MADIUN (Lentera) – Persoalan sampah tidak bisa hanya diselesaikan dengan truk dan TPA. Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Madiun memilih jalur berbeda: melatih masyarakat agar sampah menjadi sumber nilai ekonomi. Salah satunya melalui pelatihan budidaya maggot yang digelar di Ruang Eka Kapti, Pusat Pemerintahan (Puspem) Caruban, Rabu (5/11/2025).
Kepala DLH Kabupaten Madiun, Muhamad Zahrowi, menyebut pelatihan ini sebagai bagian dari strategi pengelolaan sampah terpadu yang lebih produktif dan berkelanjutan.
“Kami tidak ingin pengelolaan sampah berhenti pada kumpul-angkut-buang. Sampah organik harus diolah, dimanfaatkan, bahkan bisa menjadi sumber penghasilan. Melalui budidaya maggot ini, kami ingin masyarakat melihat bahwa dari sampah pun ada nilai ekonomi,” ujar Zahrowi.
Menurutnya, langkah ini sejalan dengan target nasional pengelolaan sampah 100 persen pada tahun 2029, sebagaimana dicanangkan Presiden. Karena itu, kegiatan pelatihan juga difokuskan pada aspek edukasi dan pemberdayaan masyarakat.
“Menjaga lingkungan bukan hanya tugas pemerintah, tapi tanggung jawab bersama. Dengan pelatihan seperti ini, kami ingin masyarakat berperan aktif dalam mengelola sampah dari sumbernya,” tambahnya.
Dalam kegiatan tersebut, DLH menghadirkan Nugroho, Ketua Pengelola TPS 3R Kabupaten Malang, sebagai narasumber utama. Ia berbagi pengalaman sukses menerapkan sistem pengelolaan sampah berbasis maggot di wilayahnya.
“Budidaya maggot terbukti efektif mempercepat penguraian sampah organik. Selain itu, maggot punya nilai ekonomi tinggi karena bisa dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan ikan,” jelas Nugroho di hadapan peserta.
Zahrowi menuturkan, larva Black Soldier Fly (BSF) atau maggot berperan penting dalam proses penguraian sampah organik secara alami. Hasil olahannya bukan hanya ramah lingkungan, tetapi juga bernilai ekonomis tinggi karena kandungan proteinnya.
Pelatihan diikuti oleh perwakilan Bank Sampah Unit (BSU), Bank Sampah Induk, TPS 3R, TPS-T, dan TPA se-Kabupaten Madiun. Kegiatan ini diharapkan menjadi langkah awal menuju model pengelolaan sampah berbasis ekonomi sirkular di tingkat daerah.
“Setelah pelatihan ini, kami berharap peserta bisa menerapkan dan mengembangkan budidaya maggot di wilayah masing-masing. Jika berhasil, ini bisa menjadi model pengelolaan sampah terpadu yang berkelanjutan di Kabupaten Madiun,” tutup Zahrowi optimistis. (*)
Reporter: Wiwiet Eko Prasetyo
Editor : Lutfiyu Handi





