
AmerikaSerikat mengklaim tiga negara lain yakni Rusia, Iran, dan China telahmengirimkan mata-mata ke negara-negara Barat untuk mencuri informasi tentangpenelitian vaksin virus corona baru atau Covid-19.
Duapejabat telah mengetahui masalah ini, mengatakan kepada The New York Timesbahwa FBI telah memperingatkan University of North Carolina dalam beberapapekan terakhir tentang upaya peretasan yang ada.
Mata-matadari tiga negara itu menargetkan riset dari lembaga bioteknologi danuniversitas di Amerika Serikat untuk mencuri data vaksin virus corona baru.Pejabat AS mengklaim peretas China mencoba mencuri informasi dari University ofNorth Carolina dan sekolah lain yang berfokus pada penelitian Covid-19.
Dilansirdari Express UK, Selasa (8/9/2020) para pejabat intelijenmengatakan bahwa mereka mengetahui upaya China untuk mencuri data pada awalFebruari, dengan peretasan menggunakan informasi dari WHO untuk memandu upayamata-mata di negaranya.
Paraperetas yang dilaporkan berasal dari China itu mencoba masuk ke jaringankomputer departemen epidemiologi universitas, tetapi tidak berhasil menyusup kedalam jaringan. Dokumen pengadilan AS juga mengungkapkan bahwa China melakukanbanyak serangan pada sejumlah kasus lain.
Selaindi lingkup kampus, mereka menuduh dua peretas China memburu informasi vaksindan penelitian dari perusahaan bioteknologi AS lainnya yang saat ini sedangmelakukan penelitian dan melakukan pengembangan vaksin virus corona.
Sementaraitu, Iran dan Rusia juga menggunakan mata-mata dalam upaya mendapatkan datadari lembaga yang ada di Kanada dan Inggris. Pada Juli lalu, pejabat AS,Inggris, dan Kanada mengatakan sebuah kelompok Rusia bernama Cozy Bearmelakukan data dari Oxford dan AstraZeneca.
BryanWare, Asisten Direktur Keamanan Siber Departemen Keamanan Dalam Negeri AmerikaSerikat mengatakan kepada The New York Times bahwa timnya berpacu dengan waktuuntuk menemukan kerentanan dan menambal sistem yang ada, sebelum dieksploitasioleh kelompok peretas.
John CDemers, Pejabat Departemen Kehakiman juga pada bulan lalu mengatakkan bahwaakan mengejutkan jika China tidak melakukan upaya mata-mata dan pencurianpenelitian biomedis paling berharga yang ada saat ini.
Parapejabat menyarankan intelijen NATO, yang biasanya prihatin dengan pergerakantank Rusia dan teroris lain untuk memperluas cakupan kerjanya pada upayakriminal mencuri data dari penelitian vaksin virus corona.
Namundemikian, masih belum ada perusahaan atau universitas yang mengungkapkan kasuspencurian data melalui peretasan publik oleh pihak manapun, yang informasinyadirilis secara resmi kepada masyarakat luas.
Perlombaanuntuk mendapatkan vaksin kian memanas di tengah kondisi pandemi yang terusberlangsung. Hingga kini, virus corona baru ini telah menginfeksi lebih dari 27juta orang dan menewaskan lebih dari 851.000 orang di seluruh dunia (Ist).