
PALANGKA RAYA (Lenteratoday) – Kepala Badan Pusat Statistik Kalimantan Tengah (Kalteng) Eko Marsoro, menyampaikan provinsi tersebut mengalami inflasi sebesar 0,35 persen pada 2020 lalu. Sementara laju inflasi tahunan mencapai 1,03 persen.
Kelompok transportasi dan makanan minuman (mamin) serta rokok menjadi pemicunya. Sementara dua kota Palangka Raya dan Sampit menjadi acuan inflasi di Provinsi Kalteng.
“Inflasi terjadi di Palangka Raya sebesar 0,47 persen, sedangkan untuk Sampit sebesar 0,17 persen di tahun 2020,” papar Eko, Senin (25/1/2021).
Eko menguraikan jika dilihat dari data inflasi secara Nasional, Palangka Raya menempati urutan ke-49 dan Kabupaten Sampit pada urutan ke-83.
Ia mengatakan bahwa inflasi sebesar 0,47 persen yang terjadi di Palangka Raya dipengaruhi oleh peningkatan Indeks Harga Konsumen (IHK) pada kelompok transportasi sebesar 2,31 persen, kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 0,71 persen. Selain itu dari kelompok pakaian dan alas kaki yaitu 0,40 persen.
Untuk Kabupaten Sampit, Eko mengatakan, inflasi sebesar 0,17 persen. Berasal dari peningkatan IHK dari kelompok transportasi sebesar 0,50 persen. Sedangkan dari kelompok makanan, minuman dan tembakau menunjukkan angka 0,30 persen.
Lebih jauh Eko menambahkan dari pantauan IHK di 90 kota secara nasional, di tahun 2020 yang lalu menunjukkan bahwa 87 kota yang mengalami inflasi, sementara deflasi hanya terjadi di 3 kota, yaitu di Luwuk, Ambon dan Timika.
Namun untuk wilayah Kalimantan secara umum, hasil pantauan terhadap 12 kota di wilayahnya menunjukkan semua kota sudah mengalami inflasi.
Tapi angka ini menurut Eko belum terlalu mengkhawatirkan, masih bisa ditanggulangi Pemerintah Pusat melalui Kementerian Perekomian.
“Inflasi tertinggi terjadi di Sintang sebesar 0,98 persen, yang diikuti oleh Banjarmasin sebesar 0,83 persen. Sementara itu inflasi terendah berada di Tanjung Selor yakni sebesar 0,05 persen,” tutup Eko.(nov)