26 October 2025

Get In Touch

Ratusan Siswa dari Tiga Sekolah dan Tujuh Guru di Sleman Diduga Keracunan MBG

Satu siswa di Kapanewon Mlati, Kabupaten Sleman yang diduga keracunan MBG saat dirujuk dari Puskemas Mlati I ke RSA UGM, karena kondisinya lemas. (foto:ist/Kompas.com)
Satu siswa di Kapanewon Mlati, Kabupaten Sleman yang diduga keracunan MBG saat dirujuk dari Puskemas Mlati I ke RSA UGM, karena kondisinya lemas. (foto:ist/Kompas.com)

YOGYAKARTA (Lentera) - Ratusan siswa dari tiga sekolah di wilayah Kapanewon Mlati, Kabupaten Sleman mengalami dugaan keracunan makanan, usai menyantap menu Makan Bergizi Gratis (MBG). 

Sejumlah siswa dibawa ke Puskesmas Mlati I dan satu di antaranya harus dirujuk ke Rumah Sakit Akademik (RSA) UGM, karena kondisinya lemas. 

Plt Panewu Mlati (Camat Mlati), Arifin membenarkan bahwa siswa yang mengalami gejala keracunan berasal dari tiga sekolah berbeda. 

"Dari MAN 3, SMP Negeri 2 Mlati dan SD Jombor Lor," ujar Arifin saat ditemui di Puskesmas Mlati I, Kabupaten Sleman mengutip Kompas.com, Jumat (24/10/2025).

Arifin menuturkan, seluruh siswa yang mengalami gejala keracunan pangan telah dibawa ke Puskesmas Mlati I.

"Semua kan dibawa ke sini, sudah dicek sebagian besar rawat jalan," ungkapnya. 

Lebih lanjut, Arifin menyebut bahwa program MBG di tiga sekolah tersebut disediakan oleh penyedia pangan (SPPG) yang sama. Namun, penyebab dugaan keracunan belum dapat dipastikan. 

"Kita lihat apakah karena makan tadi pagi, atau yang kemarin. Bisa jadi kan kemarin, kalau SD kan makannya tadi pagi. Tapi tidak tahu apakah karena yang tadi pagi atau yang kemarin," ucapnya. 

Sementara itu, Kepala Puskesmas Mlati I, Isah Listiyani menjelaskan, laporan pertama datang dari guru SMP 2 Mlati pada Jumat pagi. 

"Tadi sekitar jam 9 informasi dari guru SMP 2 Mlati, ada siswa yang diduga (mengalami keracunan pangan) karena mengonsumsi MBG kemarin," ujar Isah di Puskesmas Mlati I. 

Setelah laporan tersebut, para siswa segera dibawa ke Puskesmas, untuk mendapat perawatan. Tak lama kemudian, siswa dari MAN 3 dan SD Jombor Lor juga menyusul datang dengan gejala serupa.

Isah menyampaikan, bahwa rata-rata siswa mengeluhkan sakit perut, mual, dan mulas.  Menurut data sementara, sekitar 84 siswa dari ketiga sekolah dibawa ke Puskesmas Mlati I.

"Sekitar 84-an (siswa yang dibawa ke Puskesmas), tapi kita masih harus ngecek lagi," ungkapnya.

Sebagian besar siswa diperbolehkan pulang usai menjalani perawatan, sementara satu siswa dirujuk ke RSA UGM karena kondisinya belum membaik. 

"Dirujuk satu ke RSA (RSA UGM). (Kondisinya) Masih lemes," ucapnya.

Untuk mengetahui penyebab pasti dugaan keracunan, Puskesmas Mlati I telah mengambil sampel makanan MBG yang dikonsumsi oleh siswa dari MAN 3 Yogyakarta, SMP Negeri 2 Mlati, dan SD Jombor Lor.

"Kita sudah mengambil sampel makanan, sudah. Nanti dari Dinas Kesehatan yang akan menindaklanjuti," ujar Isah Listiyani. Sampel tersebut diambil dari menu MBG pada 23 Oktober 2025 yang disiapkan oleh dapur penyedia.

"Ya (sampel makanan). (Sampel MBG) yang kemarin dari dapurnya," ucapnya.

Guru juga diduga alami keracunan MBG

Dugaan keracunan akibat mengkonsumsi MBG tidak hanya dialami oleh siswa SMP Negeri 2 Mlati, tujuh orang guru di sekolah tersebut juga mengalami gejala serupa. 

Hal ini disampaikan oleh Kepala SMP Negeri 2 Mlati, Isnan Abadi saat ditemui di Puskesmas Mlati I dikutip dari Kompas.com, pada Jumat (24/10/2025). 

"Tidak hanya satu, ada tujuh (guru yang mengalami gejala keracunan)," ujar Isnan.

Dari tujuh guru tersebut, tiga di antaranya datang ke Puskesmas Mlati I untuk berobat sekaligus mendampingi siswa yang juga mengalami gejala keracunan.

"Berobat sambil mendampingi, intinya dia (tiga guru) sudah nyaman (kondisinya)," tambahnya. 

Isnan menjelaskan, bahwa ketujuh guru tersebut sempat mengonsumsi MBG yang tidak dimakan oleh siswa. Menu MBG pada Kamis (23/10/2025) terdiri dari opor ayam, tahu balado, nasi, acar, dan buah anggur. 

"Kalau ada siswa yang tidak makan, ya itu yok dimakan. Tidak semua (yang dimakan), misal hari ini sisa berapa ya itu (yang dimakan guru)," jelasnya. 

Di SMP Negeri 2 Mlati, terdapat sekitar 470 siswa, dan sekitar 200 di antaranya mengalami gejala keracunan. Siswa yang tidak mengalami gejala keracunan adalah mereka yang tidak mengonsumsi MBG atau memiliki kondisi tubuh yang baik. 

"(Siswa yang mengalami gejala) ada 200 an. (Yang tidak mengalami gejala karena) ada yang nggak makan karena alasan habis shalat tidak sempat makan, ada yang kondisinya bagus," ucapnya. 

Isnan menambahkan, bahwa siswa yang dirawat di Puskesmas Mlati I diperbolehkan pulang setelah mendapatkan perawatan, sedangkan siswa yang tidak mengalami gejala tetap mengikuti pelajaran di sekolah. 

"Yang dari Puskesmas boleh pulang, tapi yang tidak (mengalami gejala mengikuti pelajaran) sampai jam 2," urainya. 

Koordinator SPPG Mlati, Bagas mengonfirmasi bahwa MBG untuk tiga sekolah tersebut berasal dari satu SPPG yang sama.

Namun, ia menyatakan belum dapat memberikan pernyataan lebih lanjut karena masih mencari informasi lebih detail. 

"Masih mencari tahu informasi detailnya seperti apa. Kita tunggu hasilnya aja seperti apa," ucap Bagas.

 

Editor: Arief Sukaputra

 

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.