
MADIUN (Lenteratoday) - Pemuda asal Sogaten, Kec. Manguharjo, Kota Madiun menjadi produsen keripik pelepah pisang (debog). Roby Priya (23) mengatakan awal menjadi produsen kripik debog merupakan coba-coba. Bahkan sempat dia dianggap gila oleh tetangga tempatnya tinggal. Namun dia tidak ada pilihan lain setelah dipecat dari perusahaan tempat dia bekerja.
Roby mendapatkan ilmu tersebut setelah mengikuti pelatihan di Dinas Pertanian Bojonegoro selama 2 hari. Di Dinas Pertanian tersebut Roby diajari bagaimana mengolah debog pisang yang awalnya dianggap limbah menjadi makanan.
"Dulu saya dikira gila. Karena gedebog (pelepah pisang) itu saya bikin kripik," jelas Roby, Sabtu (07/11/2020).
Dia mengalami penolakan ketika berusaha memasarkan produk buatannya. Ketika mencoba dititipkan ke toko dan warung-warung, banyak yang menolak. Namun Roby tidak patah arang, dia menawarkan produknya melalui media sosial. Sekarang, dia kebanjiran pesanan dari luar negeri baik ke Hongkong dan Taiwan. Meski baru satu bulan menjadi produsen keripik debog pisang. Untuk omzetnya dia mampu mengantongi 30 Juta.
"Tapi nyatanya sekarang tersebar luas.
Sampai saat ini pemasaran mencakup luar negeri. Setiap hari pemasaran ke Madiun Caruban dan Ponorogo," imbuhnya.
Menurut pantauan reporter Lenteratoday. Pembuatan keripik pelepah pisang sangat mudah. Yakni debog pisang kepok di iris tipis dan diambil daging debognya. Setelah dipotong kecil-kecil, debog di rendam air garam kurang lebih 1 jam untuk menghilangkan getahnya. Usai direndam, debog ditiriskan dan digoreng menggunakan tepung bumbu.
Roby mengatakan tidak kesulitan untuk mencari bahan bakunya. Dia mengolah keripik debog tersebut menjadi 5 varian rasa. Yakni baberque, ori, keju, balado dan ayam bawang. Harga yang dia tawarkan berbeda-beda. Untuk ukuran 50 gram seharga Rp. 5 ribu, 100 gram seharga Rp. 10 ribu dan per kilogram dia jual Rp. 70 ribu. Dia berharap kedepannya masyarakat tidak asing lagi dengan keripik debog pisang. (Ger)