16 November 2025

Get In Touch

Danantara Target Semua Pesawat Garuda Terbang Pada 2026

Pesawat Garuda Indonesia.
Pesawat Garuda Indonesia.

JAKARTA (Lentera) - Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) mentargetkan tak ada pesawat milik PT Garuda Indonesia (Persero) yang grounded pada 2026. Artinya semua pesawat harus beroperasi atau terbang.

Managing Director Danantara, Febriany Eddy, mengatakan bahwa kondisi pesawat grounded (berstatus dilarang terbang) selama ini telah menimbulkan kerugian bagi maskapai.

Febriany mengatakan suntikan dana terbaru untuk Garuda dari Danantara sebagian besar untuk perawatan. Pesawat yang tidak bisa terbang itu karena belum melakukan perawatan yang dibutuhkan.

Dampak tidak beroperasionalnya pesawat sejak beberapa tahun lalu adalah tidak adanya pendapatan. Namun maskapai harus tetap membayar uang sewa pesawat dan lain-lain. Operasional sebelumnya juga menyebabkan kerugian besar bagi maskapai. “Setiap hari menunda, maka semakin besar lubang yang harus ditutup,” ucapnya dalam acara Coffee Morning Session Danantara Asset Management di Jakarta, Jumat (14/11/2025).

Menurut situs resmi Garuda Indonesia, saat ini terdapat 77 pesawat yang terdiri dari Boeing 777-300ER, Boeing 737-800NG, Airbus A330-200, Airbus A330-300 dan Airbus A330-900neo. Rata-rata usia pesawat adalah 13,06 tahun per tanggal 31 Mei 2025.

Danantara telah menambah modal sebesar Rp 23,67 triliun dari PT Danantara Asset Management. Modal itu terdiri atas setoran tunai sebesar Rp 17,02 triliun dan konversi utang sebesar Rp 6,65 triliun. Keputusan ini disetujui dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang digelar di Auditorium Gedung Manajemen Garuda Indonesia, Tangerang, Rabu, 12 November 2025.

Dari total Rp 23,67 triliun, sekitar Rp 8,7 triliun (37 persen) akan dialokasikan untuk kebutuhan modal kerja Garuda Indonesia, seperti perawatan dan pemeliharaan pesawat. 

Sementara itu, Rp 14,9 triliun (63 persen) dialokasikan untuk mendukung operasional anak perusahaan—Citilink, yang terdiri atas Rp 11,2 triliun untuk modal kerja dan Rp 3,7 triliun untuk pelunasan kewajiban pembelian bahan bakar kepada Pertamina untuk periode 2019–2021.

Febriany mengatakan biaya tambahan untuk perawatan tersebut tidak bisa ditunda lagi, karena kerugian perusahaan sudah besar. “Kami akan ikut monitor dan tidak akan bekerja bersama dengan tim manajemen Garuda Indonesia,” tuturnya.

"Target kita adalah tahun depan semua yang sudah grounded aircraft itu, semua bisa terbang. Tentu dia gradual ya. Ya butuh waktu lah, ini benerin aircraft kan bukan 24 jam beres gitu ya. Jadi, target kita tahun depan itu semua bisa return to service," kata Febriany.

Meski demikian, Febriany menekankan bahwa perbaikan pesawat bukan perkara mudah, terutama karena dunia tengah mengalami kelangkaan kapasitas maintenance, repair, and overhaul (MRO) pascapandemi COVID-19.

Guna mempercepat proses, GMF AeroAsia turut dilibatkan meski beberapa jenis perawatan mesin harus menunggu ketersediaan slot di luar negeri.

"Saat ini di dunia juga shortage MRO (maintenance, repair, overhaul). Setelah post-COVID itu semua ramai-ramai melakukan apa yang mereka tidak lakukan dua tahun sehingga kita juga berebut slot," katanya.

Kemudian, setelah seluruh armada kembali mengudara, target berikutnya dari Danantara adalah meningkatkan standar layanan Garuda Indonesia.

"Kita ingin kembali layanan Garuda itu harus top notch. Harus berbeda," ucap Febri.

Sebelumnya, Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) Garuda Indonesia telah menyetujui penyertaan modal senilai Rp23,67 triliun oleh Danantara melalui mekanisme Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMTHMETD).

Rinciannya, Rp8,7 triliun (37 persen) dialokasikan untuk modal kerja Garuda, termasuk pemeliharaan pesawat, Rp14,9 triliun (63 persen) untuk Citilink, terdiri dari Rp11,2 triliun modal kerja dan Rp3,7 triliun untuk pelunasan kewajiban pembelian bahan bakar kepada Pertamina periode 2019-2021. (*)

Editor : Lutfiyu Handi

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.