
SURABAYA (Lentera)- Krisis sampah plastik masih menjadi persoalan lingkungan yang serius di Indonesia. Tak hanya menumpuk di daratan, limbah plastik juga mencemari kawasan pesisir dan perairan.
Menyadari urgensi masalah ini, Guru Besar Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Prof. Dr. rer. nat. Ir. Maya Shovitri, M.Si, melakukan penelitian dan menemukan bakteri mangrove yang mampu mendegradasi limbah plastik secara alami.
Profesor dari Departemen Biologi ITS itu menjelaskan, perairan Indonesia tidak hanya menjadi habitat ikan, fitoplankton, dan zooplankton, tetapi juga rumah bagi berbagai mikroorganisme. Di antara mikroorganisme tersebut, bakteri memiliki kemampuan metabolisme unik yang dapat mendaur ulang material organik maupun anorganik.
“Kemampuan adaptif ini memungkinkan bakteri bertahan hidup bahkan di lingkungan ekstrem seperti tumpukan limbah plastik,” kata Prof. Maya, Selasa (21/10/2025).
Sejak 2013, Prof. Maya menekuni riset mengenai biodegradasi plastik oleh isolat bakteri dari kawasan hutan mangrove Wonorejo, Surabaya, wilayah yang dikenal sebagai titik akumulasi sedimen dan sampah plastik.
Menurutnya, kondisi ini menjadikan Wonorejo sebagai lokasi ideal untuk menemukan bakteri yang tangguh sekaligus berpotensi mengurai plastik.
Dalam penelitiannya, alumnus University of Bremen, Jerman tersebut menerapkan beberapa metode, seperti Winogradsky column, soil burial, dan overlying water. Potongan plastik (kresek) dimasukkan ke dalam sedimen dan air laut yang terkontaminasi untuk memungkinkan bakteri beradaptasi dan melakukan proses degradasi.
Tahap berikutnya, Prof. Maya melakukan isolasi dan karakterisasi bakteri secara biokimia dan molekuler menggunakan gen 16S rRNA. Hasil risetnya menunjukkan bahwa genus Bacillus, Brevibacillus, Lysinibacillus, dan Pseudomonas mampu menghasilkan enzim lipase, alkane hidroksilase, dan ligninolitik, yang berperan dalam penguraian plastik.
“Dari hasil uji laboratorium, bakteri ini mampu menurunkan berat plastik hingga 12 persen dalam waktu 16 minggu,” jelasnya.
Ke depan, penelitian ini akan dikembangkan lebih lanjut untuk memahami gen-gen pengurai plastik serta faktor lingkungan yang memengaruhi efektivitas kerja enzim. Prof. Maya menekankan, semakin sesuai kondisi lingkungannya, semakin tinggi pula kemampuan bakteri dalam mendegradasi plastik.
Riset ini tidak hanya memperkaya ilmu dasar tentang biodiversitas mikroorganisme tropis dan bioteknologi molekuler, tetapi juga sejalan dengan pengembangan bioteknologi hijau yang berorientasi pada solusi ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Temuan ini turut mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya poin 12 (Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab), 14 (Ekosistem Lautan), dan 15 (Ekosistem Daratan).
Ke depan, ia berharap hasil penelitiannya dapat menjadi dasar untuk produk bioteknologi bernilai tambah yang mendukung ekonomi biosirkular dan menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan lestari.
"Dari ekosistem mangrove, kita bisa menemukan solusi bagi tantangan global pencemaran plastik,” tutupnya.
Reporter: Amanah/Editor:Widyawati