12 December 2025

Get In Touch

Pakar UB Sebut Populasi dan Tata Ruang Penyebab Utama Kota Malang Rawan Banjir

Guru Besar Teknik Pengairan Universitas Brawijaya (UB), Prof. Dr. Ir. Muhammad Bisri, MS., IPU., (tengah). (Santi/Lentera)
Guru Besar Teknik Pengairan Universitas Brawijaya (UB), Prof. Dr. Ir. Muhammad Bisri, MS., IPU., (tengah). (Santi/Lentera)

MALANG (Lentera) - Kota Malang kembali menghadapi risiko rawan banjir, terutama saat hujan deras mengguyur. Guru Besar Teknik Pengairan Universitas Brawijaya (UB), Prof. Dr. Ir. Muhammad Bisri, MS., IPU menegaskan populasi penduduk Kota Malang dan tata ruang yang tidak terkendali menjadi penyebab utama banjir, bukan hujan semata.

"Fenomena banjir di Kota Malang penyebab utamanya adalah bertambahnya jumlah penduduk. Solusinya, Pemkot harus mengendalikan pertumbuhan penduduk," ujar Prof. Bisri, dikonfirmasi melalui pesan singkat, Senin (8/12/2025).

Dijelaskannya, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk Kota Malang tercatat sekitar 850 ribu jiwa. Namun, dengan keberadaan 62 perguruan tinggi, populasi riil termasuk mahasiswa dan penduduk yang tidak tercatat diperkirakan mencapai 1,2 hingga 1,5 juta jiwa.

"Luas Kota Malang tetap, tetapi jumlah penduduk terus bertambah. Kebutuhan hunian dan infrastruktur seperti rumah sakit, kantor, hingga kafe meningkat. Semakin banyak permukiman, semakin besar dampak terhadap aliran air saat hujan," kata Prof. Bisri.

Menurutnya, secara teknis, debit banjir dipengaruhi oleh koefisien pengaliran (C). Dahulu, nilai C Kota Malang sekitar 0,5, sehingga sebagian air hujan terserap ke tanah dan sebagian melimpas. Saat ini, sebagian besar permukaan kota telah dibeton sehingga koefisien pengaliran hampir mendekati 1.

"Sekarang hujan deras turun, air yang mengalir semakin banyak. Yang dulu hujan jatuh ke sawah dan terserap, kini bingung ke mana harus mengalir," tegas Prof. Bisri.

Kondisi inilah yang menurutnya membuat Kota Malang rawan banjir, terutama saat hujan dengan intensitas tinggi. "Bukan karena ada fenomena, tetapi ya karena kesalahan ulah manusia sendiri. Kita semuanya. Kalau C nya 1, berarti sekarang tergantung hujan. Kalau deras, ya pasti banjir dan pasti itu," tuturnya.

Untuk menekan risiko banjir di Kota Malang, Prof. Bisri menyarankan beberapa langkah strategis. Pertama, pengendalian pertumbuhan penduduk agar hunian tidak melebihi kapasitas kota.

Kedua, pengendalian alih fungsi lahan agar tata ruang tidak sepenuhnya berubah menjadi permukiman, khususnya di wilayah padat penduduk seperti Lowokwaru dan Klojen.

Ketiga, penyelesaian masterplan drainase Kota Malang agar air hujan dapat dialirkan secara terstruktur dan efektif. Keempat, kesadaran masyarakat perlu ditingkatkan, termasuk menjaga saluran air tetap bersih dan tidak dibuang sampah sembarangan.

"Makanya Gerakan Angkat Sampah dan Sedimentasi (GASS) harus digalakkan kembali, terutama sebelum musim hujan, untuk mengurangi risiko genangan air," tambah Prof. Bisri.

"Kemudian yang terakhir, penataan saluran drainase itu harus dimulai dari saluran di kampung, tersier sekunder," tutupnya.

 

Reporter: Santi Wahyu/Editor: Ais

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.