13 October 2025

Get In Touch

Batik City Run 2025, Perkuat Identitas Jogja Kota Batik Dunia

Para pelari dalam Batik City Run 2025 yang digelar di Yogyakarta, Minggu (12/10/2025). (foto:ist/jogjaprov.go.id)
Para pelari dalam Batik City Run 2025 yang digelar di Yogyakarta, Minggu (12/10/2025). (foto:ist/jogjaprov.go.id)

YOGYAKARTA (Lentera) – Tak sekadar berlari, sebanyak 1.500 runners turut merayakan batik sebagai identitas bangsa dalam Batik City Run (BCR) 2025, pada Minggu (12/10/2025). 

Selaras gelaran Jogja International Batik Biennale (JIBB) sebagai upaya melestarikan dan memajukan batik, event lari tahunan garapan Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Kerajinan dan Batik (BBSPJIKB) Kementerian Perindustrian ini, dipersembahkan dalam rangka memperingati Hari Batik Nasional sekaligus hari pengukuhan Yogyakarta sebagai Kota Batik Dunia pada 18 Oktober.

Mengambil titik start dan finish di Benteng Vredeburg, Batik City Run 2025 menggelar 2 kategori rute, yakni 5K dan 3K. Pada kesempatan kali ini, Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X secara langsung memimpin flag off peserta kategori 5K.

Sebelum melakukan flag off, selain memberikan semangat, Sri Sultan menekankan kepada seluruh pelari untuk berhati-hati selama berlari di jalan. Mengingat, para pelari melewati jalan yang juga dilintasi bersamaan oleh berbagai kendaraan.

“Untuk para peserta yang berolahraga, jalan yang dilewati itu tidak ditutup. Sehingga saya minta hati-hati saat ada di jalan ya. Karena ini juga weekend, kendaraan banyak. Harapan saya anda semua bisa sampai finish dan tidak ada hal-hal yang tidak baik yang terjadi. Semua harus hati-hati berada di jalan, karena kendaraan tetap akan berada di kiri kanan anda semua pada waktu anda berlari. Sukses untuk semuanya,” tutur Sri Sultan mengutip laman jogjaprov.go.id.

Usai melakukan flag off, Sri Sultan pun berkeliling mengunjungi berbagai booth yang ada, salah satunya booth edukasi batik BBSPJIKB. Sri Sultan turut mencoba membatik langsung, didampingi Kepala BBSPJIKB, Jonni Afrizon. 

Sri Sultan juga melihat mesin cuci batik series yang dikeluarkan oleh brand Panasonic.

“Alhamdulillah Pak Gubernur sangat mendukung kegiatan ini dan beliau bilang apresiasi, kedepan kita harus kerja sama. Ini kami sangat bangga dengan dukungan yang luar biasa. Ke depan, tadi arahan dari Pak Gubernur bahwa bagaimana tahun depan event ini dapat dilaksanakan lebih besar, tetapi kolaborasi dengan pemerintahan daerah dan kota. Sehingga kegiatan ini tidak saja nanti dari Balai Besar Kerajinan Batik, tetapi kita sama-sama,” ujar Kepala BBSPJIKB, Jonni Afrizon usai acara.

Jonni menyebut, Batik City Run ini digelar berbekal misi untuk terus mengedukasi perihal batik kepada seluruh masyarakat. Harapannya, dapat menumbuhkan kembali kesadaran masyarakat akan pentingnya melestarikan batik, sebagai warisan budaya takbenda yang diakui UNESCO. 

Sekaligus menjadi jembatan bagi generasi muda untuk merasa dekat dengan batik melalui aktivitas yang mereka gemari, yaitu olahraga dan komunitas. Edukasi yang ditekankan terutama, bahwa penggunaan batik tidak terbatas pada umur atau bahkan aktivitas tertentu saja.

“Edukasi batik terhadap masyarakat kita bawa dengan cara Batik City Run. Jadi bagaimana batik ini menjadi budaya bagi seluruh masyarakat Indonesia. Bagaimana kita memperkenalkan terhadap masyarakat, terutama yang milenial dan generasi muda, yang biasanya mereka beranggapan batik itu hanya dipakai saat-saat tertentu, kemudian dipakai oleh orang-orang tua. Nah inilah dengan cara Batik City Run, kita ingin memberikan edukasi terhadap masyarakat, bahwa batik ini tidak hanya dipakai saat acara-acara tertentu, melainkan dengan desain dan modifikasi tertentu, mereka bisa memakai batik di mana saja,” jelas Jonni.

Edukasi pun tak berhenti sampai di sani, menurut Jonni, generasi muda juga perlu diedukasi mengenai nilai ekonomi yang ada pada batik. Bahwa batik juga mengandung peluang berbisnis. 

“Tenaga pembatik ini rata-rata di usia 40 ke atas. Nah ini kita juga memberikan edukasi pada anak muda bahwa batik ini punya energi, peluang untuk ekonomi. Bisa berbisnis, bisa jadi pebisnis nanti,” ujar Jonni.

Edukasi batik di BCR 2025 ini, juga mengarahkan kepada pemakaian bahan baku yang ramah lingkungan, mulai dari malam hingga pewarna. Malam bisa menggunakan bahan dari sawit kemudian pewarna alami dapat diperoleh dari alam, seperti tumbuhan.

Lebih lanjut, Jonni juga mengungkapkan, BCR 2025 yang diikuti sebanyak 1.500 pelari ini turut berdampak positif pada kenaikan okupansi beberapa hotel. 

“Alhamdulillah efek dari pada Batik City Run, karena kami kerja sama dengan hotel-hotel juga, malam tadi sudah disampaikan bahwa semua hotelnya penuh oleh peserta Batik City Run,” ungkap Jonni.

Saat ini, dalam rangkaian gelaran Batik City Run 2025, pihaknya baru bisa mengadakan beberapa kegiatan lain seperti edukasi dan seminar nasional. Ke depan, Jonni berharap, pihaknya juga bisa menggelar pameran batik bertaraf nasional yang bertempat di Jogja.

“Kenapa kita lakukan di Jogja? Karena Jogja ini adalah kota batik dunia. Supaya apa? Seluruh batik-batik yang ada di Nusantara ini mereka berada di situ nanti. Sehingga nanti tidak Jogja saja yang menjadi energinya, tetapi seluruh Indonesia ini kan sudah punya batik yang sesuai dengan kompetensi kekuatan masing-masing di daerah. Ini yang juga akan kita lakukan sama-sama,” imbuh Jonni.

Adapun BCR 2025 diselenggarakan dengan berkolaborasi dengan Kayana Creative sebagai event organizer, dan Jorace sebagai race management. Dalam ajang lari ini, setiap peserta memperoleh jersey bermotif batik dan scarf batik eksklusif, race number, medali finisher, tote bag, refreshment, dan asuransi.

Berpusat di Museum Benteng Vredeburg, usai berlari, para peserta bisa mengikuti demo dan edukasi membatik dengan Malam Batik Sawit: edukasi tentang inovasi batik ramah. Serta mengunjungi Pameran Batik & UMKM, yang menampilkan karya IKM batik asli dengan Batikmark serta tenant UMKM pendukung.

 

Editor: Arief Sukaputra

 

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.