
OPINI (Lentera) -Ingin mencari cuan di pasar modal dengan beli saham?
Kesan banyak orang, butuh modal relatif besar. Katakanlah harga selembar saham Rp 1.500 per lembar. Maka, dibutuhkan modal Rp 150.000. Sebab, minimal pembelian saham adalah satu lot. Atau 100 lembar.
Belum lagi kalau beli saham-saham liquid (aktif diperdagangkan).
Orang beli saham, hampir pasti pilih yang liquid. Saham liquid itu berasal dari emiten yang berkapitalisasi pasar besar. Berkapitalisasi puluhan, bahkan ratusan triliun.
Saham-saham berkapitalisasi pasar tinggi, hampir pasti, tak mungkin digoreng.
Katakanlah saham BCA. Kapitalisasi pasar (market cap) bank ini berada di sekitaran angka Rp 900 triliun.
Untuk menggoreng saham BCA rasanya tidak mungkin. Butuh duit amat gede. Harga per lembar saham BCA sekarang ini sekitar Rp 7.500. Satu lot berarti harus keluar uang Rp 750.000.
Bagi yang punya "duit adem" dalam jumlah besar. Tentu, jumlah itu kecil. Tapi yang ekonominya pas-pasan, tentu jumlah itu tak sedikit. Apalagi untuk kebutuhan investasi yang imbal hasilnya perlu waktu.
Lalu apakah yang bermodal cekak, tertutup untuk invest di pasar modal?. Ah....tidak juga.
Jangan khawatir. Ada cara cari cuan dengan modal yang super minimalis. Tapi hasilnya, secara prosentase, jauh lebih besar.
Apa itu? Cobalah: "Waran Terstruktur" atau WT.
WT adalah instrumen keuangan derivatif (turunan) yang diterbitkan oleh perusahaan sekuritas.
Produk ini diterbitkan atas underlying saham dari IDX 80. Jumlah emiten di BEI sebanyak 954.
Dari jumlah yang hampir mencapai 1.000 itu, dipilih 80 saham liquid.
Jadi beli WT berarti membeli saham-saham liquid. Bisa dijual murah, karena harga saham dipecah hingga 0,000 sekian persen. Maka harga WT bisa amat -amat rendah.
Vice Director Business Development 2, BEI, Ign.Denny Wicaksono, CFA mencontohkan, BBCABCQV5A (call waran BBCA Okt 2035 (QC) hanya Rp 13 per lembar.
Jadi kalo kita beli satu lot atau 100 lembar, hanya keluar duit Rp 1.300.
Contoh lain : BBCABCQCX5A (call waren BBCA Nov 2036 (QC) per lembar Rp 16. Maka hanya perlu duit Rp 1.600.
Recehan yang sering kita kumpulkan di kaleng roti, ternyata dihargai begitu besar di pasar modal.
Uang kecil itu bahkan berpotensi menjadi besar. Apalagi kalau pemiliknya rajin mengumpulkannya. Lalu membelanjakannya di bursa efek.
Terserah mau beli berapa lot. Makin besar investasinya, tentu makin besar cuan didapat. Bayangkan dengan uang Rp 1.600 kita sudah memperoleh predikat "investor".
WT memberikan hak kepada investor untuk membeli dan menjual produk ini pada waktu dan harga yang ditentukan. Sebelum jatuh tempo, WT juga bisa dijual di pasar sekunder.
Dengan WT, investor juga bisa spekulasi melakukan hedging (lindung nilai) atas pergerakan harga saham dengan modal kecil.
Dibandingkan produk saham, keuntungan produk WT, secara prosentase jauh lebih besar. Bisa sampai 20 persen.
Tak ayal, produk yang tergolong baru disambut antusias masyarakat.
Di Jawa Tengah saja, setiap harinya mencatatkan transaksi sekitar Rp 1,5 miliar.
"Peminatnya memang sangat tinggi," ujar Kepala Bursa Efek Indonesia (BEI) Jateng- 2, M.Wira Adibrata (*)
Penulis: Subakti Sidik, Wartawan Senior PWI|Editor: Arifin BH