
SURABAYA (Lentera) - Di tengah meningkatnya penyalahgunaan kecerdasan buatan (AI) untuk menyebarkan konten palsu dan melakukan penipuan digital, World menghadirkan teknologi proof of human sebagai upaya memastikan bahwa pengguna internet benar-benar manusia, bukan sekadar bot.
Teknologi ini dibangun oleh World melalui sebuah protokol open-source yang dirancang untuk menciptakan ekosistem digital yang lebih aman, transparan, serta dapat dipercaya oleh semua penggunanya.
Hingga kini World App berada di 160 negara. Verifikasi World ID telah menjangkau ke Amerika Serikat serta beberapa negara di benua Eropa, Amerika Latin, dan Asia. Termasuk Indonesia, Jepang, Korea Selatan, dan negara Asia Tenggara lainnya.
Proof of human semakin penting di era digital saat ini, terutama dengan maraknya kejahatan siber yang memanfaatkan teknologi deepfake. Deepfake merupakan hasil manipulasi video atau suara menggunakan kecerdasan buatan (AI) sehingga terlihat atau terdengar sangat mirip dengan tokoh asli. Penyalahgunaan teknologi ini berpotensi menimbulkan kerugian besar, mulai dari penyebaran informasi palsu hingga perusakan reputasi seseorang.
Urgensi ini semakin diperkuat oleh Laporan Pertumbuhan Deepfake yang dirilis Sumsub, yang mencatat lonjakan hingga 1.550 persen kasus deepfake sepanjang tahun 2024. Peningkatan signifikan tersebut terutama terjadi pada masa pemilu, di mana konten manipulatif digunakan untuk memengaruhi opini publik. Data ini menegaskan perlunya sistem verifikasi identitas digital yang dapat memastikan keaslian pengguna, salah satunya melalui penerapan proof of human.
Untuk menjawab tantangan meningkatnya kejahatan digital, World App menghadirkan teknologi World ID, yakni identitas digital yang berfungsi membuktikan bahwa seseorang benar-benar manusia, sehingga dapat membantu menciptakan ruang digital yang lebih aman dan terpercaya.
Verifikasi keaslian manusia (Humanness verification) dilakukan menggunakan Orb yang mengambil foto mata dan wajah pengguna untuk membuktikan bahwa mereka adalah manusia yang unik. Foto-foto tersebut diubah menjadi kode numerik yang disebut kode iris.
Kode iris dienkripsi, segera ditransfer ke ponsel pengguna dan dihapus secara permanen dari Orb. Konsep ini dikenal sebagai Personal Custody, yaitu sistem yang memastikan setiap individu tetap memegang kendali penuh atas data pribadinya.
Perangkat Anda kemudian mengirimkan kode iris yang dibagikan ke layanan Anonymised MultiParty Computing service, yang kemudian dipecah menjadi beberapa bagian yang dianonimkan, dienkripsi, dan didistribusikan serta disimpan dengan aman di beberapa pihak independen.
Teknologi yang menjaga privasi seperti Anonymized MultiParty Computing memungkinkan komputasi bersama (joint computation) sekaligus menganonimkan data dan Zero-Knowledge Proof, yang memungkinkan verifikasi tanpa mengungkapkan informasi tersembunyi apa pun.
Teknologi ini dikembangkan dengan tujuan utama untuk memberikan perlindungan maksimal, sehingga mampu menjamin tingkat keamanan data serta menjaga privasi pengguna pada level tertinggi.
Selain itu, pengguna dapat mengakses World App, yakni aplikasi yang menawarkan beragam layanan digital. Di dalamnya, pengguna dapat mengakses konten edukasi, permainan daring, dan layanan komunitas berbasis Web3.
Co-Editor: Nei-Dya/berbagai sumber