19 December 2025

Get In Touch

Menikmati Pesona Pawon Purba di Desa Wisata Nglanggeran

Menikmati Pesona Pawon Purba di Desa Wisata Nglanggeran

SURABAYA ( LENTERA ) - Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BP2SDM) Kementerian Kehutanan (Kemenhut) memilih kawasan ekowisata Nglanggeran, Gunungkidul, menjadi percontohan untuk pengembangan hutan lain sebagai kawasan ekoeduwisata.

Tata kelola di Nglanggeran akan diadaptasi dan disusun menjadi grand design ekoeduwisata. Grand design ini akan digunakan untuk mengembangkan tiga Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK), yaitu KHDTK Pondok Buluh Sumatera Utara, KHDTK Sawala Mandapa Jawa Barat, dan KHDTK Tabo-Tabo Sulawasi Selatan.

Hal itu tak berlebihan mengingat Desa Wisata Nglanggeran memang merupakan potret pariwisata berkelanjutan.

Desa Nglanggeran, yang berada di Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul, telah lama dikenal sebagai desa wisata unggulan. Letaknya di kawasan perbukitan karst menjadikan desa ini kaya akan panorama alam sekaligus nilai geologis. Ikon utamanya, Gunung Api Purba Nglanggeran, terbentuk sekitar 60 juta tahun lalu dan kini menjadi situs geowisata penting di Yogyakarta.

Pendakian menuju puncak Gunung Gedhe, salah satu titik tertinggi di kawasan ini, menyuguhkan pengalaman yang tidak hanya memanjakan mata, tetapi juga mengajak pengunjung memahami perjalanan panjang bumi. Bebatuan raksasa, jalur setapak alami, serta vegetasi yang tumbuh di sela-sela batuan vulkanik menjadi saksi bisu proses geologi yang berlangsung jutaan tahun.

Namun, Nglanggeran bukan semata soal gunung. Desa ini hidup dari harmoni antara alam dan manusia. Warganya menjaga tradisi, mengelola lingkungan, dan membuka rumah mereka sebagai homestay bagi wisatawan yang ingin merasakan kehidupan desa secara autentik. Dari sinilah konsep pariwisata berbasis masyarakat menemukan bentuk nyatanya.

Di tengah suasana desa yang asri itu, Pawon Purba hadir sebagai ruang perjumpaan antara rasa, tradisi, dan lanskap alam. Lebih dari sekadar tempat makan, Pawon Purba adalah representasi dapur tradisional Jawa yang dihidupkan kembali dalam konteks wisata kekinian.

Begitu memasuki area Pawon Purba, pengunjung langsung disambut bangunan berkonsep joglo dengan dominasi material kayu. Tata ruangnya sederhana namun hangat, mengingatkan pada pawon yaitu dapur tradisional di rumah-rumah Jawa tempo dulu. Dari tempat duduk pengunjung, hamparan sawah terasering dan siluet Gunung Api Purba menjadi latar alami yang menenangkan.

Suasana pedesaan yang tenang inilah yang membuat Pawon Purba kerap dipilih sebagai destinasi wisata keluarga. Anak-anak dapat bermain di ruang terbuka, orang tua menikmati hidangan, sementara seluruh anggota keluarga merasakan ritme hidup desa yang jauh dari hiruk-pikuk kota.

Nasi Tiwul dan Tempe Garit

Daya tarik utama Pawon Purba terletak pada menunya yang mengangkat kuliner khas Gunungkidul. Nasi tiwul, olahan ketela pohon yang dahulu menjadi pangan pokok masyarakat, menjadi sajian favorit. Teksturnya kenyal dengan rasa gurih alami, berpadu serasi dengan lauk sederhana seperti tempe garit, mendoan, dan sayur lodeh.

Kesederhanaan menu justru menjadi kekuatannya. Bahan-bahan yang digunakan berasal dari hasil pertanian lokal, diolah dengan resep turun-temurun. Cita rasa yang dihasilkan bukan sekadar soal lezat, tetapi juga menghadirkan memori kolektif tentang dapur desa dan kebersamaan.

Untuk melengkapi santapan, tersedia minuman tradisional seperti wedang uwuh dan beras kencur. Aroma rempah yang hangat dari wedang uwuh terasa pas dinikmati di udara sejuk Nglanggeran, sementara beras kencur memberi kesegaran setelah aktivitas menjelajah alam.
Harga makanan di Pawon Purba relatif terjangkau, menjadikannya inklusif bagi berbagai kalangan. Inilah salah satu prinsip penting pariwisata berkelanjutan yang diusung desa: manfaat ekonomi dapat dirasakan luas oleh masyarakat.

Yang membedakan Pawon Purba dari banyak tempat makan lainnya adalah pengalaman yang ditawarkan. Pengunjung dapat melihat langsung proses pengolahan makanan, dari dapur terbuka hingga penyajian. Interaksi dengan warga yang memasak menciptakan kedekatan emosional—makan tidak lagi menjadi aktivitas pasif, melainkan pengalaman budaya.

Selain bersantap, pengunjung dapat berfoto di berbagai sudut yang dirancang alami dan estetis, membeli oleh-oleh khas Gunungkidul, atau sekadar duduk menikmati suasana desa. Bagi sebagian wisatawan, momen-momen sederhana inilah yang justru paling berkesan.

Kunjungan ke Pawon Purba idealnya menjadi bagian dari perjalanan yang lebih luas di Desa Nglanggeran. Setelah menikmati kuliner, wisatawan dapat melanjutkan aktivitas trekking ringan, mengunjungi Embung Nglanggeran, telaga buatan seluas sekitar 0,34 hektar yang berfungsi sebagai penampung air sekaligus destinasi wisata favorit.

Embung ini menawarkan pemandangan indah, terutama saat matahari terbenam. Di sekitarnya terdapat area amphitheater alami yang kerap digunakan untuk pertunjukan seni dan acara budaya, seperti Geopark Night Specta. Perpaduan antara alam, seni, dan masyarakat lokal menciptakan pengalaman wisata yang holistik.

Tak jauh dari Nglanggeran, wisatawan juga dapat menyusuri sentra kerajinan topeng kayu di Bobung atau menikmati sajian ingkung ayam di Kampung Emas Plumbungan, kuliner tradisional yang biasanya disajikan dalam ritual dan perayaan khusus.

Nglanggeran juga kaya akan cerita rakyat yang hidup di tengah masyarakat. Konon, nama “Nglanggeran” berasal dari kata nglanggar, yang berarti melanggar. Legenda setempat menceritakan tentang hukuman bagi warga yang melanggar norma, yang kemudian dikutuk menjadi batu. Batu-batu besar di kawasan gunung dipercaya sebagai jejak kisah tersebut.
Cerita-cerita ini tidak hanya menambah daya tarik wisata, tetapi juga menjadi medium pewarisan nilai moral dan budaya kepada generasi muda. Di sinilah wisata bertemu dengan edukasi budaya.

Waktu terbaik untuk mengunjungi kawasan Nglanggeran adalah pada musim kemarau, antara bulan Mei hingga September, ketika cuaca cerah memudahkan aktivitas luar ruang dan pendakian. Meski demikian, pesona desa tetap terasa sepanjang tahun, terutama bagi mereka yang mencari ketenangan.

Bagi wisatawan yang ingin sejenak melambat, mendengarkan alam, dan merasakan kehangatan desa, Pawon Purba di kaki Gunung Api Purba Nglanggeran adalah destinasi yang layak disinggahi. Di sini, setiap suapan makanan membawa cerita, setiap pemandangan menyimpan sejarah, dan setiap interaksi menghadirkan makna perjalanan yang sesungguhnya.(ist/dya)
 

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.