SURABAYA ( LENTERA ) - Talenan menjadi salah satu peralatan dapur yang wajib kita punya di rumah. Papan untuk memotong bahan-bahan ini memang tersedia dalam berbagai jenis bahan, namun salah satu yang paling populer digunakan andalan talenan kayu.
Dilansir website resmi IPB, Dosen Ilmu dan Teknologi Pangan IPB University, Harum Fadhilatunnur, STP, MSc, menjelaskan talenan kayu dan plastik dapat menyerap sisa makanan dan air sehingga menciptakan lingkungan lembap yang menjadi "rumah" ideal bagi mikroba patogen seperti kapang atau bakteri untuk berkembang.
“Jika mikroba patogen, misalnya Salmonella, E. coli, atau Listeria monocytogenes, tumbuh di talenan dan mencemari makanan, maka berisiko menimbulkan gangguan kesehatan, mulai dari yang sifatnya jangka pendek seperti diare maupun jangka panjang akibat akumulasi mikotoksin,” jelasnya.
Kendati demikian, menurut penelitian dua ahli mikrobiologi pangan, Dean O. Cliver dan Nicky Lin dari University of Wisconsin menemukan bahwa bakteri pada talenan kayu akan mati hanya dalam waktu 3 menit. Sementara, bakteri pada talenan plastik mampu bertahan hidup lebih lama dan bahkan dapat berkembang biak.
Dalam risetnya, kedua ahli ini menguji talenan kayu dan plastik dengan menempatkan bakteri Salmonella, Listeria, dan E. coli. Ketiganya adalah bakteri penyebab keracunan makanan yang umum ditemukan pada daging mentah, sayuran terkontaminasi, dan bahan makanan lainnya.
Hasilnya, bakteri-bakteri tersebut hanya dapat bertahan hidup tidak lebih dari tiga menit. Consumers' Association of Penang menjelaskan lebih lanjut, pada talenan kayu, terutama berbahan kayu maple memiliki struktur berpori yang menyerap bakteri di bawah permukaan, memutus akses bakteri terhadap oksigen dan kelembapan. Setelah terperangkap, bakteri mulai mati dengan cepat.
Sebaliknya, pada talenan plastik yang telah tergores pisau dapat memerangkap kelembapan dan sisa bahan makanan sehingga menciptakan tempat ideal untuk bakteri berkembang biak. Bahkan setelah dibersihkan, goresan pada talenan plastik dapat menjadi tempat bakteri bersembunyi, bertahan hidup, dan bahkan berkembang biak meskipun sudah dibersihkan menggunakan sabun dan spons.
Maka itu, Harum menyarankan, sebaiknya gunakan talenan berbahan stainless steel karena tidak menyerap air sehingga bebas lembap dan minim risiko kontaminasi silang akibat bakteri.
Selain itu, ia juga menyarankan sebaiknya peralatan dapur satu ini langsung dicuci dengan air sabun dan air panas, lalu dikeringkan. Proses sanitasi dengan disinfektan seperti klorin, juga dapat dilakukan secara berkala.
Kemudian, Harum juga mengatakan, “Penggunaan talenan perlu dibedakan antara talenan khusus bahan mentah seperti daging dan ikan, dan talenan khusus bahan matang atau siap saji seperti buah dan sayur, untuk mencegah kontaminasi silang. Kita bisa gunakan bentuk atau warna talenan yang berbeda untuk masing-masing talenan agar mudah mengingatnya,” imbuhnya.
Perlukah Direbus?
Talenan, sendok, mangkuk atau spatula kayu memang aman digunakan, tapi membersihkannya kadang jadi tantangan tersendiri. Ya, kayu memang mudah menyerap air, sehingga jika tidak dirawat dengan benar, bisa berjamur dan cepat rusak.
Mungkin kamu pernah mendengar untuk merebus peralatan dapur yang terbuat kayu agar lebih bersih. Katanya, cara ini bisa mengeluarkan kotoran dan sisa masakan yang menempel di serat kayu. Tapi, benarkah cara tersebut aman dilakukan?
Dikutip dari Better Homes & Gardens, merebus memang bisa membantu mengeluarkan kotoran dan bau menyengat dari peralatan kayu. Namun, jika dilakukan terlalu sering, air mendidih justru bisa merusak serat kayu, membuatnya melengkung, atau kehilangan minyak alaminya.
Oleh karena itu, metode merebus ini sebaiknya dilakukan hanya sesekali, misalnya sebulan sekali tergantung seberapa sering kamu menggunakan peralatan kayumu.
Merawat peralatan dapur berbahan kayu sebetulnya tidaklah sulit. Menurut Chris Holland, seorang pembuat furnitur yang dikutip dari The Guardian, kuncinya ada pada cara mencucinya, yaitu cukup gunakan sabun lembut dan air hangat, lalu cuci dengan tangan.
Selain itu, hindari juga menggosoknya dengan spons kasar atau pembersih abrasif karena bisa merusak permukaan kayu. Setelah dicuci, segera keringkan dengan lap bersih agar kayu tidak terlalu lama dalam keadaan lembap.
Ilustrasi mencuci peralatan dapur dari kayu.
Jika ingin hasil lebih maksimal, Jo Hadlow-Davies dari Edge Handcrafted Tables and Furniture juga menyarankan trik sederhana, yaitu menggosokkan sepotong lemon pada talenan yang dipakai untuk bawang atau bahan beraroma tajam. Cara ini efektif menghilangkan bau sebelum dicuci.
Selain itu, simpanlah peralatan kayu dengan benar. Talenan sebaiknya diletakkan berdiri di sisi panjangnya agar tidak melengkung, sementara sendok dan spatula bisa ditaruh tegak di wadah supaya cepat kering. Pastikan juga tidak ada bagian yang terendam air.
Cara Merawat Peralatan Kayu agar Lebih Awet
Peralatan kayu bisa terlihat kusam atau berbulu setelah lama dipakai, bahkan kadang serat kayunya bisa tersangkut di kain lap. Saat itu terjadi, atau sebelum sampai terjadi, oleskan perawatan untuk menutrisi dan melindungi kayu.
Pastikan minyak atau pelapis yang digunakan aman untuk makanan dan tidak mengubah rasa. "Anda bisa menggunakan minyak zaitun sesekali, tapi hanya untuk peralatan yang dipakai dan dicuci setiap hari,” kata Hadlow-Davies. Kalau tidak, kayu bisa menjadi tengik.
Tidak semua peralatan kayu bisa diselamatkan dengan perawatan. Jika sudah ada retakan, belahan, atau bentuknya melengkung parah, sebaiknya ganti dengan yang baru. Sebab, retakan bisa menyimpan kotoran dan bakteri yang sulit dibersihkan, sehingga berisiko bagi kesehatan.(wid,kum,ist/dya)




