan, keteledoran selama 20 tahun terakhir ini dalam memperjuangkan para petani kita,” ujar dia melanjutkan.
Cak Imin menegaskan, pihaknya tidak menutup-nutupi kegagalan yang ada.
Ia bahkan menyebut PKB lalai dalam memperjuangkan aspirasi petani, baik di legislatif maupun eksekutif.
“Ya, kita memang jujur, PKB saya legislatif, eksekutif. Satu, telah berjuang tapi gagal. Tapi yang kedua mungkin lalai, tidak sungguh-sungguh. Kita bertobat, dan dalam waktu terus ke depan ini kami akan membersamai mereka,” kata dia.
Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat ini juga menyebutkan, Hari Tani Nasional harus menjadi momentum evaluasi sekaligus pengingat bagi semua pihak untuk memperkuat komitmen terhadap petani.
“Kita akan terus berjuang agar Hari Tani Nasional resmi menjadi hari nasional kita. Dalam rangka mengingatkan kepedulian kita semua, komitmen seluruh kebijakan untuk para petani kita,” ujar Cak Imin.
“Kita juga di dalam momentum Hari Tani Nasional ini menyadari kekurangan, kesalahan, kelemahan kita yang tidak sungguh-sungguh dalam memperjuangkan para petani kita,” imbuh dia.
Lebih jauh, Cak Imin menaruh harapan pada pemerintahan Presiden Prabowo Subianto agar kesejahteraan petani benar-benar menjadi prioritas.
“Semoga di bawah kepemimpinan Pak Prabowo yang memang peduli petani, semua harapan terwujud. Satu, redistribusi tanah. Para petani kecil, mendapatkan tanah garapan yang lebih baik, jumlahnya minimal 2 hektar,” kata Cak Imin.
“Yang kedua, anggaran-anggaran bisa dialokasikan sehingga sarana-sarana produksi pertanian kita memadai. Yang ketiga, tentu saja akses permodalan. Masih amat-amat sangat terbatas,” ujar dia lagi, mengutip Kompas.
Menurut Cak Imin, Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan bunga 6 persen masih terasa berat bagi petani sehingga ia mendorong agar koperasi desa dijadikan alternatif akses permodalan dengan bunga khusus.
“Saya menyadari KUR untuk petani belum ada. Kalau 6 persen bagi petani mungkin berat. Karena itu, saya sedang mendorong koperasi desa untuk menjadi tempat pinjam bagi para petani dengan bunga yang sangat khusus. Ini sedang kita dorong, moga-moga bisa terwujud,” kata dia (*)
Editor: Arifin BH