MALANG (Lentera) - Pemerintah Kota (Pemkot) Malang memastikan akan mencari jalan tengah untuk mengatasi ambrolnya jembatan di Kelurahan Pandanwangi yang terjadi usai hujan deras pada 10 Oktober 2025 lalu.
"Rencana awal memang dari Belanja Tak Terduga (BTT) anggarannya itu Rp2 miliar. Sementara sesuai hitungan rencana anggaran biaya (RAB), kebutuhan untuk pembangunan jembatan baru itu Rp5,3 miliar," ujar Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang, Perumahan, dan Kawasan Permukiman (DPUPR-PKP) Kota Malang, Dandung Djulharjanto, dikonfirmasi melalui sambungan selular, Senin (27/10/2025).
Karena keterbatasan tersebut, Pemkot Malang memutuskan untuk mencari solusi sementara agar akses warga tidak terputus. Salah satu langkah yang dipilih adalah dengan menyewa jembatan Bailey yang akan dipasang di lokasi jembatan Sonokembang.
"Diputuskan bahwa kami akan membuat jembatan sementara dengan menyewa jembatan Bailey untuk akses masyarakat bisa segera dibuka," jelasnya.
Menurut Dandung, pihaknya juga telah melakukan koordinasi dengan Balai Jalan dan Jembatan Provinsi Jawa Timur untuk rencana penyewaan tersebut. Ia menyebut, jangka waktu sewa direncanakan selama delapan bulan, sembari menunggu kesiapan pembangunan jembatan baru.
"Untuk sewanya rencananya delapan bulan. Anggarannya berapa, itu sedang kami hitung. Kemudian kami lakukan pembongkaran jembatan lama dan pembersihan supaya tidak terjadi sumbatan di situ," tambahnya.
Ia memahami kebutuhan masyarakat, namun membangun jembatan sementara dari bambu di atas lokasi jembatan yang ambrol tidak direkomendasikan karena berpotensi membahayakan keselamatan.
"Kemarin sudah ketemu dengan masyarakat yang membangun jembatan bambu di atasnya. Kami gak bisa melarang, tapi gak merekomendasikan. Itu bahaya, sudah ada gerongan di dalam pondasi jembatannya, sudah ada yang jebol juga di sana," ungkapnya.
Sementara itu, Ketua RT 04 Kelurahan Pandanwangi, Khotib Hambali, mengatakan warga terpaksa membuat jembatan darurat secara swadaya karena kondisi mendesak. Warga, kata dia, sudah resah sejak akses utama terputus lebih dari dua pekan.
"Karena ini warga sudah resah. Jembatan ini menjadi satu-satunya akses untuk lewat sini. Dengan jembatan sementara ini semua sudah senang," kata Khotib saat ditemui.
"Sebetulnya gak diizinkan sama Pak Wali Kota. Tutup total memang. Sama Pak Kepala Dinas PUPR-PKP, Pak Lurah, Pak Camat juga gak mengizinkan. Tetapi kami lakukan ini, (sudah) kami antisipasi, kami jaga supaya gak menimbulkan korban," imbuhnya.
Ia menjelaskan, warga juga bergotong royong menjaga keamanan jembatan dengan sistem bergiliran selama 24 jam.
"Kami harus saling kontrol, saling jaga, jeli terus. Berkala warga memantau, 24 jam," tambahnya.
Reporter: Santi Wahyu|Editor: Arifin BH





