31 October 2025

Get In Touch

Jasa Indonesia atas Diterimanya Timor Leste Jadi Anggota Penuh ASEAN

erdana Menteri Timor-Leste Kay Rala Xanana Gusmāo (tengah) memberikan keterangan kepada wartawan di sela KTT Ke-47 ASEAN, di Kuala Lumpur, Malaysia, Minggu (26/10/2025) -Ant
erdana Menteri Timor-Leste Kay Rala Xanana Gusmāo (tengah) memberikan keterangan kepada wartawan di sela KTT Ke-47 ASEAN, di Kuala Lumpur, Malaysia, Minggu (26/10/2025) -Ant

KUALA LUMPUR (Lentera) -Gerbang untuk keanggotaan penuh Timor-Leste di Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) resmi dibuka pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-47 ASEAN di Kuala Lumpur, Malaysia, Minggu, 26 September.

Presiden Prabowo Subianto bersama pemimpin negara Asia Tenggara lainnya menandatangani Declaration on the Admission of Timor-Leste into ASEAN (Deklarasi Penerimaan Timor-Leste ke dalam ASEAN) yang menandai penerimaan resmi Timor-Leste sebagian anggota ke-11.

Merdeka pada 2002, Timor-Leste telah mencoba mendekati gerbang keanggotaan ASEAN sejak 2007 yang dimulai dengan penandatanganan Perjanjian Persahabatan dan Kerja Sama di Asia Tenggara (Treaty of Amity and Cooperation in Southeast Asia/TAC)—yang menjadi titik awal pendekatan keanggotaan ASEAN.

Menggunakan metode pendekatan perlahan, Timor-Leste baru berani menyatakan keinginan untuk menjadi anggota penuh ASEAN pada 2011. Namun, butuh bagi lama bagi negara-negara anggota perhimpunan yang telah terbentuk pada 1967 ini untuk akhirnya mau membuka hatinya bagi Timor-Leste.

Ada negara-negara anggota, salah satunya Singapura, yang sebelumnya mempertanyakan apakah negara yang memakai bahasa Portugis itu sudah cukup siap untuk bergabung.

Untuk menjadi anggota, Timor-Leste harus sepenuhnya memenuhi persyaratan dan kewajiban organisasi, termasuk kemampuan untuk memenuhi persyaratan partisipasi dalam tiga pilar utama, yaitu politik-keamanan (ASEAN Political-Security Community/APSC), ekonomi (ASEAN Economic Community/AEC), dan sosial-budaya (ASEAN Socio-Cultural Community/ASCC).

Menyadari bahwa negaranya masih perlu “memantaskan diri”, Timor-Leste terus berupaya melaksanakan reformasi di sektor-sektor terkait, terutama ekonomi, dan meningkatkan kapasitas manusianya.

Pada 2022 ASEAN menyetujui keanggotaan Timor-Leste secara prinsip dan memberikan status observasi pada tingkat tinggi. ASEAN juga mendorong Timor-Leste untuk terus berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan non-pembuatan kebijakan ASEAN untuk tujuan pengembangan kapasitas.

Buah dari upaya dan perjuangan panjang Timor-Leste mendekati ASEAN akhirnya bisa dipetik pada Oktober 2025. ASEAN kini terdiri atas 11 negara anggota, yakni Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam, dan Timor-Leste.

Perdana Menteri Timor-Leste Kay Rala Xanana Gusmāo menyampaikan bahwa aksesi negaranya sebagai anggota penuh ASEAN menandai babak baru bagi Timor-Leste sekaligus sejarah baru bagi ASEAN.

Xanana menyatakan harapannya agar suara Timor-Leste dapat semakin didengar dunia setelah resmi bergabung sebagai anggota penuh ASEAN.

“Melihat ASEAN sebagai sebuah kawasan, kami berpandangan bahwa dengan bergabung bersama ASEAN, banyak isu dan suara kami bisa didengar. Kalau kami sendiri, orang akan bertanya siapa kami, negara kecil,” ujar Xanana dalam konferensi pers di sela KTT Ke-47 ASEAN dan pertemuan terkait di Kuala Lumpur, Malaysia, dikutip Antara Senin (27/10/2025).

Indonesia sebagai jembatan

Indonesia, sebagai negara yang dahulunya pernah memiliki wilayah Timor-Leste, berupaya memapah negara baru itu untuk bergabung sebagai anggota ASEAN.

Peranan Indonesia tidak hanya sebagai pendukung suara tapi juga mentor bagi Timor-Leste, terutama dalam keketuaan Indonesia pada ASEAN 2023.

Bak seorang murid yang meminta bantuan pada mentornya, Presiden Timor-Leste Ramos Harta yang bertemu dengan Presiden Indonesia Joko Widodo pada Juli 2022, secara khusus menyatakan harapan agar Jakarta dapat segera membawa negaranya ke gerbang keanggotaan ASEAN.

Pakar hubungan internasional dari Universitas Padjadjaran Teuku Rezasyah tidak menampik bahwa terdapat kesulitan bagi Indonesia dalam menyatukan pandangan negara anggota ASEAN karena pengambilan keputusan dalam ASEAN didasarkan pada Konsultasi dan Konsensus.

Semua anggota memiliki hak yang sama, terlepas dari luas wilayah, jumlah penduduk, dan kekuatan ekonomi. Di satu sisi, Indonesia tidak dapat menekan salah satu anggota ASEAN, yang ingin membuat konsesi terpisah dengan Timor-Leste, sebelum menyatakan dirinya setuju untuk menerima Timor Leste.

Indonesia perlu meyakinkan jika Timor-Leste akan bersikap lebih terbuka, saat dirinya menjadi anggota penuh ASEAN, serta Timor-Leste kelak mampu bersikap sesuai prinsip tata kelola yang baik, seperti dimintakan oleh negara tertentu.

Indonesia pun berupaya agar proses aksesi Timor-Leste ke ASEAN tampak progresif di masa keketuaannya.

KTT ke-42 ASEAN di Labuan Bajo, mengadopsi peta jalan menuju keanggotaan penuh Timor Leste. Poin khusus yang tertuang dalam dokumen Ketua KTT ASEAN itu secara khusus menyebut bahwa “Kami menegaskan kembali dukungan kami bagi Timor-Leste dalam upaya mereka untuk menapaki jalur pembangunan Komunitas ASEAN.”

Peta jalan ini kemudian menjadi “kunci” resmi agar Timor-Leste dipersiapkan menjadi anggota penuh.

Pada momentum tersebut, Kementerian Luar Negeri Indonesia juga menyatakan bahwa Indonesia siap membantu Timor Leste menyelesaikan beberapa tahapan yang diperlukan untuk sepenuhnya menjadi anggota penuh.

Indonesia menilai Timor-Leste perlu meningkatkan kapasitas, yang salah satunya bisa diwujudkan melalui peningkatan kualitas sumber dayanya.

Kementerian Luar Negeri kemudian menindaklanjuti dengan mengundang 30 pejabat negara Timor-Leste untuk mengikuti kegiatan di berbagai kementerian di Indonesia yang akan menyelenggarakan pertemuan dalam rangka keketuaan ASEAN.

Berbekal “kunci” yang telah diterimanya, Presiden Timor-Leste Ramos Harta segara memasang target agar keanggotaan penuh negaranya di ASEAN dapat diperoleh pada 2025.

Peran sebagai mentor berlanjut pada 2024. Menteri Perdagangan Indonesia saat itu Zulkifli Hasan dalam pertemuannya dengan Menteri Perdagangan dan Industri Timor-Leste Nino Pereira, menyatakan bahwa Indonesia menyetujui untuk terus memberikan pelatihan kepada pejabat Timor-Leste dalam negosiasi perdagangan.

Menteri Zulkifli juga mendorong terbentuknya neraca perdagangan yang lebih seimbang—sebuah upaya untuk meningkatkan kapasitas ekonomi Timor-Leste, sesuai dengan pilar ekonomi ASEAN.

Menteri Luar Negeri Indonesia saat itu Retno Marsudi, terus menyuarakan akan pentingnya aksesi Timor-Leste ke ASEAN. Tidak hanya agar Timor-Leste memetik manfaat dari “payung” ASEAN, namun juga agar menunjukkan bahwa ASEAN adalah organisasi yang inklusif.

Menteri Retno pada pertemuan ke-35 ASEAN Coordinating Council (ACC) di Vientiane, Laos, 2024, menyampaikan keyakinannya bahwa peran Timor-Leste dalam berbagai pertemuan ASEAN dan proses pembentukan kebijakan perlu diperluas sebagai langkah penting untuk memperkuat integrasi kawasan.

Retno menekankan perlunya pembentukan satu unit pendukung khusus bagi Timor-Leste di Sekretariat ASEAN. Unit tersebut akan berperan dalam memfasilitasi pencapaian sasaran-sasaran utama yang tercantum dalam peta jalan menuju keanggotaan penuh Timor-Leste di ASEAN.

Manisnya buah diplomasi

Keanggotaan Timor-Leste di ASEAN merupakan sebuah pencapaian historis. Itu merupakan “buah” dari perjuangan tidak hanya dipetik oleh negara baru di Asia itu, namun juga Indonesia,

Indonesia yang terus menunjukkan komitmen kuat untuk mendukung aksesi negara tetangganya itu dalam sebuah integrasi nasional, mencerminkan manisnya buah diplomasi dalam menjaga stabilitas kawasan.

Berpegang teguh pada prinsip luar negeri yang bebas aktif, “buah” akan keanggotaan Timor-Leste yang turut dirasakan Indonesia tidak tumbuh secara instan. Perlu pupuk, perlu air yang cukup, perlu tanah yang subur, untuk memastikan bahwa bunga yang ada di pohon bisa berkembang menjadi bakal buah, menjaga proses pematangan, hingga akhirnya buahnya bisa dipetik.

Reza menilai bahwa Indonesia telah berhasil mengangkat harkat Timor Leste menjadi negara yang terhormat dalam ASEAN. Resmi menjadi anggota ASEAN, Timor-Leste dapat terlibat dalam banyak kerja sama kelautan di wilayah lautnya yang berbatasan dengan Indonesia—situasi yang dapat mendukung keamanan laut Indonesia.

Kendati demikian, Reza mengingatkan agar Timor-Leste senantiasa mempersiapkan staf diplomatik yang berkualitas dan dalam jumlah besar guna mengikuti semua persidangan dalam ASEAN, serta mempelajari semua dokumen mengenai ASEAN yang sudah ada sejak terbentuk pada 1967.

Dia juga memberi catatan agar Timor-Leste tidak terjebak dalam euforia akan statusnya sebagai anggota penuh karena ASEAN mensyaratkan terpenuhinya stabilitas di dalam negeri dan mengelola pembangunan secara berkelanjutan.

Timor-Leste juga diminta untuk mengambil manfaat dari praktik-praktik pembangunan internasional yang telah terwujud, guna dipraktikkan dalam program pembangunan nasional di berbagai bidang, seperti pertanian, perikanan, kelautan, dan kehutanan.

Sebuah fakta bahwa Indonesia dan Timor Leste pernah memiliki masa lalu yang berat. Namun, Jakarta memilih pendekatan rekonsiliasi dan menyebut Dili sebagai saudara dekat.

Indonesia menjadi salah satu negara pertama yang mendorong agar Timor-Leste mendekat ke gerbang keanggotaan ASEAN. Dari dalam, Indonesia juga terus melobi negara-negara anggota untuk bersama-sama membuka pintu gerbang bagi Timor-Leste.

Dukungan juga diberikan secara teknis, agar Timor-Leste memenuhi tiga pilar utama ASEAN—politik-keamanan, ekonomi, dan sosial-budaya.

Hal ini merupakan cerminan bahwa diplomasi bukan hanya lobi politik, tetapi juga kerja nyata di tingkat teknis yang membawa dampak jangka panjang. Dampak yang tidak hanya agar Timor-Leste dinilai cocok dengan ASEAN, namun juga dampak bagi pertumbuhan di dalam negeri Timor-Leste itu sendiri.

Indonesia, terutama pada keketuaan Indonesia pada KTT ASEAN 2023 serta pada KTT ASEAN di Malaysia, menunjukkan implementasi politik bebas aktif dalam konteks regional. Indonesia tidak hanya memperjuangkan kepentingannya sendiri, namun juga membantu Timor-Leste menjadi bagian dari komunitas regional yang lebih kuat.

Editor: Arifin BH

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.