17 December 2025

Get In Touch

Korban Meninggal Bencana Sumatera Bertambah jadi 1.053 Orang

Ilustrasi penemuan korban meninggal becana di Sumatera oleh tim gabungan dan Basarnas. (foto:ist/dok.Ant/Basarnas)
Ilustrasi penemuan korban meninggal becana di Sumatera oleh tim gabungan dan Basarnas. (foto:ist/dok.Ant/Basarnas)

BANDA ACEH (Lentera) - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan korban meninggal dunia, akibat bencana di Provinsi Aceh, Sumatera Utara dan Sumatera Barat total 1.053 orang per, Selasa (16/12/2025). 

Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari menyampaikan terkait jumlah korban meninggal dunia dalam bencana di Provinsi Aceh, Abdul Muhari menyebutkan total per Selasa (16/12/2025) mencapai 449 jiwa. Sedangkan di Sumatera Utara sebanyak 360 jiwa, dan Sumatera Barat mencapai 244 jiwa.

"Untuk hari ini, ada penambahan korban meninggal dunia sebanyak 23 orang. Jadi total korban meninggal dunia sebanyak 1.053 jiwa, dari Aceh ada 18 orang dan Sumatera Utara lima orang," kata Abdul Muhari di Banda Aceh mengutip Antara, Selasa (15/12/2025).

Menyangkut dengan pengungsi secara keseluruhan, kata Abdul Muhari, mencapai mencapai 606.040 jiwa, terdiri di Aceh sebanyak 571.201 jiwa, Sumatera Utara mencapai 21.579 jiwa, dan Sumatera Barat sebanyak 13.260 jiwa.

"Kami juga terus berupaya mempercepat pendirian titik pengungsian terpadu. Pengungsian terpadu ini untuk memudahkan penyaluran distribusi logistik, baik pangan maupun nonpangan," jelasnya,

Sedangka total rumah rusak akibat bencana banjir dan longsor di Provinsi Aceh mencapai 106.058 unit, tersebar di 18 kabupaten kota terdampak bencana di Provinsi Aceh.

"Berdasar data per Selasa (16/12/2025), jumlah rusak akibat bencana di wilayah Aceh mencapai 106.058 unit. Kerusakan terdiri, parah, sedang, dan ringan," ujar Abdul Muhari. 

Abdul Muhari merinci, kerusakan tersebut terdiri rumah rusak ringan sebanyak 46.779 unit, rumah rusak sedang mencapai 22.951 unit, serta dengan kondisi rusak berat sebanyak 36.328 unit.

Menurutnya, data kerusakan rumah tersebut menjadi dasar penyusunan dan perencanaan pembangunan hunian bagi korban bencana banjir bandang dan longsor di Provinsi Aceh.

"Pembangunan hunian nantinya, baik yang direlokasi maupun yang tetap di lokasi awal. Yang di lokasi awal ini khususnya untuk rumah rusak ringan," kata Abdul Muhari.

Sedangkan untuk yang relokasi, Abdul Muhari menyebutkan diperuntukkan bagi rumah rusak berat atau hilang yang dilanda bencana akhir November 2025. Titik relokasi didiskusikan dengan pemerintah daerah setempat serta harus jauh dari potensi bencana.

"Sedangkan rumah rusak ringan, dibangun dengan kawasan yang ditata sebaik mungkin serta menghindari potensi bencana serupa. Termasuk aspek mitigasi, baik struktur bangunan maupun lainnya," imbuhnya.

 

Editor: Arief Sukaputra

 

 

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.