02 October 2025

Get In Touch

Kaya Bersama Gen Z

Zainal Arifin Emka (Foto: Mamuk Ismuntoro)
Zainal Arifin Emka (Foto: Mamuk Ismuntoro)

OPINI (Lentera) -Menteri Keuangan, Purbaya Yudhi Sadewa secara khusus berusaha meyakinkan sekaligus menenangkan generasi Z dalam menatap masa depannya.  

Mengapa mesti menyasar Gen Z? Mudah diterka, lantaran kelompok inilah yang menghadapi berbagai tekanan yang membebani. 

"Halo teman-teman Gen Z yang ramai di TikTok. Terima kasih dukungannya, saya akan pastikan doa Anda akan terkabul, kita sama-sama menjadi kaya bersama."  

Kalimat: “Saya akan pastikan doa Anda akan terkabul”, saya tambahkan kata “Insya Allah”. Purbaya tak elok bersikap jumawa.

Bagaimanapun, pernyataan bernada meyakinkan itu menarik justru karena yang melontarkan Menkeu Purbaya. Unggahan lewat akun TikTok pribadinya itu mengundang perhatian hingga 500 ribu view lebih, dibanjiri 4000 an lebih komentar lucu dan menarik.

Generasi Z (kelahiran 1997-2012) memang menghadapi berbagai tekanan seperti inflasi, utang pendidikan, sempitnya lapangan kerja, dan biaya hidup yang terus mendaki.

Menariknya, mereka yang dianggap khawatir dengan masa depannya ini, justru diprediksi akan menjadi generasi terkaya. 

Kekayaan mereka diproyeksikan tumbuh pesat dalam beberapa dekade mendatang, didorong oleh kefasihan digital, tingkat pendidikan yang lebih tinggi, dan peningkatan upah.

Sebagai generasi yang digital native, Gen Z dianggap bisa lincah beradaptasi, kreatif, dan haus pembelajaran. Namun, mereka juga menghadapi tantangan seperti kesenjangan soft skills dan isu kesehatan mental. 

Pernyataan Purbaya bisa dibaca tidak sekadar penyemangat, tapi terkait dengan kebijakan yang diambilnya. Ia tampak ingin membangun kepercayaan dan optimisme. 

Pesan “jangan takut masa depan" bertujuan membangun keyakinan dan optimisme bahwa pemerintah memiliki strategi untuk memastikan masa depan Indonesia "cerah". Sebuah pesan penting karena kecemasan dapat menghambat daya beli dan minat berinvestasi.

Pernyataan ini disampaikan bersamaan dengan langkah pemerintah mengalirkan dana Rp 200 triliun dari Saldo Anggaran Lebih (SAL) ke perbankan negara (Himbara). Purbaya berharap kebijakan ini dapat menurunkan suku bunga pinjaman dan deposito, sekaligus mendorong masyarakat tidak ragu berbelanja dan meminjam dari bank.

Inisiatif Individu

Meski pemerintah menciptakan iklim yang kondusif, kesuksesan finansial tetap membutuhkan inisiatif individu. Gen Z didorong mengambil langkah mulai menabung dan berinvestasi sejak dini.

Manfaatkan prinsip sederhana seperti 50/30/20 (50% untuk kebutuhan, 30% untuk keinginan, 20% untuk tabungan/investasi). Mulailah dengan modal kecil melalui instrumen seperti reksa dana atau emas digital .

Pahami konsep dasar seperti bunga majemuk, diversifikasi, dan manajemen risiko. Bagaimanapun Gen Z secara umum memiliki literasi investasi yang lebih baik dibanding generasi sebelumnya. Keunggulan yang harus dimanfaatkan.

Yang rada angel mungkin menghindari gaya hidup konsumtif. Gen Z musti waspada terhadap jebakan gaya hidup di media sosial yang mendorong pengeluaran impulsif dan utang konsumtif.

Kefasihan digital yang menjadi keunggulan besar Gen Z bisa dimanfaatkan untuk membangun portofolio digital, mencari peluang bisnis online, atau berkarir di bidang teknologi.
Singkatnya, meski pemerintah menciptakan iklim yang kondusif, kesuksesan finansial tetap membutuhkan inisiatif individu. 

Identitas Kolektif

Secara umum, ada optimisme untuk mengubah wajah muram masa depan anak muda menjadi berbinar. Mengubah ungkapan Indonesia gelap menjadi Indonesia cerah. 

Alasan utamanya adalah kekuatan ikatan dan makna yang timbul dari berjibunnya kesulitan. Kekuatan solidaritas dan ikatan sosial. Kata orang bijak, solidaritas yang lahir dari penderitaan bersama, adalah salah satu ikatan sosial terkuat.

Ketika gen Z menghadapi ancaman masa depan yang sama, penderitaan individu tidak lagi terasa unik atau terisolasi. Ini menciptakan perasaan "kita semua berada di kapal yang sama". Sangat menghibur dan menguatkan.

Penderitaan yang dialami bersama sering kali mendefinisikan dan memperkuat batas-batas antara "kita" (kelompok yang menderita) dan "mereka" (sumber penderitaan, atau kelompok yang tidak menderita). Ini memberikan identitas kolektif yang kuat. Membuat orang merasa lebih memiliki tujuan dan koneksi.

Kita juga paham bagaimana berbagi rasa sakit memungkinkan individu untuk menerima dan memberikan empati serta dukungan emosional yang tulus. Mengetahui ada orang lain yang mengerti persis apa yang Anda rasakan, dapat mengurangi rasa tertekan dan kesepian secara berarti.

Eloknya, manusia cenderung mencari makna dalam kesulitan. Jika penderitaan dijalani bersama, penderitaan sering kali dimaknai sebagai upaya mencapai tujuan yang lebih mulia. Wujudnya bisa tercapainya perubahan sosial.

Dan ini menariknya, jika semua orang di sekitar Anda juga menderita, itu akan membenarkan bahwa penderitaan adalah harga yang wajar untuk tujuan yang lebih besar.

Intinya, dalam menghadapi kesengsaraan, orang sering kali menyadari bahwa hubungan dan komunitas adalah sumber kekuatan terbesar. Mereka tidak memilih penderitaan itu sendiri, tetapi mereka memilih kebersamaan yang menjadikan penderitaan itu lebih tertahankan, bermakna, dan berpotensi untuk diatasi.

Purbaya agaknya melakukan pedekatan tersebut. Itu alasan mengapa sapaannya pada generasi yang sedang menahan beban beratnya hidup itu dengan: "Halo teman-teman Gen Z. Saya akan pastikan doa Anda akan terkabul: Kita sama-sama menjadi kaya bersama."  

Insya Allah. Bukan kaya sendiri! *

Penulis: Zainal Arifin Emka, Wartawan Tua, Pengajar Jurnalistik|Editor: Arifin BH

Share:

Punya insight tentang peristiwa terkini?

Jadikan tulisan Anda inspirasi untuk yang lain!
Klik disini untuk memulai!

Mulai Menulis
Lentera Today.
Lentera Today.