SURABAYA (Lentera) — Tokoh budaya nasional Puti Guntur Soekarno menegaskan pentingnya pendidikan berbasis kebudayaan sebagai landasan pembentukan karakter bangsa, dalam Acara Semarak Budaya 2025 bertema “Seni Pertunjukan Anak-Anak Menciptakan Generasi Berbudaya” di Balai Pemuda, Surabaya.
Acara tersebut diikuti anak-anak binaan dari berbagai sekolah yang tergabung dalam Sekolah Anak Bangsa, sebuah lembaga pendidikan nonformal yang digagas para pemuda Surabaya dengan tujuan menanamkan nilai-nilai kebangsaan, toleransi, dan cinta tanah air melalui kegiatan seni dan budaya.
Dalam sambutannya, Anggota Komisi VI DPR DI, Puti menyatakan karakter bangsa Indonesia harus terus dipupuk melalui pelestarian nilai-nilai budaya sejak usia dini.
“Karakter bangsa Indonesia adalah bangsa yang berbudaya dan memiliki kepribadian dalam berkebudayaan. Ciri bangsa yang berbudaya ialah sopan santun, tenggang rasa, dan saling menghormati meskipun berbeda suku, agama, atau daerah asal,” ungkap Puti, Minggu (09/11/2025).
Perempuan yang juga Ketua DPP PDI Perjuangan tersebut menambahkan, kegiatan yang melibatkan anak-anak dari berbagai latar belakang ini mencerminkan semangat toleransi dan persatuan di tengah keberagaman bangsa.
“Ada yang berasal dari Jawa, ada dari Batak, dari Sunda, dan daerah lainnya. Namun mereka tampil bersama, saling menghormati dan bekerja sama. Ini adalah wujud nyata semangat kebangsaan yang harus dijaga,” ujarnya.
Kegiatan Semarak Budaya 2025 menampilkan beragam seni pertunjukan yang dibawakan oleh siswa tingkat sekolah dasar hingga menengah. Penampilan mencakup tarian daerah, musik tradisional, drama bertema toleransi, hingga ludruk.
Lebih lanjut, Puti Guntur Soekarno menjelaskan, pelestarian budaya harus menjadi bagian integral dari sistem pendidikan nasional. Ia menilai bahwa generasi muda perlu memahami budaya sebagai identitas bangsa di tengah pengaruh globalisasi yang semakin kuat.
“Budaya adalah jati diri bangsa. Di era modern ini, anak-anak perlu dikenalkan pada akar kebudayaan agar mereka tidak kehilangan arah dan tetap memiliki rasa cinta tanah air,” ujarnya.
Ia juga menyoroti, pentingnya kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan komunitas untuk menjaga keberlanjutan kegiatan berbasis budaya di tingkat lokal.
“Kegiatan seperti ini tidak bisa berjalan sendiri. Diperlukan sinergi antara pemerintah, sekolah, dan komunitas budaya agar nilai-nilai luhur bangsa terus hidup dan diwariskan,” kata cucu Proklamator Bung Karno tersebut.
Puti menambahkan, bahwa melalui kegiatan seni, anak-anak dapat menumbuhkan empati, memahami keberagaman, dan belajar menghormati sesama.
“Ketika anak-anak menari bersama dalam busana adat yang berbeda, mereka sebenarnya sedang belajar arti persatuan. Itulah esensi pendidikan berbasis budaya,” tuturnya.
Sementara itu, Kepala Sekolah Anak Bangsa, Rusalle menjelaskan kegiatan Semarak Budaya merupakan agenda pertama yang akan digelar secara tahunan berfokus pada pembentukan karakter anak melalui seni.
“Kami berupaya menanamkan nilai kebangsaan melalui kegiatan budaya. Anak-anak tidak hanya belajar menari atau bermain musik, tetapi juga belajar disiplin, kerja sama, dan menghormati perbedaan,” kata pria yang akrab disapa Cali .
Menurutnya, seluruh kegiatan di Sekolah Anak Bangsa dijalankan secara sukarela oleh relawan muda dari berbagai universitas di Surabaya. Mereka membantu mengajar, melatih seni pertunjukan, serta mendampingi anak-anak dalam memahami nilai-nilai budaya Indonesia.
“Relawan kami berasal dari latar belakang beragam, ada yang mahasiswa seni, pendidikan, dan sosial. Mereka berkomitmen mendukung pendidikan karakter anak bangsa melalui pendekatan budaya,” ujarnya.
Sekolah Anak Bangsa, lanjut Cali, berdiri sebagai inisiatif sosial tanpa biaya pendidikan tetap, dengan dukungan masyarakat dan donatur lokal yang diprakarsai Puti Guntur.
Reporter: Pradhita/Editor: Ais





