
Rasa kaget, heran, lalu berubah menjadi rasa prihatin. Tiga “rasa” itu mewarnai pergantian tahun dari 2019 ke tahun 2020. Curah hujan -meskipun sudah dipridiksi sebelumnya, tiba-tiba membikin panik banyak pihak.
Hujan mengguyur kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Yang membuat kaget, curahnya dari semula sedang-sedang saja, mendadak tinggi. Akibatnya, terjadi banjir di sejumlah wilayah.
Hari Rabu (1/1/2020) sekitar pukul 06.00 WIB saya akan ke Surabaya lewat Bandara Soekarno Hatta. Tarif taksi online dari Ciputat -kediaman anak saya, ke bandara Rp 425 ribu. Biasanya antara Rp150 ribu hingga Rp 200 ribu.
Pilihan beralih ke ke taksi konvensional. Beberapa nomor yang dihubungi, satu pun tidak terangkat. “Pasti sedang sibuk,” pikir saya. Alternatif lain, pergi ke halte Bis Damri yang melayani angkutan ke bandara. Pool ini tempatnya di Lebakbulus, dekat Stasiun MRT.
Keluar dari kediaman, taksi online yang saya pesan membuka obrolan. Katanya, air hujan mulai menggenangi beberapa wilayah. Masih sebatas genangan. Belum keluar kata “banjir”.
Pukul 07.00 WIB saya sudah di atas Bis Damri. Total ada 7 orang penumpang. Di luar hujan turun sangat deras. Pangkalan Bis Damri ini persis di bawah jalur lewatan kereta MRT. Saya melihat ke atas, biasanya kelihatan rel kereta memanjang ke Selatan. Kali ini hanya seperti bayangan.
Jarak pandang sangat terbatas. Beberapa kejadian di sepanjang jalan antara Ciputat-Pool Damri-sampai Bandara Soetta saya abadikan.
Dalam perjalanan menuju bandara, informasi banjir mulai muncul. Heboh banget. Di ponsel saya lihat ada rumah tenggelam. Ada kendaraan terseret arus. Mobil mewah pula. Dan, ada artis itu tuh….viral ‘kan?
Pemerintah Harus Hadir
Sepekan lalu (Rabu, 23/12/2019) LenteraToday menurunkan tulisan berjudul, “Darurat Bencana Hidrometeorologi.”
Menjelang libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) masyarakat diminta waspada bencana. Namanya: Hidrometeorologi. Ini akibat cuaca ekstrem. Bahkan, Jawa Timur telah menetapkan kondisi darurat hingga 150 hari ke depan atau pada 5 bulan pertama 2020.
Masa peralihan musim mewarnai sejumlah daerah selama Natal dan Tahun Baru ini. Masyarakat yang berlibur diimbau mewaspadai ancaman bencana hidrometeorologi seperti angin kencang, petir, hujan lebat, dan gelombang tinggi.
Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), dari 342 zona musim di Indonesia, sekitar 40 persen zona telah memasuki musim hujan. Sebaran hujan diprediksi merata pada akhir Desember hingga awal 2020.
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menetapkan status siaga darurat bencana hidrometeorologi untuk wilayah yang dipimpinnya selama 150 hari. Bencana hidrometeorologi adalah bencana alam yang terjadi sebagai dampak dari fenomena meteorologi seperti angin kencang hujan lebat, dan gelombang tinggi.
Gubernur Jatim telah menetapkan Status Siaga Darurat Bencana Hidrometeorologi di Jawa Timur lewat SK No 188/650/KPTS/013/2019 tertanggal 16 Desember 2019. Waktu siaga darurat ditetapkan selam 150 hari sejak ditandatangani dan berlakunya SK Gubernur untuk seluruh 37 Kabupaten/Kota di Jatim.
Datangnya fenomena hidrologi sebenarnya dapat diperkirakan. Karena datangnya bersamaan dengan tibanya musim hujan.
Karena itu, pemerintah daerah -terutama tingkat provinsi-kabupaten-kota, harus mewaspadai kemungkinan-kemungkinan ekstrem. Seperti dampak banjir dan longsor.
Pemerintah Daerah, dalam hal ini Pemprov Jawa Timur berhasil membangun sistem peringatan dini bagi masyarakat. Sekaligus menyiapkan langkah untuk membantu korban, apabila bencana tidak bisa dihindari.
Peringatan seperti itu penting. Bahkan sangat diperlukan. Setidaknya masyarakat bisa tahu, sehingga lebih waspada. Bahwa kemudian datangnya hujan mendadak, itu soal lain.
Pemerintah membantu korban bencana memang wajar. Sudah menjadi tugas mereka. Tetapi pemberitahuan dini terkait adanya bencana, itu membuktikan bahwa pemerintah hadir.
Salam [ABH]