16 November 2025

Get In Touch

Studi: Tidur dengan Lampu Menyala Bisa Merusak Jantung

Ilustrasi tidur lelap (Shutterstock)
Ilustrasi tidur lelap (Shutterstock)

SURABAYA (Lentera) -Suasana gelap malam menjadi tanda alami bagi tubuh untuk beristirahat dan memulihkan energi. Namun, gaya hidup modern membuat batas antara siang dan malam kian kabur. Penelitian menunjukkan, cahaya buatan yang tampak tidak berbahaya saat tidur justru dapat mempengaruhi kesehatan, bahkan meningkatkan risiko gangguan pada jantung.

Sebuah studi yang dipresentasikan dalam American Heart Association’s Scientific Sessions 2025 menemukan bahwa tidur dengan lampu menyala bisa berdampak buruk bagi kesehatan jantung.

Paparan cahaya buatan di malam hari, atau nighttime light pollution, bahkan dalam intensitas rendah, terbukti dapat memicu stres di otak dan menyebabkan peradangan pada pembuluh darah. Dalam jangka panjang, kondisi ini dapat mempercepat pengerasan arteri yang menjadi pemicu utama serangan jantung dan stroke.

Penelitian yang melibatkan 466 orang dewasa dari Harvard Medical School dan Massachusetts General Hospital menggunakan pemindaian PET/CT.

Hasilnya menunjukkan bahwa mereka yang tinggal di area dengan cahaya malam lebih terang memiliki risiko penyakit jantung 35 persen lebih tinggi dalam lima tahun, dan meningkat hingga 22 persen dalam sepuluh tahun.

Sebanyak 17 persen peserta bahkan mengalami gangguan jantung serius selama masa tindak lanjut penelitian.

“Kami menemukan hubungan yang hampir linear antara cahaya malam dan penyakit jantung — semakin banyak paparan cahaya malam, semakin besar risikonya. Bahkan peningkatan kecil dalam cahaya malam berkaitan dengan stres lebih tinggi di otak dan arteri,” kata Peneliti utama, Shady Abohashem.

Selain itu, sebuah penelitian dari Northwestern University Feinberg School of Medicine, Amerika Serikat, yang diterbitkan di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS) pada 2022, menemukan bahwa tidur dengan lampu menyala dapat mengganggu kesehatan metabolik dan jantung.

Studi ini mengamati 20 orang dewasa sehat yang tidur di bawah pencahayaan kamar sekitar 100 lux, setara dengan lampu tidur atau lampu televisi yang menyala di malam hari.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidur hanya satu malam dengan cahaya moderat dapat meningkatkan denyut jantung dan menurunkan variabilitas detak jantung, tanda meningkatnya aktivitas saraf simpatik.

Selain itu, sensitivitas insulin peserta menurun keesokan paginya, menunjukkan adanya gangguan pada regulasi gula darah yang bisa memicu risiko diabetes dan penyakit kardiovaskular jika terjadi terus-menerus.

Para peneliti menyimpulkan bahwa paparan cahaya buatan di malam hari bukan sekadar gangguan tidur, tetapi berpotensi memengaruhi sistem saraf dan metabolisme tubuh. Meskipun dilakukan dalam skala kecil, studi ini menegaskan pentingnya menjaga kamar tetap gelap saat tidur sebagai langkah sederhana untuk melindungi kesehatan jantung dan metabolik.

Dikutip dari Times of India, pakar gaya hidup memperkenalkan konsep “light diet” atau diet cahaya dengan cara mengatur paparan cahaya buatan setelah matahari terbenam. Seperti halnya membatasi konsumsi gula atau kafein, mengurangi cahaya di malam hari dapat membantu tubuh kembali pada ritme biologis alaminya.

Langkah sederhana seperti mematikan perangkat elektronik sebelum tidur, menggunakan tirai gelap, atau mengganti lampu dengan warna hangat dapat memberi dampak besar bagi kualitas tidur dan kesehatan jantung.


Meski penelitian masih bersifat observasional, para ahli menilai hasilnya cukup kuat untuk dijadikan dasar perubahan kebiasaan. Sejumlah kota di Eropa bahkan mulai menerapkan “dark design” dan menciptakan “dark sky towns”, kawasan dengan pencahayaan minim untuk menjaga ritme alami tubuh.

Sains kini mengingatkan bahwa menjaga kesehatan jantung bukan hanya soal olahraga atau pola makan. Namun, juga tentang mematikan lampu dan kembali pada kegelapan yang menenangkan (*)

Editor: Arifin BH/tempo

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.