30 December 2025

Get In Touch

Gelar Budaya Pusaka Brojo Wahni Nusantara, Ketua Komisi A DPRD Surabaya: Keris Identitas Kebangsaan

Ketua Komisi A DPRD Surabaya Yona Bagus Widyatmoko melihat keris di Gelar Pusaka Brojo Wahni.
Ketua Komisi A DPRD Surabaya Yona Bagus Widyatmoko melihat keris di Gelar Pusaka Brojo Wahni.

SURABAYA (Lentera) – Upaya pelestarian keris sebagai warisan budaya kembali mendapat perhatian, dengan digelarnya Budaya Pusaka Paguyuban Brojo Wahni Nusantara.

Ketua Komisi A DPRD Surabaya, Yona Bagus Widyatmoko atau yang akrab disapa Cak Yebe, mengapresiasi penyelenggaraan Gelar Budaya Pusaka Paguyuban Brojo Wahni Nusantara bertema “Warisan Nusantara Mercusuar Dunia” yang digelar di Soto Seger Joyoboyo, Jumat (19/12/2025).

Menurutnya, pameran keris ini bukan sekadar ajang memamerkan pusaka, tetapi menjadi ruang perjumpaan antara sejarah, identitas kebangsaan, dan generasi masa kini yang kian menjauh dari akar budayanya.

“Pameran keris yang diinisiasi Paguyuban Brojo Wahni ini patut diapresiasi sebagai bagian dari upaya pelestarian budaya. Keris bukan hanya benda pusaka, tetapi identitas dan bagian dari peradaban Nusantara,” ucap Cak Yebe usai melihat keris.

Dalam kesempatan tersebut, Cak Yebe juga meninjau langsung koleksi keris dari berbagai era dan wilayah, mulai dari kerajaan-kerajaan di Jawa dan Madura hingga luar Pulau Jawa seperti Nusa Tenggara Barat (NTB). Ia bahkan membeli lima bilah keris tua dari era Kerajaan Tuban, Mataram, Pajajaran, Kasepuhan dan Kanoman Cirebon, hingga masa Trunojoyo sebagai bentuk dukungan nyata terhadap pelestarian pusaka.

“Saya melihat langsung keris-keris lama dari berbagai kerajaan. Ini bukan semata soal koleksi, tetapi bagaimana kita merawat sejarah agar tetap hidup dan bisa dipelajari generasi berikutnya,” tuturnya.

Politisi dari Fraksi Gerindra ini menuturkan, pengakuan dunia internasional terhadap keris seharusnya menjadi pengingat kuat bagi bangsa Indonesia. Ia menyebut keris Indonesia telah diakui oleh UNESCO sebagai Masterpiece of the Oral and Intangible Heritage of Humanity pada 25 November 2005 dan masuk dalam Daftar Representatif Warisan Budaya Takbenda Kemanusiaan pada 4 November 2008.

“Pengakuan UNESCO itu menegaskan bahwa keris adalah simbol sejarah, sosial, dan spiritual bangsa. Tugas kita sekarang memastikan generasi muda tidak tercerabut dari nilai-nilai luhur tersebut,” tuturnya.

Menurutnya, ruang-ruang budaya seperti gelar pusaka ini perlu terus dihidupkan sebagai media edukasi yang kontekstual dan dekat dengan masyarakat. Ia berharap Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya melalui dinas terkait, khususnya Dinas Kebudayaan, Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata (Disbudporapar), dapat terus bersinergi dengan komunitas budaya.

“Kegiatan seperti ini sangat penting karena menjadi media pembelajaran yang hidup. Anak muda bisa belajar filosofi, seni, hingga teknologi yang terkandung dalam keris,” ujarnya.

Selain itu, Surabaya sebagai kota besar dengan sejarah panjang memiliki tanggung jawab menjaga dan merawat warisan budaya agar tetap relevan di tengah modernisasi. Kolaborasi antara komunitas budaya, pemerintah, dan masyarakat dinilainya menjadi kunci agar pusaka Nusantara tetap menjadi mercusuar budaya dunia.

“Kalau kita rawat bersama, budaya Nusantara tidak hanya lestari, tetapi juga membanggakan di mata dunia,” pungkasnya.

 

Reporter: Amanah/Editor: Ais

 

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.