16 October 2025

Get In Touch

Israel Bebaskan 1.966 Tahanan Palestina, Hamas Serahkan 20 Sandera Lewat Palang Merah

Reaksi sejumlah perempuan saat Hamas membebaskan para sandera yang telah ditawan di Gaza sebagai bagian dari pertukaran tawanan-sandera dan kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas, di Tel Aviv, Israel, Senin (13/10/2025). (BBC)
Reaksi sejumlah perempuan saat Hamas membebaskan para sandera yang telah ditawan di Gaza sebagai bagian dari pertukaran tawanan-sandera dan kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas, di Tel Aviv, Israel, Senin (13/10/2025). (BBC)

MOSKOW (Lentera) — Upaya menuju perdamaian di Jalur Gaza mulai menampakkan titik terang. Setelah berminggu-minggu perundingan intensif, Israel dan kelompok Hamas akhirnya menjalankan tahap pertama kesepakatan gencatan senjata. Kedua pihak sepakat melakukan pertukaran tahanan dan sandera dalam skala besar yang disebut sebagai langkah awal menuju stabilitas kawasan.

Menurut laporan Sputnik yang dikutip dari Reuters, Senin (13/10/2024) sebanyak 1.966 warga Palestina yang sebelumnya ditahan di berbagai penjara Israel telah dibebaskan dan dinaikkan ke sejumlah bus yang membawa mereka kembali ke wilayah asal masing-masing, Senin (13/10/2025). 

Pembebasan ini menjadi bagian dari kesepakatan yang difasilitasi oleh komunitas internasional, dengan dukungan kuat dari Presiden Amerika Serikat Donald Trump, yang pekan lalu mengumumkan rancangan “rencana perdamaian tahap awal” antara Israel dan Hamas.

Dalam pernyataannya, Trump menyebut kesepakatan tersebut sebagai “langkah berani menuju babak baru perdamaian Timur Tengah” dan menegaskan bahwa Amerika Serikat akan memastikan kedua pihak mematuhi perjanjian tersebut. “Kami tidak akan membiarkan siapa pun melanggar kesepakatan di Gaza,” kata Trump.

Sebagai bagian dari kesepakatan itu, Israel diwajibkan membebaskan ribuan tahanan Palestina, termasuk mereka yang telah menjalani hukuman seumur hidup. Di sisi lain, kelompok Hamas menyerahkan seluruh 20 sandera Israel yang masih hidup kepada Komite Internasional Palang Merah (ICRC) di Jalur Gaza untuk kemudian diserahkan ke otoritas Israel.

Menurut laporan AFP, proses pembebasan sandera berlangsung dalam dua tahap. Tahap pertama dilakukan dengan menyerahkan tujuh orang, disusul tahap kedua sebanyak 13 orang sandera. “Berdasarkan informasi yang diterima dari Palang Merah, 13 sandera telah diserahkan dan sedang dalam perjalanan menuju pasukan IDF dan ISA di perbatasan Gaza,” kata juru bicara militer Israel.

Foto-foto yang dirilis Reuters memperlihatkan kendaraan Palang Merah mengangkut para sandera keluar dari kota Khan Younis, Jalur Gaza bagian selatan, pada Senin sore waktu setempat. Warga sekitar tampak memadati jalanan, sebagian melambaikan tangan sebagai simbol harapan agar gencatan senjata benar-benar terwujud.

Namun, pembebasan sandera bukan tanpa tantangan. Sejumlah sumber dari Al Jazeera menyebut bahwa pemulangan jenazah warga Israel yang tewas di Gaza belum bisa dilakukan dalam waktu dekat karena persoalan logistik dan keamanan di lapangan. Para mediator internasional memperkirakan proses pemulangan jenazah baru bisa dilakukan pada tahap kedua kesepakatan.

Selain pertukaran tahanan, Israel juga berjanji akan menarik pasukan militernya dari beberapa wilayah di Jalur Gaza dan kembali ke garis demarkasi yang disepakati dalam perundingan. Sebagai gantinya, Hamas diwajibkan memastikan penghentian serangan roket ke wilayah Israel dan menjamin keselamatan warga sipil di zona perbatasan.

Langkah pertukaran ini disambut dengan lega oleh keluarga para tahanan Palestina. Di Ramallah dan Hebron, ratusan warga turun ke jalan merayakan kepulangan anggota keluarga mereka. Banyak di antara mereka telah mendekam di penjara Israel selama lebih dari satu dekade.

“Ini adalah kemenangan kecil bagi rakyat kami,” ujar seorang ibu dari tahanan yang dibebaskan kepada media lokal Palestina. “Kami hanya berharap tidak ada lagi yang ditangkap setelah ini.”

Sementara itu, Komite Internasional Palang Merah (ICRC) mengonfirmasi bahwa mereka telah menyerahkan tujuh sandera pertama kepada militer Israel pada Senin pagi, dan sisanya pada sore hari. “Kami memastikan seluruh proses dilakukan sesuai hukum kemanusiaan internasional,” kata perwakilan ICRC.

Dari sisi Israel, pembebasan ribuan tahanan Palestina menimbulkan perdebatan politik di dalam negeri. Sebagian anggota parlemen menilai keputusan itu terlalu berisiko, namun pihak militer menegaskan langkah tersebut penting untuk membuka jalan menuju gencatan senjata jangka panjang.

Kesepakatan ini sekaligus menandai perubahan besar dalam dinamika konflik yang telah menelan ribuan korban jiwa sejak awal tahun. Data lembaga kemanusiaan menunjukkan bahwa lebih dari 30.000 warga Palestina kehilangan tempat tinggal akibat serangan udara dan darat selama pertempuran berlangsung, sementara ratusan warga Israel menjadi korban serangan roket balasan dari Hamas.

Kini, perhatian dunia tertuju pada pelaksanaan tahap lanjutan perjanjian, yang akan mencakup pemulihan kemanusiaan di Gaza, penyaluran bantuan internasional, serta pembukaan kembali pelintasan perbatasan bagi warga sipil dan logistik.

Meskipun banyak pihak menyambut baik langkah ini, skeptisisme masih mengemuka. Beberapa analis memperingatkan bahwa tanpa komitmen kuat dari kedua pihak dan dukungan berkelanjutan dari dunia internasional, gencatan senjata ini berpotensi rapuh.

Namun bagi sebagian besar warga Gaza, pembebasan ribuan tahanan dan kembalinya 20 sandera menjadi simbol bahwa harapan belum sepenuhnya padam. “Kami ingin hidup normal, tanpa ketakutan,” kata seorang warga Gaza dalam wawancara dengan media setempat. “Semoga ini benar-benar menjadi awal perdamaian.”

Co-Editor: Nei-Dya/berbagai sumber

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.