10 April 2025

Get In Touch

Jamhadi: SDM Unggul Kunci Hadapi Era Disrupsi & Ekonomi Kreatif

Jamhadi: SDM Unggul Kunci Hadapi Era Disrupsi & Ekonomi Kreatif

JAKARTA- Perubahan dunia kepada disrupsi digital tidak dapat dihindari. Tak hanya itu, generasi milenial juga dihadapkan pada Revolusi Industri 4.0 yang menuntut keterampilan bisnis dan cara kerja yang baru. Walhasil, pengembangan sumber daya manusia (SDM) agar sesuai dengan tuntutan zaman menjadi satu keharusan.

SDM yang kreatif dan memiliki keterampilan yang mendalamyang saat ini diperlukan untuk memastikan keberlanjutan daya saing tenaga kerjanasional. Pengetahuan dan keterampilan yang tertanam dalam individu Indonesiaadalah bibit unggul yang akan mendorong inovasi, produktivitas, dan pertumbuhanBangsa.

“Seperti dikutip dari Gerd Leonhard, ‘Futurist’, secara global era digitalisasi akan menghilangkan sekitar 1 – 1,5 miliar pekerjaan sepanjang tahun 2015-2025 karena digantikannya posisi manusia dengan mesin otomatis,” Ujar Dr.Ir. Jamhadi, MBA saat menjadi pembicara dalam Seminar Nasional dan Deklarasi Perkumpulan Doktor Indonesia Maju (PDIM) di Universitas Respati Kampus B, Jakarta Timur, Minggu (22/12).

Direktur Kadin Institute  ini mengatakan ancaman lain adalah diestimasi bila di masa depan, 65% murid sekolah dasar di dunia akan bekerja pada pekerjaan yang belum pernah ada di hari ini.”Saat ini saja anak-anak bercita-cita sebagai youtuber. Di era 70an hingga 90-an hal itu belum pernah terbayangkan,” katanya.

Meski demikian, di sisi lainkondisi ini menciptakan berbagai peluang baru. Era digitalisasi berpotensi akanmemberikan peningkatan net tenaga kerja hingga 2.1 juta pekerjaan barupada tahun 2025. Selain itu, terdapat potensi pengurangan emisi karbonkira-kira 26 miliar metrik ton dari tiga industri: elektronik (15,8 miliar),logistik (9,9 miliar) dan otomotif (540 miliar) dari tahun 2015-2025 (WorldEconomic Forum).

Bahkan, saatini beberapa jenis model bisnis dan pekerjaan di Indonesia sudah terkena dampakdari arus era digitalisasi. Toko konvensional yang ada sudah mulaitergantikan dengan model bisnis marketplace.Taksi atau Ojek Tradisionalposisinya sudah mulai tergeserkan dengan moda-moda berbasis online,” jelas CEO PT.Tata Bumi Raya ini.

Untuk memanfaatkan peluang itu sebaik mungkin, generasi saatini harus memiliki skill yang dibutuhkan industry masa depan. Salah satunya adalahComplex Problem Solving yaitu kemampuanuntuk memecahkan masalah yang asing dan belum diketahui solusinya di dalamdunia nyata.

Social Skill adalah kemampuanuntuk melakukan koordinasi, negosiasi, persuasi, mentoring, kepekaan dalam memberikan bantuan hingga emotional intelligence

“Ada juga yang disebut Process Skill yaitu kemampuan yangterdiri dari: active listening,logical thinking, dan monitoringself and the others,” tutur Co-founder Surabaya Creative City Forum (SCCF)tersebut.

System Skill juga tak kalah penting. Yaitu kemampuan untuk dapatmelakukan judgement dan keputusan dengan pertimbangan cost-benefit sertakemampuan untuk mengetahui bagaimana sebuah sistem dibuat dan dijalankan.

Melihat banyaknya kemampuan dan keahlian yang harusdipersiapkan generasi saat ini, Jamhadi mengatakan banyak Pekerjaan Rumah (PR)yang harus diselesaikan bersama-sama oleh pemerintah dan seluruh stakeholdernegeri ini.”Harus ada komitmen peningkataninvestasi di pengembangan digital skills,” tegas Dewan Pembina ISMI JawaTimur ini.

Selain itu juga selalu mencoba dan menerapkan prototypeteknologi terbaru, Learn by doing.Menggali bentuk kolaborasibaru bagi model sertifikasi atau pendidikan dalam ranah peningkatan digitalskill. Juga harus ada kolaborasi antara dunia industri, akademisi,dan masyarakat untuk mengidentifikasi permintaan dan ketersediaan skill bagiera digital di masa depan

“Menyusun kurikulum pendidikan yang telah memasukan materi terkait human-digital skills hingga pengembangan program vokasi menjadipenting,”lanjut Jamhadi.

Pengembangan programvokasi terdiri dari peningkatan kualitas SDM untuk menyiapkan kebutuhan kompetensi dalam menyongsong era industri 4.0dan ekonomi digital. Harus ada strategi perbaikan  pendidikan dan pelatihan vokasi antara lain:reformasi kelembagaan, pengembangan standar kompetensi, pembakuanmekanisme  pemagangan dan pendanaan.

“Salah satu tantangan yang harus ditaklukkan adalah menciptakan tenaga kerja berkualitas dan terampil yang dibutuhkan Indonesia. Dan ini salah satunya harus dihasilkan oleh Perguruan Tinggi yang bermutu,” tutup pria yang juga merupakan Ketua Umum Yayasan Kedaulatan Pangan Nusantara Wilayah Jawa Timur ini.(*)

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.