27 October 2025

Get In Touch

Pemkot Malang Siapkan Langkah Edukatif Antisipasi Fenomena Childfree di Kalangan Generasi Muda

Kepala Bidang Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Dinas Sosial-P3AP2KB Kota Malang, Dian Sonyalia Catur Rina. (Santi/Lentera)
Kepala Bidang Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Dinas Sosial-P3AP2KB Kota Malang, Dian Sonyalia Catur Rina. (Santi/Lentera)

MALANG (Lentera) - Pemerintah Kota (Pemkot) Malang menyiapkan langkah edukatif untuk mengantisipasi potensi berkembangnya fenomena childfree di kalangan generasi muda.

Upaya tersebut dilakukan melalui program Bina Keluarga Remaja (BKR) dan Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIKR). Yang menyasar kelompok remaja dan pelajar di sekolah-sekolah siaga kependudukan.

Kepala Bidang Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Dinas Sosial-P3AP2KB Kota Malang, Dian Sonyalia Catur Rina, menghendaki isu childfree, istilah untuk pasangan suami istri yang secara sadar memilih untuk tidak memiliki anak sepanjang hidup mereka, menjadi fenomena sosial yang kini banyak diperbincangkan di masyarakat, termasuk di kalangan muda.

"Ya, isu-isu seperti ini memang berkembang di masyarakat saat ini. Dan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pun saat ini berusaha menerjemahkan hal itu," ujar Sonya, dikutip pada Sabtu (25/10/2025).

Dinilainya, pandangan sebagian generasi muda untuk tidak memiliki anak biasanya muncul karena berbagai pertimbangan. Mulai dari kekhawatiran terhadap pengasuhan hingga kesiapan ekonomi.

"Mungkin, kalau generasi sekarang ini berpikir nanti menikah punya anak, siapa yang akan mengurus anaknya. Ini kan bagian dari pertimbangan yang panjang," katanya.

Untuk menjawab kekhawatiran itu, menurutnya, pemerintah juga telah memiliki sejumlah program. Salah satunya yakni Taman Asuh Sayang Anak (Tamasya). Program tersebut diharapkan dapat membantu para ibu muda, khususnya yang bekerja dan tidak tinggal satu rumah dengan orang tua, agar tetap bisa menjalankan peran pengasuhan dengan baik.

Meski demikian, Dian menegaskan keputusan untuk childfree merupakan hal yang bersifat personal dan tidak bisa digeneralisasi. Ia menilai, media sosial memiliki peran besar dalam membentuk persepsi sebagian anak muda terhadap keputusan tersebut.

Disinggung terkait dengan kondisi di Kota Malang, Dian mengaku belum memiliki data maupun hasil survei terkait fenomena childfree.

"Selama ini yang kami lihat ya dari media sosial saja. Kami tidak bisa mengatakan ada atau tidak, sejauh mana, seperti apa, kami belum tahu karena kami belum melakukan survei," jelas Dian.

Sebagai bentuk antisipasi, Dinsos-P3AP2KB memperkuat kegiatan pembinaan dan edukasi yang berkaitan dengan pembangunan keluarga dan program keluarga berencana. Salah satu pendekatannya dilakukan melalui kelompok kegiatan Bina Keluarga Balita, Bina Keluarga Remaja, serta Pusat Informasi dan Komunikasi Remaja (PIKR).

"Biasanya yang kami sentuh untuk fenomena seperti ini, kalau berhubungan dengan remaja, itu pernikahan dini dan gerakan anti narkoba. Kami masuknya lewat Bina Keluarga Remaja dan lewat PIKR," terang Dian.

Ditambahkannya, pemerintah kini menghadapi dinamika baru dalam kebijakan kependudukan. Jika dulu fokusnya menekan laju pertumbuhan penduduk melalui program Keluarga Berencana (KB), kini tantangannya adalah membangun kesadaran generasi muda akan pentingnya keluarga yang sehat dan berkualitas.

"Kita harus berusaha memberikan pemahaman, memberikan wawasan pada generasi sekarang, khususnya yang remaja, bahwa membangun keluarga yang sehat dan berkualitas itu penting," paparnya.

Melalui kegiatan Bina Keluarga Remaja dan PIKR yang dilaksanakan di sekolah-sekolah siaga kependudukan, Dian berharap edukasi mengenai peran keluarga dapat tersampaikan secara lebih luas. (*)

 

Reporter: Santi Wahyu
Editor : Lutfiyu Handi

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.