27 October 2025

Get In Touch

Mikroplastik di Jakarta Meningkat 5 Kali Lipat, Ini Peringatan BRIN dan BMKG 

Ilustrasi
Ilustrasi

JAKARTA (Lentera) – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mencatat peningkatan drastis kadar mikroplastik di kawasan pesisir Jakarta. Dalam kurun waktu tujuh tahun, kadar mikroplastik di Muara Angke melonjak hingga lima kali lipat dibandingkan hasil penelitian pada 2015.

Profesor Riset BRIN Muhammad Reza Cordova menjelaskan, lonjakan ini menunjukkan sistem pengelolaan sampah di Ibu Kota masih menyisakan persoalan, terutama pada Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang masih menerapkan sistem open dumping atau pembuangan terbuka.

“Kami menemukan bahwa peningkatan mikroplastik sangat berkaitan dengan TPA terbuka. Semakin besar area open dumping, semakin tinggi pula kandungan mikroplastik di udara dan air,” ujar Reza saat media briefing bersama Pemprov DKI di Balai Kota Jakarta, Jumat (24/10/2025).

Menurut Reza, air lindi dari TPA terbuka dapat meningkatkan kadar mikro dan mesoplastik hingga sembilan kali lipat di badan air. Selain itu, paparan sinar matahari di area pembuangan terbuka mempercepat pelepasan partikel plastik ke udara, terutama pada musim kemarau.
Ia menambahkan, tren kenaikan mikroplastik juga berbanding lurus dengan pertumbuhan penduduk dan aktivitas perkotaan.

“Semakin padat aktivitas manusia, semakin tinggi pula partikel plastik yang kami temukan di udara, air, dan biota laut,” katanya.

Temuan BRIN ini menjadi alarm serius, terlebih sebelumnya lembaga tersebut juga menemukan mikroplastik dalam air hujan Jakarta, menandakan polusi plastik telah menembus atmosfer.

BMKG: Tak Selalu dari Jakarta

Menanggapi temuan BRIN, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menegaskan bahwa mikroplastik yang jatuh bersama air hujan di Jakarta tidak selalu berasal dari wilayah itu sendiri.

Fungsional Madya BMKG, Dwi Atmoko, menjelaskan bahwa partikel mikroplastik tergolong aerosol, partikel halus yang tersuspensi di udara dan dapat berpindah mengikuti arah angin.

“Mikroplastik bisa terbawa angin antarwilayah, bahkan lintas negara. Saat menjadi inti kondensasi awan, partikel ini ikut turun ke bumi melalui hujan,” jelas Dwi.

Ia menerangkan, partikel tersebut dapat jatuh melalui dua mekanisme: deposisi kering, ketika partikel menempel di permukaan bumi akibat gravitasi; dan deposisi basah, ketika partikel ikut turun bersama hujan.

Citra satelit CALIPSO menunjukkan partikel aerosol, termasuk mikroplastik, bisa mencapai ketinggian hingga 15 kilometer di atmosfer sebelum akhirnya mengendap kembali ke tanah atau perairan.

Menurut Dwi, Indonesia yang beriklim tropis dan sering mengalami pembakaran sampah terbuka berpotensi besar menjadi sumber sekaligus penerima mikroplastik dari wilayah lain.

“Fenomena ini disebut pollutant transport. Jadi partikel dari Jakarta bisa terbawa ke daerah lain, dan sebaliknya,” ujar Dwi.

Editor:Widyawati/berbagai sumber

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.