Dinkes Malang Beber Hasil Lab Dugaan Keracunan MBG MTs Al-Khalifah, Ada Kandungan Nitrit di Menu Tahu
MALANG (Lentera) - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Malang membeberkan hasil uji laboratorium sampel makanan program Makan Bergizi Gratis (MBG), menunjukkan adanya kandungan nitrit pada menu tahu.
Temuan itu disampaikan setelah 37 siswa dan dua guru MTs Al-Khalifah dilaporkan mengalami gejala keracunan, usai menyantap paket MBG pada 23 Oktober 2025 lalu.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Malang, Wiyanto Wijoyo menjelaskan pengujian sampel makanan dilakukan oleh Balai Besar Laboratorium Kesehatan Masyarakat (BBLKM) Surabaya, usai para siswa dan guru diduga mengalami gejala keracunan.
"Hasil laboratoriumnya ada sedikit senyawa nitrit, ya. Di menu tahu, ya. Kalau ada yang nggak tahan, ya akhirnya mual-mual," ujar Wiyanto, Rabu (19/11/2025).
Menurut Wiyanto, temuan nitrit tersebut dapat disebabkan oleh pemilihan bahan baku yang kurang cermat maupun proses penyimpanan makanan yang tidak tepat. Ia mencontohkan, bahan seperti tahu yang diproduksi dalam jumlah besar berpotensi memiliki bagian yang tidak lagi layak konsumsi.
"Kadang-kadang pemilihan bahan-bahannya yang mungkin agak kurang cermat, itu bisa saja terjadi. Karena jumlah besar, kayak tahu itu kan jumlahnya banyak, mungkin sebagian ada yang busuk. Bagi orang yang sehat mungkin nggak apa-apa, tapi kalau nggak sehat ya mual-mual. Dan itu kan nggak semua. Kalau 1.000 orang semuanya mual, itu berarti kacau," jelasnya.
Selain nitrit, Waiyanto menyebut, hasil pemeriksaan juga menemukan sedikit bakteri Ecoli. Wiyanto menyampaikan, sumber kontaminasi kemungkinan berasal dari air yang digunakan selama proses pengolahan.
"Kemudian ada sedikit (bakteri) E. coli, itu mungkin dari airnya. Bukan dari air tahunya. Tetapi dari air biasanya," tambahnya.
Dinkes Kabupaten Malang juga mendapati informasi, sebagian siswa mengonsumsi susu kemasan sebelum menyantap paket MBG. Menurut Wiyanto, kondisi tubuh yang kurang sehat ditambah konsumsi susu tertentu dapat memicu mual pada sebagian orang.
Lebih lanjut, ia menyampaikan, Dinkes akan terus melakukan pembinaan kepada para penjamah makanan di seluruh Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG). Upaya itu meliputi pelatihan dan sertifikasi bagi para petugas penyaji makanan guna meningkatkan aspek keamanan pangan.
"Pengawasan tetap kita bina saja, tidak bisa mengawasi semua satu per satu. Kita bina, kita suluh lagi. Kemudian dasar-dasar penyaji dan penjamah makanan itu juga dikasih sertifikat," ungkapnya.
Wiyanto juga memastikan, penjamah makanan hingga kepala SPPG merupakan tenaga yang memiliki kompetensi di bidangnya. Hal itu penting mengingat proses penyiapan makanan MBG harus dilakukan dalam waktu singkat untuk ribuan porsi setiap harinya.
"Ya niat profesional saja pasti hasilnya bagus. Kalau tidak profesional nggak bisa itu. Karena jumlah besar, ribuan porsi," pungkasnya.
Reporter: Santi Wahyu/Editor: Ais




