SURABAYA (Lentera)- Konferensi Cabang (Konfercab) Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Banyuwangi di satu ballroom hotel berbintang di Surabaya mendadak tegang dan diwarnai walk out pada Minggu (21/12/2025).
Aksi tersebut terjadi Ketika Pleno penutupan dan hendak mengumumkan susunan pengurus baru. Saat itu, satu per satu, perwakilan dari sejumlah Pengurus Anak Cabang (PAC) berdiri dan berjalan meninggalkan ruangan.
Pemicunya lantaran rekomendasi atau keputusan dari DPP PDIP dinilai melenceng dari nama-nama yang telah diusulkan oleh PAC se-Kabupaten, sebelum pelaksanaan konferensi.
Dalam keputusan DPP PDI Perjuangan yang dibacakan saat konfercab, terdapat tiga nama yang mendapatkan rekomendasi. Di antaranya, Ana Aniati sebagai Ketua DPC PDIP Banyuwangi, Ficky Septalinda sebagai Sekretaris, dan Desi Prakasiwi sebagai Bendahara.
Ana Aniati menggantikan I Made Cahyana Negara yang telah memimpin 11 tahun. Mistaye, seorang kader senior PDIP Banyuwangi, mengatakan bahwa I Made Cahyana Negara bukanlah ketua DPC biasa. Menurutnya, sejak 2014, pria yang karib disapa Made ini telah menjadi nahkoda PDIP di Banyuwangi. Di bawah komandonya, PDIP konsisten merajai perolehan kursi di DPRD Kabupaten Banyuwangi.
"Made adalah perekat. Dia paham bahwa politik di Banyuwangi tidak hanya tentang logistik partai, tapi juga tentang kultur, tentang rasa. Menggantikannya secara tiba-tiba bukan soal orangnya, tapi soal memutus mata rantai komunikasi dengan basis yang telah dibangun bertahun-tahun " ujar Mistaye.
"Jika keputusannya sudah dari sana, buat apa kita dimintai aspirasi?" protes Wahyu Nugroho, Sekretaris PAC Genteng, mewakili suara mayoritas yang kecewa, Minggu (21/12/2025).
Ana Aniati sebelumnya menjabat Wakabid Ekonomi Kreatif, Ekonomi Digital, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga. Dia juga dikenal sebagai aktivis kampus yang getol menyuarakan isu terkini, dengan jejaring organisasi seperti IPPNU, PMII, dan Muslimat NU. Ia juga pernah menjadi calon legislatif pada 2019.
"Kami butuh pemimpin yang sudah teruji mengelola konflik internal dan paham peta politik riil di 25 kecamatan, bukan sekadar piawai beretorika," tutur Bendahara PAC Srono, Slamet Santoso atau yang kerap disapa Mbah Geger.
Mbah Geger juga mengatakan aksi walk out dari arena konferensi cabang PDI Perjuangan Banyuwangi ini bukannya menolak rekomendasi DPP PDI Perjuangan. Namun kecewa karena ada mekanisme yang kurang bijak terkait penunjukkan nama ketua.
Dia mengatakan dari tiga nama dalam susunan KSB tersebut, hanya ada dua nama yang diusulkan oleh PAC dalam rapat penjaringan.
Untuk diketahui, rapat ini adalah salah satu tahapan awal sebelum Konfercab, pada September 2025 lalu. Adapun nama yang diusulkan yakni, Ficky Septalinda, dan Desi Prakasiwi.
"Rekomendasi (DPP PDIP) tidak sesuai dengan hasil penjaringan, jika keputusannya seperti ini buat apa minta usulan dari PAC maupun ranting," sebutnya melansir Rmoljatim.
Seharusnya, kata dia melanjutkan, DPP PDI Perjuangan mempertimbangkan nama dan sosok yang mampu membawa partai berlogo Banteng Moncong Putih sebagai pemenang Pemilu 2024. Bukan kader yang baru muncul dan berkiprah.
"Akan lebih bijak jika DPP PDI Perjuangan menghargai perjuangan sosok yang pernah memenangkan PDI Perjuangan di Pemilu dan track record di partai jelas," pungkas Mbah Geger. (*)
Editor : Lutfiyu Handi





