
SIDOARJO (Lentera) - Insiden akibat kegagalan teknologi konstruksi yang memicu bencana terjadi di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Sebuah bangunan di Pondok Pesantren Al Khoziny, yang beralamat di Jalan Khr. Abbas I No.18, Buduran, Kecamatan Buduran, ambruk pada Senin (29/9/2025) sekitar pukul 15.00 WIB.
Kejadian bermula pada pagi hari saat proses pengecoran lantai empat pondok pesantren berlangsung. Ketika salat Asar berjamaah dimulai sekitar pukul 15.00 WIB, tiang pondasi diduga tidak mampu menahan beban pengecoran, sehingga bangunan runtuh hingga lantai dasar. Peristiwa mendadak ini mengakibatkan puluhan santri dan pekerja tertimpa material bangunan.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan bahwa penyebab robohnya ponpes ini merupakan kegagalan teknologi konstruksi. Musibah yang menimpa para santri Ponpes Al Khoziny saat salat berjamaah tersebut menewaskan tiga orang.
Menurut Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, kejadian semacam ini termasuk kategori bencana akibat kegagalan teknologi, yang harus diantisipasi dengan penerapan standar keselamatan konstruksi secara ketat.
"Masyarakat dan pengelola bangunan bertingkat diimbau untuk memastikan pengawasan teknis pembangunan agar kejadian serupa dapat dicegah di masa mendatang," ungkapnya dalam keterangan resmi yang diterima detikJatim, Selasa (30/9/2025).
Ia menjelaskan bahwa BPBD Sidoarjo bersama Basarnas, BPBD Jawa Timur, dan Forkopimda Sidoarjo, dengan dukungan BPBD dari Surabaya, Gresik, Nganjuk, Mojokerto, Jombang, serta relawan SAR, terus melaksanakan operasi pencarian dan evakuasi hingga saat ini.
"Upaya asesmen lokasi kejadian, pemantauan struktur bangunan yang tersisa, serta penyiapan jalur evakuasi korban menjadi fokus utama tim di lapangan. Informasi perkembangan penanganan akan terus diperbarui seiring proses pencarian dan evakuasi yang masih berlangsung," terangnya.
Hingga Selasa (30/9/2025) pukul 09.00 WIB, menurut Abdul, total korban yang berhasil dievakuasi mencapai 102 orang, terdiri dari 91 orang yang melakukan evakuasi secara mandiri dan 11 orang yang dievakuasi dengan bantuan tim SAR gabungan.
"Sebanyak 77 korban luka-luka telah dievakuasi ke sejumlah rumah sakit, masing-masing 34 orang ke RSUD Sidoarjo, 38 orang ke RS Siti Hajar. Tim gabungan masih melakukan pencarian terhadap 38 orang yang dilaporkan belum ditemukan dan diduga terjebak dalam reruntuhan," ungkap Abdul.
Sementara itu, KH Abdus Salam Mujib, pengasuh Ponpes Al Khoziny Buduran, menyampaikan dalam wawancara dengan media bahwa bangunan tersebut tengah menjalani tahap pengecoran terakhir.
"Ini pengecoran yang terakhir saja, itu jebol. Ya, hanya itu. (Proses pembangunan) sudah lama, sudah sembilan bulan. Kurang lebih sembilan sampai 10 bulan," ujar KH Abdus Salam Mujib.
Ia menjelaskan bahwa bangunan tersebut terdiri dari tiga lantai, ditambah satu dek di bagian atas. Proses pengecoran dilakukan tepat di area dek yang terletak di puncak bangunan.
"Mungkin sudah selesai atau bagaimana, enggak tahu. Soalnya ngecor mulai dari pagi. Saya kira ngecornya mungkin hanya empat jam, lima jam selesai. Mungkin jam 12 sudah selesai," imbuhnya.
Sebelumnya, musala di asrama putra Ponpes Al Khoziny ambruk saat ratusan santri sedang melaksanakan salat berjemaah pada Senin (29/9/2025). Bangunan yang masih dalam tahap pembangunan tersebut runtuh, menimbulkan banyak korban.
Data terbaru hingga Selasa (30/9/2025) mencatat 98 santri terdampak, dengan puluhan mengalami luka-luka dan tiga orang meninggal dunia. Korban meninggal pada Senin adalah Maulana Alfan Abrahimafic (15), sedangkan dua korban tambahan yang meninggal pada Selasa pagi ialah Mochammad Mashudulhaq (14) dari Surabaya dan Muhammad Soleh (22) dari Bangka Belitung.
Sekdaprov Jatim, Adhy Karyono, menyatakan bahwa ada tujuh santri yang diduga masih terjebak di bawah reruntuhan, namun dalam kondisi hidup dan masih dapat berkomunikasi dengan petugas.
Evakuasi terus dilakukan secara hati-hati tanpa menggunakan alat berat untuk mencegah risiko runtuhan susulan. Para korban selamat mayoritas dirawat di RSUD Sidoarjo, RSI Siti Hajar, dan RS Delta Surya.
Co-Editor: Nei-Dya/berbagai sumber