Peringati Hari Ibu, Sosok Kendedes dan Spirit Kebaktian Garuda Diangkat di Candi Kidal-Museum Panji
MALANG (Lentera) - Spirit kebhaktian Garuda kepada ibunya, Dewi Winata, serta pemaknaan sosok Ken Dedes sebagai ibu peradaban Jawa diangkat dalam peringatan Hari Ibu 2025. Kegiatan ini digelar di Candi Kidal dan Museum Panji, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang, Minggu (21/12/2025).
Acara tersebut mengangkat tema "Garuda Amundhi Bunda Winata: Kebhaktian Putra kepada Uma dan Tokoh Ikonografis Pratnjaparamita, Ken Dedes Wanita Emas dari Panawijen."
"Peringatan Hari Ibu ini bertujuan meneguhkan kembali nilai penghormatan terhadap ibu dalam tradisi Jawa dan Nusantara, dengan menjadikan tinggalan budaya era Singhasari–Majapahit sebagai media pembelajaran sejarah, etika, dan spiritualitas kehidupan," ujar Arkeolog Malang, M. Dwi Cahyono, dikutip pada Senin (22/12/2025).
Cahyono juga memandu peserta mengelilingi Candi Kidal dengan berlawanan arah jarum jam. Dalam sesi ini, ia mengajak peserta membaca relief dan simbol-simbol sejarah yang terpahat di kaki candi.
"Nilai kebhaktian kepada ibu tercermin kuat dalam kisah wiracarita Mahabharata, khususnya melalui tokoh Garuda yang berjuang membebaskan ibunya, Dewi Winata, dari perbudakan," katanya.
Dia menjelaskan demi tujuan mulia tersebut, Garuda rela mempertaruhkan nyawanya untuk memperoleh Tirtha Amerta, hingga akhirnya mendapat restu dari Dewa Wisnu. Kisah ini, menurutnya, menjadi teladan universal tentang bhakti seorang anak kepada ibu.
Adegan kebhaktian Garuda tersebut diabadikan secara visual dalam relief cerita Garudeya pada kaki Candi Kidal. Salah satu panel menggambarkan Garuda menggendong Dewi Winata yang telah terbebas, disertai simbol ular sebagai representasi pihak yang sebelumnya menindas.
"Relief ini menunjukkan bahwa nilai etika, spiritualitas, dan penghormatan terhadap ibu telah lama tertanam kuat dalam narasi budaya Nusantara," ungkapnya.
Selain itu, Cahyono juga memaparkan kajian ikonografis Arca Pratnjaparamita. Dalam sejarah Jawa, menurutnya, Ken Dedes dikenal sebagai sosok perempuan utama yang berperan besar dalam lahirnya para raja besar Jawa.
Dari rahim Ken Dedes lahir garis keturunan penguasa yang membentuk fondasi politik dan peradaban Jawa, mulai dari Dinasti Singhasari hingga Majapahit. "Karena itu, Ken Dedes tidak hanya dipandang sebagai permaisuri, tetapi sebagai ibu peradaban, simbol kesuburan, legitimasi kekuasaan, dan keberlanjutan sejarah Nusantara," tegasnya.
Pemaknaan Ken Dedes sebagai figur ibu agung ini dinilai layak diposisikan sebagai ikon Hari Ibu di Malang, sebuah wilayah yang berada dalam lanskap sejarah Singhasari-Majapahit.
Melalui penguatan narasi budaya di ruang-ruang edukasi seperti Museum Panji dan situs cagar budaya, figur Ken Dedes diharapkan mampu menginspirasi perempuan dan ibu masa kini sebagai sumber nilai, kebijaksanaan, serta kekuatan generatif bagi keluarga dan masyarakat.
"Dalam tradisi Jawa, ibu diposisikan sebagai pepundhen. Penghormatan terhadap ibu tidak hanya bersifat sosial, tetapi juga spiritual, karena diyakini restu ibu memiliki kekuatan besar dalam kehidupan manusia," tuturnya.
Acara juga dipandu oleh Ki Demang dari Kampung Budaya Polowijen yang menghadirkan berbagai tarian tradisional Malang dan Jawa. Pada sesi terakhir, sekitar 30 remaja putri dan ibu-ibu turut menari bersama Tari Gambyong Mari Kangen di halaman Candi Kidal.
Melalui peringatan Hari Ibu di Candi Kidal ini, Ki Demang mengajak masyarakat memetik teladan luhur dari masa lalu dan merelevansikannya dengan kehidupan masa kini.
"Spirit kebhaktian Garuda diharapkan mampu menginspirasi generasi sekarang untuk menumbuhkan sikap hormat kepada ibu, keluarga, dan bangsa, sekaligus memperkuat kesadaran budaya sebagai fondasi moral dalam menghadapi tantangan zaman," pungkas Ki Demang. (*)
Reporter: Santi Wahyu
Editor : Lutfiyu Handi





