
Kediri - Mengusir hama tikus yang kerap merusak tanam padi petani tidak perlu lagi mengandalkan obat pabrikan. Dinas Pertanian dan Perkebunan (Dipertabun) Kabupaten Kediri sukses melakukan inovasi membuat racun tikus ramah lingkungan dari sekam padi.
Sahat Tua Pandjaitan, Kasi PerlindunganTanaman dan Pengamanan Pangan Dipertabun, mengatakan, inovasi baru ini dibuatdari limbah sekam padi yang tidak terpakai. Penggunaan dan pengaplikasian airsekam tersebut, petani dapat kembali panen dan produksi jagung kembali nomalpada 2 musim tanam ini serta mengurangi penggunaan pupuk kimia.
"Penggunaannya dengan cara merendam sekambeberapa hari, lalu diambil airnya untuk dimasukkan ke dalam liang tikus dan disekitar tanaman," katanya.
Diuraikan, berdasarkan hasil dari ujilaboratorium, air rendaman sekam tersebut mengandung unsur hara makro sekunderdengan kadar seperti Kandungan Ca (Calsium) 16,16 mg/L, Mg (Magnesium) 0,29mg/L, dan Sulfur (Belerang) 884,76 mg/kg. Selain mengandung unsur hara Mikroyaitu Ferro (Besi) 10,39 mg/L, dan Mn (Mangan) 89,69 mg/L dan tingkat kemasaman(Ph) 3,76.
Untuk diketahui, temuan ini merupakan yangpertama di Indonesia, memanfaatkan sekam sebagai racun untuk membunuh hamatikus yang sangat meresahkan.
"Kami juga sudah bekerjasama denganUniversitas Jember, pada bulan September 2020 dilakukan pengambilan sampeltanah untuk uji kandungan C-Organik hasil aplikasi asap cair sekam dan rendamansabut kelapa. Hasilnya juga bagus," katanya.
"Keberhasilan inovasi ini di wilayahKecamatan Gurah pada lahan kering. Kemudian Dipertabun bekerjasama dengan PPLdan POPT Kecamatan Semen pada, September 2020, melakukan gerakan pengendalianhama tikus menggunakan asap cair sekam, disertai pemasangan umpan beracunPetrocum 0,005 BB," terusnya.
Pengaplikasian, dosis yang digunakan 1 : 4,yaitu 220 ML asap cair sekam dan 880 ml rendaman sabut kelapa (sebagaikatalis)/ 14 liter air. Larutan disemprotkan pada liang-liang tikus sertadiikuti pemasangan umpan beracun berupa petrokum 0,005 BB.
"Dengan pengaplikasian ini diharapkantikus yang ada di liang akan terganggu pernafasannya karena kandungan belerang.Inovasi ini akan terus dilakukan dan dikembangkan sampai menemukan formulasiyang tepat, tidak hanya pada lahan kering tetapi bisa juga diaplikasikan padalahan basah," pungkasnya.
Sementara itu, menurut Omega Dwi Suprihanto, petugas PPL Kecamatan Semen, percobaan uji coba asap cair sekam ini sangat membantu para petani di wilayah binaannya, karena populasi tikus yang terus bertambah mengancam hasil pertanian terutama tanaman padi dan jagung.
"Dengan adanya uji coba sekam di wilayah kami, para petani merasa senang. Selain ramah lingkungan, bahan pembuatnya juga sangat melimpah di wilayah Kecamatan Semen," kata Omega. (gos/adv)