
SURABAYA (Lentera) - Fenomena La Nina lemah diprediksi akan terjadi di akhir tahun 2025. Kondisi ini ternyata mampu membawa dampak positif dan negatif.
La Nina adalah fenomena iklim yang menyebabkan perubahan signifikan terhadap cuaca di wilayah Indonesia. Saat La Nina berlangsung, suhu permukaan laut di Samudera Pasifik menjadi lebih dingin, memengaruhi pola hujan dan membawa berbagai dampak, baik positif maupun negatif.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut, Kondisi La Niña tersebut dapat berkontribusi pada peningkatan curah hujan di sejumlah wilayah di Indonesia.
Curah hujan yang lebih tinggi dapat meningkatkan ketersediaan air pada , Waduk, bendungan, dan embung terisi dengan lebih cepat, membantu menjaga cadangan air untuk masa kemarau. Peningkatan ketersediaan air sebagai irigasi bagi lahan tadah hujan sehingga berpeluang meningkatkan produktivitas tanaman.
La Nina yang datang di akhir tahun ini bisa jadi berkah bagi produksi padi yang ada di Indonesia, pasalnya La Nina biasanya membuat musim hujan lebih awal dan periode penghujan menjadi lebih panjang.
“Ini memungkinkan wilayah-wilayah yang biasanya belum bisa ditanami karena tidak ada air kali ini bisa ditanami. Ini akan memperluas luas panen.” kata Pengamat Pertanian, Khudori dilansir Bloomberg Technoz, Sabtu (11/10/2025).
Khudori bilang musim hujan yang lebih panjang bisa berdampak baik dan buruk. Dampak baik, seperti perluasan lahan penanaman padi, wilayah-wilayah tadah hujan yang menggantungkan ketersediaan air dari hujan terbuka peluang bisa diusahakan.
“Ini perlu diantisipasi dengan memastikan ketersediaan sarana produksi: benih, pupuk, biaya usahatani, asuransi, dan lain-lain. Percuma air ada jika saprodi tidak tersedia. Ini mesti dipetakan dengan baik dengan melibatkan Pemda yg lebih tahu kondisi lapangan.” kata Khudori.
Tak cuma berpotensi meningkatkan produksi pangan, pasokan air yang berlimpah juga menjamin pembangkit listrik tenaga air dapat beroperasi maksimal.
Namun demikian, Khudori mengingatkan pemerintah untuk senantiasa bersiap bila skenario buruk terjadi akibat fenomena ini.
“Dampak buruk yang perlu diantisipasi adalah jika intensitas hujan tinggi yang berpeluang jadi banjir. Selain itu, musim hujan berkepanjangan juga potensial memicu hama penyakit tertentu. Ini, sekali lagi, perlu dipetakan dengan baik. Dengan begitu akan bisa disiapkan antisipasinya.” katanya.
Selain itu, antisipasi terhadap banjir juga sebaiknya dipersiapkan oleh pemerintah dengan kemungkinan adanya curah hujan yang lebih tinggi dari normal.
“Perlu antisipasi dengan memastikan jejaring irigasi dipastikan bagus agar air limpasan dan hujan yg besar tidak menimbulkan kerusakan pada tanaman.” katanya.
Ia juga mengatakan jika wilayah-wilayah tersebut seharusnya ditanami dengan padi dengan varietas yang tahan genangan untuk mengantisipasi apabila padi terkena banjir dan terendam beberapa hari sehingga padi bisa tumbuh dengan baik.
Kondisi air yang melimpah juga mengakibatkan tanaman rentan terserang penyakit yang berkembang di kondisi lembap. (*)
Editor : Lutfiyu Handi