16 April 2025

Get In Touch

Menyoal Kelangkaan Tahu-Tempe, Jamhadi: Butuh Sinergisitas Wujudkan Swasembada

Menyoal Kelangkaan Tahu-Tempe, Jamhadi: Butuh Sinergisitas Wujudkan Swasembada

SURABAYA (Lenteratoday)- Tahu dan tempe menjadi barang langka yang sulit ditemui dalam beberapa hari terakhir, penyebabnya karena stok kedelai yang menipis serta harganya mahal. Hal ini karena Indonesia masih ketergantungan kedelai impor, kedelai lokal kontribusinya masih minim.

Di Jawa Timur (Jatim) kondisi serupa juga dihadapi.Menurut catatan, kebutuhan kedelai di Jatim 450. 000 ton, sedangkan suplai dari hasil produk pertanian hanya sekitar 302.000 ton. Sehingga kekurangan ditutupi oleh kedeleai impor.

“Sayangnya bila harga normal kedelai impor selama ini sekitar Rp 6.500 hingga Rp7.200 per kilogram, tiba-tiba naik hingga Rp 9.500 sampai Rp 10.000 per kilogram. Lebih ironis stok dipasaran juga kurang,” ujar DR Ir Jamhadi MBA, selaku Ketua Umum Yayasan Kedaulatan Pangan Nasional (YKPN ) Jatim, Senin (04/01/2021). Padahal, nilai tukar rupiah relatif terkendali dikisaran Rp 14.070/dollar AS.

Kelangkaan kedelai ini rupanya dipengaruhi situasi ekonomi global yang terkontraksi akibat pandemi.Tak hanya itu, stok kedelai dunia ternyata juga diborong Cina. Bila sebelumnya Cina hanya menyerap impor kedelai 15 juta ton, kini menjadi 30 juta ton.
Jamhadi pun menyampaikan beberapa solusi untuk mengatasi kondisi tersebut. Dari sisi masyarakat misalnya, diharapkan membiasakan diri dengan mengonsumsi makanan lain yang bisa menjadi subtitusi. “Sehingga bisa menurunkan demamnd kedelai, tapi gaya hidup sehat juga bisa terjaga,” katanya.

Selain itu, juga mendorong stakeholder lain dalam pentahelix A-B-C-G (Academic, Business, Community, Government) melakukan sinergi semua. “Akademisi bisa hadir dengan melibatkan hasil riset pertanian. Bibit unggul dan pola tanam bisa dibuatkan inovasi sehingga dengan lahan pertanian yang cenderung susut tetap bisa meningkatkan produktivitas.Ssehingga produksi kedelai petani banyak, walhasil harga akan turun dan lambat laun memungkinkn tanpa harus impor,” jelasnya.

Jamhadi juga berharap pemerintah menetapkan law enforcement dalam tata guna lahan pertanian dan tata ruang. Ini harus diarahkan untuk pembangunan dengan pola vertical development. “Dengan demikian kita bisa memenuhi kebutuhan kedelai secara swasembada tanpa menggantungkan impor yang tentu menghemat devisa. Itu solusi jangka panjangnya,” tutup Jamhadi.(ist)

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.