22 April 2025

Get In Touch

Akhirnya Benteng Pertahanan Kami Jebol Juga…

Errol Jonathans, Direktur Utama Suara Surabaya Media dan Aini Kusuma, penyiar Radio Suara Surabaya (Rabu, 11/6/2020)
Errol Jonathans, Direktur Utama Suara Surabaya Media dan Aini Kusuma, penyiar Radio Suara Surabaya (Rabu, 11/6/2020)

Judul di atas saya ambil sesuaiaslinya. Dari suarasurabaya.net, situs pemberitaan milik Suara Surabaya Media –indukdari Radio Suara Surabaya. Berita tersebut dirilis hari Senin (7/9/2020) pukul17:44 WIB.

Berikut kutipan dari berita itu, yangditulis oleh tim redaksi ‘Kelana Kota’:

Ya, sejak 31 Agustus 2020 lalu, kamimelakukan rapid test dengan metode serologi secara acak pada kru kami. Darisana, diketahui ada hasil reaktif. Lalu pada 2 September 2020 kamimelanjutkannya dengan uji usap (swab) secara bergelombang sampai dengan tanggal4 September 2020 ke seluruh kru yang ada di Suara Surabaya Media. Dari hasiluji usap itu, diketahui ada 18 kru kami yang terpantau positif Covid-19.

Mengagetkan buat kami? Jelas. Kami telahmelakukan protokol keamanan yang ketat sejak Joko Widodo Presiden RImengumumkan kasus pertama Covid-19, awal Maret lalu. Banyak standar operasionalkami yang berubah. Ruang siar yang dulunya jadi satu dengan narasumber, sejakitu dipisah. Masuk ke dalam lingkungan Suara Surabaya Media pun diterapkanprotokol cuci tangan dan penggunaan masker. Standar Work from Home (WFH) jugadijalankan secara bergantian di unit-unit produksi yang memungkinkan.

Tapi fakta memang berkata lain. Kru yangterpapar Covid-19 di Suara Surabaya berasal dari Departemen Produksi. Sebagianbesar berasal dari Divisi New Media, yang menangani web www.suarasurabaya.net dansosial media. Sedangkan divisi on air, newsroom, reporter, dan departemen nonproduksi, dinyatakan negatif dari uji usap gelombang 2, 3, dan 4.

Dengan koordinasi bersama PemkotSurabaya ini, kami kemudian diarahkan menuju fasilitas penanganan yangkomprehensif. Sejak 6 September lalu, atas rekomendasi Pemkot Surabaya, 18 krukami dipindahkan ke Hotel Asrama Haji Surabaya. Di sana, penanganan kru kamidilakukan secara maksimal oleh Pemkot Surabaya. Sementara, tim Gugus TugasSuara Surabaya Media, masih bisa melakukan monitoring dan koordinasi secaraintensif.

Errol Jonathans CEO Suara Surabaya Mediamengatakan, perusahaan mengambil pilihan terbaik dalam penanganan masalah ini.“SDM adalah aset perusahaan yang tidak bisa dinilai atau digantikan denganapapun. Mereka mendapatkan pelayanan yang terbaik, bahkan sampai ke keluarganyakami data,” ujarnya.

Lepas dari maksimalnya penanganan perusahaandan Gugus Tugas Pemkot Surabaya, kami semua di Suara Surabaya Media adalahmanusia biasa. Yang juga memiliki rasa takut. Setiap hari kami mengolahinformasi dan menyampaikan berita, mengajak Anda berdiskusi tentang Covid-19.

Dan sekarang…kami merasakan apa yangmenjadi ketakutan para korban.

Tertangani dengan baik

Kisah beberapa kru SS yang terpapar Covid-19 itu sebenarnya sudah beredar sejak beberapa hari lalu. Informasi itu seliweran diantara komunitas Forum Diskusi Radio (FDR). Mereka saling bertanya lewat WhatsApp. Hanya sebatas itu. Tidak lebih jauh lagi. Lalu ditutup dengan salam: saling mendoakan kebaikan.

Hari Ahad sore(6/9/2020) saya ikutan galau dengan kasak-kusukitu. Mas Errol Jonathans, Mbak Aini Kusuma (penyiar), dan Mas Rudi (ManagerBusiness and Developmen) saya hubungi lewat WA.

Pertanyaansaya begini: “Ada kabar kru radio ternama. Terpapar Covid-19. Radio apa?”

Lama tak adajawaban –padahal status ponsel mereka ‘hidup’. Saya semakin cemas. Pukul 19:30wib, Mas Errol menjawab.

“SS, Fin.Yang dominan departemen News Media. SS net dan medsos. Onair aman. Karena ituSS masih bisa siaran rutin”. Lanjutnya, “Sejauh ini semua tertangani denganbaik. Seluruh kantor sudah swab. Hasilnya aman. Saya juga negatif”

Alhamdulillah.Saya lega. Tak lama kemudian, Mbak Aini dan Mas Rudi juga menjawab. Tidak detilseperti Mas Errol. Enggak masalah. Perasaanplong.

11 Juni 2020Radio Suara Surabaya memasuki tahun ke-37. Karena situasi pandemi mereka tidakmenggelar acara open house. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya.

ErrolJonathans, Direktur Utama Suara Surabaya Media -yang sudah jarang siaran, kaliini muncul berulang-ulang. “Dengan rendah, kami mohon maaf, Suara Surabayatidak menerima kunjungan tamu. Yang ingin mengucapkan selamat ulang tahunsilakan disampaikan lewat telepon, teks, gambar, dan video”.

Namun,celakanya, teman-teman Suara Surabaya (SS) mengundang saya untuk hadir sebagaipembicara tunggal. Sebenarnya bisa menggunakan teknologi kekinian. Tapi denganalasan macam-macam kru SS ‘menjebak’ saya untuk datang ke studio.

Pertimbanganmengundang saya, karena saya penulis buku “Suara Surabaya Bukan Radio”. Bukutersebut saya susun cukup lama. Dua tahun. Sekitar 433 halaman.

Salah satucuplikan tulisan, malam itu saya sampaikan tentang contoh sukses Radio SS. Doktrinatau kiat dasar enterpreneur, jadilah yang terbesar. Kalau tidak, jadilah yangpertama. Kalau tidak bisa juga, jadilah yang lebih berbeda.

Radio SS bukanhanya memiliki salah satu dari tiga doktrin itu. Tapi memiliki tiga-tiganya. SSyang terbesar dalam bisnis siaran radio. SS juga yang pertama di bidangradio-news-interaktif. SS pemecah persoalan hidup sehari-hari bagi masyarakatSurabaya dan semakin meluas. Dan radio SS bukan lagi menjadi yang berbeda. TapiSS lah, yang menciptakan perbedaan itu.

Adahikmahnya, sebelum program acara “Lazuardi” berlangsung saya bertemu Mas Errol.Kawan lama saya ketika sama-sama berkarir menjadi wartawan Pos Kota PerwakilanJawa Timur. Dia menunggui talk-show saya hingga selesai.

Dia sangatmengerti betul mengelola industri radio itu. Bersama Mas Tojo (SoetojoSoekomihardjo –wafat 25/11/2010 dalam usia 74 tahun), Mas Errol meletakkan radioswasta yang semula hanya mengudaran ‘pilihan pendengar’, menjadi radio berberita.

Mas Errol Jonathans, termasuk kru Suara Surabaya Media dan keluarga besarnya. Semoga terus sehat. Harus semangat! (Arifin BH)

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.