MALANG (Lentera) - Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Malang mengajak perempuan di Malang Raya untuk 'upgrade diri' dalam menghadapi tantangan era digital yang berkembang semakin pesat.
Ajakan ini disampaikan melalui kegiatan edukasi Pelindungan Konsumen (PeKA) bertajuk "KosmoniTalk x Bank Indonesia PeKA: Perempuan Mandiri Siap Upgrade Diri". Kegiatan tersebut digelar pada Jumat (12/12/2025).
Deputi Kepala KPw BI Malang, Siti Nurfalinda, menjelaskan kegiatan ini merupakan bagian dari komitmen Bank Indonesia dalam memperluas literasi masyarakat mengenai risiko transaksi digital sekaligus memperkuat pelindungan konsumen.
"Jadi ini salah satu upaya untuk kita ngasih tahu masyarakat, 'Eh, kita digitalisasi, tapi tetap waspada, loh'," ujar Linda. Menurutnya, kini modus penipuan digital kini semakin variatif, mulai dari modus melalui aplikasi pesan singkat hingga rekayasa menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI).
Linda juga menilai edukasi pelindungan konsumen melalui program Peduli, Kenali, dan Adukan (PeKA) menjadi pilar penting dalam menjaga stabilitas sistem pembayaran dan sistem keuangan nasional.
Dalam kegiatan ini, sekitar 200 perempuan dari Kota Malang, Kabupaten Malang, dan Kota Batu berpartisipasi untuk memahami lebih dalam risiko digital sekaligus meningkatkan literasi keuangan.
Lebih lanjut, program tersebut juga mendukung strategi nasional Gerakan Bersama Pelindungan Konsumen (GEBER PK), khususnya pada penguatan literasi dan penanganan pengaduan masyarakat.
Linda juga menjelaskan, kolaborasi dengan Radio Kosmonita dipilih untuk memperluas jangkauan edukasi. Media yang dekat dengan masyarakat dinilai efektif untuk menyampaikan pesan pelindungan konsumen, terutama kepada perempuan sebagai segmen yang paling aktif bertransaksi digital.
"Kalau BI melakukannya sendiri memang terbatas. Dengan kerja sama bersama mitra yang jaringannya kuat, masyarakat yang teredukasi akan jauh lebih banyak," jelasnya.
Ia menyampaikan, perempuan menjadi sasaran utama karena memiliki peran besar dalam pengelolaan keuangan rumah tangga dan tercatat sebagai kelompok dengan aktivitas belanja online yang tinggi. Melalui edukasi ini, perempuan diharapkan mampu mengenali risiko transaksi digital dan melindungi diri dari berbagai modus penipuan.
Dia menyampaikan PeKA juga dirancang sebagai ruang aman bagi perempuan untuk memahami hak-hak konsumen, mengenali potensi kerugian digital, dan meningkatkan kesadaran terhadap keamanan transaksi.
Linda menegaskan, kebutuhan perempuan masa kini menuntut kemampuan adaptif, kemandirian ekonomi, serta pemahaman yang kuat mengenai risiko digital, terutama menjelang tantangan kehidupan pada tahun 2026.
"Kami ingin masyarakat lebih aware. Penipuan sekarang caranya semakin banyak. Harapan kami, digitalisasi terus berjalan, tapi kewaspadaan juga harus ditingkatkan," tegasnya. (*)
Reporter: Santi Wahyu
Editor : Lutfiyu Handi





