04 October 2025

Get In Touch

Penemuan Fosil Megaraptor, Diduga Mati Saat Makan Buaya Purba

Tulang-tulang dinosaurus baru yang ditemukan dengan cakar yang kuat di Chubut, Argentina. Foto: AP
Tulang-tulang dinosaurus baru yang ditemukan dengan cakar yang kuat di Chubut, Argentina. Foto: AP

SURABAYA (Lentera) - Para ahli paleontologi di Argentina berhasil menemukan spesies baru dinosaurus megaraptor. Spesies ini diberi nama Joaquinraptor casali oleh para peneliti. Menariknya, bukti fosil menunjukkan predator tersebut kemungkinan mati ketika sedang memangsa seekor buaya, terlihat dari adanya tulang kaki buaya yang ditemukan di dalam mulutnya.

Megaraptor merupakan dinosaurus karnivora yang menyerupai versi raksasa dari raptor populer di film Jurassic Park.

Menurut laporan dalam jurnal Nature Communications, spesies Joaquinraptor diperkirakan memiliki panjang lebih dari 7 meter dari ujung hidung hingga ekor, dengan bobot melebihi 1.000 kilogram.

Karena tidak adanya tyrannosaurus di wilayahnya, Joaquinraptor kemungkinan menempati posisi puncak dalam rantai makanan. Fosil yang ditemukan juga memberikan petunjuk mengenai pola makannya, termasuk jejak bahwa dinosaurus ini memangsa nenek moyang buaya purba.

"Menariknya, kami menemukan humerus di antara tulang rahang bawah Joaquinraptor, yang menunjukkan (meskipun tidak membuktikan) bahwa megaraptor baru itu mungkin telah memakan buaya tersebut ketika mati," kata Lucio Ibiricu, paleontolog di Patagonian Institute of Geology and Paleontology (IPGP), mengutip Science Alert.

Para peneliti mengakui bahwa tulang kaki itu bisa saja sampai di sana dengan cara lain, seperti tersapu ke dalam mulut megaraptor yang sudah mati itu.

Namun, mengingat tulang itu tidak hanya menyentuh beberapa gigi predator tersebut, tetapi juga terdapat bekas gigitan, kemungkinan besar ada semacam interaksi. Kedua makhluk itu mungkin juga berebut sumber makanan lain.

Peneliti memperkirakan usia megaraptor Joaquinraptor ini saat mati dengan mempelajari struktur mikro tulangnya. Joaquinraptor ini tampaknya telah matang secara seksual, tetapi belum sepenuhnya dewasa.

"Berdasarkan struktur mikro fragmen tibia Joaquinraptor dan letak LAG (garis pertumbuhan terhenti) yang ditemukan di sana, dan dengan asumsi bahwa LAG sesuai dengan struktur yang diendapkan setiap tahun, usia minimum spesimen Joaquinraptor ini adalah 19 tahun," ujar Ibiricu.

Meskipun ahli paleontologi hanya menemukan potongan rahang, tengkorak, tungkai depan, kaki, dan beberapa ruas tulang ekornya, ini merupakan salah satu spesimen megaraptor terlengkap yang pernah ditemukan.

Selain menambahkan spesies baru ke dalam daftar dinosaurus yang hidup di Patagonia kuno, Joaquinraptor membantu ilmuwan mengisi beberapa celah dalam kelompok yang masih kurang dipahami.

Pada masanya, megareptor tampaknya membawa evolusi ke arah yang berbeda, alih-alih mengejar ukuran dan kekuatan, mereka mempertahankan perawakan cepat mereka dan menumbuhkan tangan yang besar dan kuat.

"Megaraptor, di antara aspek lainnya, dicirikan oleh tungkai depan yang berkembang pesat dan dilengkapi cakar hipertrofi pada jari pertama dan kedua," kata Ibiricu.

"Jadi, cakarnya mungkin memainkan peran ekologis yang penting. Misalnya, megaraptorida mungkin menggunakan cakar ini untuk mengakses jaringan lunak atau untuk membantu menangkap dan memanipulasi mangsa." 

Co-Editor: Nei-Dya/berbagai sumber

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.