20 April 2025

Get In Touch

Pasca Longsor Nganjuk, BPBD Kabupaten Kediri Wasapadai Lereng Wilis dan Kelud

Salah satu kawasan rawan longsor di Kabupaten Kediri.
Salah satu kawasan rawan longsor di Kabupaten Kediri.

KEDIRI (Lenteratoday) -Bencana longsor yang terjadi di Nganjuk yang menelan korban belasan orang tewas tertimbun, menjadi kewaspadaan tersendiri bagi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kediri. Kewaspadaan itu dilakukan mengingat geografi wilayah Kabupaten Nganjuk dengan Kediri tidak jauh berbeda.

Plt Ketua Pelaksana (Kalaksa) BPBD Kabupaten Kediri, Slamet Turmudi, menjelaskan, pihaknya jauh sebelum memasuki musim hujan, telah memetakan desa rawan bencana. Mengingat Kabupaten Kediri rawan bencana alam hidrometeorologi. Yakni, bencana tanah longsor, banjir, dan puting beliung.

Ditambahkan, BPBD jauh jauh hari menjelang memasuki musim hujan telah melakukan edukasi kepada masyarakat di desa-desa rawan bencana. Serta Menjalin dinergisitas dengan semua stakeholder (pemangku kepentingan).

“Kami pahami botensi bencana seperti Nganjuk itu bisa terjadi di Kabupaten Kediri, BPBD sudah mengambil langkah-langkah persiapan, mulai rapat koordinasi dengan stakeholder terkait kebencanaan, instansi terkait dan relawan. Dan, melakukan apel kesiapsiagaan, pada akhir 2020 lalu,” tandas Slamet Turmudi.

Apel kesiapsiagaan melibatkan instansi terkait untuk melihat kesiapan personel dan peralatan, seprti; gergaji mesin pemotong pohon dan perahu.  Bahkan, juga melakukan latihan penanggulan bencana hingga tingkat desa.

Ditambahkan, yang tak kalah penting adalah penyiapan sarana dan prasarana (sarpras) penanggulangan bencana. Teknis penanganan bencana, BPBD juga sudah menyiapkan Unit Reaksi Cepat (URC) yang beranggotakan 15 personel yang di-back up Tim Siaga Bencana Desa (TSBD) yang masuk dalam peta rawan bencana.

Bencana skala kecil cukup ditangani Tim URC dan TSBD, jika tidak mampu akan dikerah tim lebih lengkap yang terdiri dari instansi terkait dengan dibantu TNI dan Polri. “Intinya kami akan secepat mungkin menangani bencana yang terjadi,” ujar Slamet Turmudi.

Ditambahkan, pihaknya juga sudah memetakan daerah daerah rawan bencana di saat musim hujan tiba. Tanah longsor di daerah

Lereng Gunung Wilis:

Kecamatan Mojo: Desa Pamongan, Blimbing, Jugo, Surat dan sekitarnya

Kecamatan Semen : Desa Pagung

Kecamatan Banyakan : Desa Parang

Kecamatan Grogol:  Desa Kalipang

Kecamatan Tarokan : Desa Tarokan, Bulusari

Lereng Gunung Kelud:

Kecamatan kepung ; Desa Besowo

Kecamatan puncu : Desa Puncu

Kecamatan kandangan : Desa Medowo

Soal anggaran penanganan bencana, Slamet Turmudi secara tegas menyatakan tidak perlu khawatir. Pasalnya selain alokasi dana di BPBD, dana penanganan bencana juga tersebar di SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) yang secara teknis juga menangani kebencanaan, seprti; PU, Diana Sosial (Dinsos) dan Dinas Kesehatan (Dinkes).

“Kalau di BPBD sendiri dialokasikan Rp 6 miliar, tapi di SKPD-SKPD yang juga terlibat penanganan kebencanaan, juga memiliki anggaran. Misal Dinsos untuk pendirian dapur umum, sdang Dinkes, penanganan kesehatan bagi warga yang terkena bencana,” ujar Slamet Turmudi.

Ditambahkan; prinsip penanganan bencana oleh BPBD adalah 3 fungsi; Pencegahan, Penangggulan dan Rehabilitasi serta konstruksi. Ketiga fungsi itu adalah penanganan tuntas setiap bencana, mulai sebelum, saat kejadian dan pasca kejadian.

“Namun jika bencana dan korban bencana berskala besar akan melibatkan pemerintah pusat. Misal relokasi rumah penduduk dengan jumlah banyak dan wialayah yang luas. Tentu kami pasti minta bantuan pemerintah pusat untuk merelokasinya,” imbuh Slamet Turmudi. (gos/adv)

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.