
JEMBER (Lenteratoday) - Universitas Jember (Unej) melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) membeberkan sejumlah data statistik Jember yang menunjukkan kondisi Kabupaten Jember yang memerlukan pembenahan. Data statistik itu meliputi kondisi indeks pembangunan manusia (IPM), kondisi ekonomi, pendidikan hingga gizi buruk.
Unej juga telah menyiapkan Konsepsi Pemikiran Pembangunan Jember ke depan bersama Pemerintah Kabupaten Jember yang kini dipimpin Bupati Hendy Siswanto. Konsepsi yang merupakan kajian akademik ini guna mengakselerasikan pembangunan di Jember ini disampaikan oleh Ketua LP2M Universitas Jember, Prof. Achmad Subagio, saat menjadi salah satu pemateri dalam kegiatan dialog publik bertema “Wayahe Jember Bangkit” di Gedung DPRD Jember, Kamis (4/3/2021). Dialog publik ini menghadirkan Bupati Jember, Hendy Siswanto dan Ketua DPRD Jember, M. Itqon Syauqi sebagai pembicara. Kegiatan yang merupakan kerjasama antara LP2M Universitas Jember dan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jember yang bertujuan menjalin sinergi di antara para pemangku kepentingan di Jember.
Menurut Ketua LP2M Universitas Jember, Prof. Achmad Subagio, ada banyak pekerjaan rumah (PR) bagi bupati dalam membangun Jember. Di antaranya PR bidang pembangunan sumber daya manusia yang ditunjukkan dengan data statistik angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jember yang masih di angka 67,11. Angka tersebut di bawah IPM Situbondo yang ada di 67,38. Di bidang kesehatan, Jember menempati posisi pertama angka kematian ibu, dan angka kematian bayi di Jember di Jawa Timur. Sementara di bidang ekonomi, laju pertumbuhan ekonomi Jember di tahun 2020 berkontraksi minus 2,98 persen gegara pandemi Covid-19. Angka pengangguran sebanyak 3,80 persen dan jumlah penduduk miskin mencapai 9,25 persen.
“Angka IPM rendah menunjukkan ada masalah di sektor harapan hidup, pendidikan dan kesejahteraan warga Jember. Misalnya saja dari data yang dikaji LP2M Universitas Jember, rata-rata harapan lama sekolah warga Jember hanya 6,84 tahun. Artinya rata-rata pendidikan warga Jember adalah lulusan sekolah dasar. Dari data ini perlu dicari penyebabnya, apakah warga Jember yang enggan meneruskan sekolah karena memang tidak ingin sekolah, atau justru tidak bisa sekolah karena tidak memiliki biaya,” jelas Prof Achmad Subagio.
Oleh karena itu, LP2M Universitas Jember telah menyiapkan Konsepsi Pemikiran Pembangunan Jember tahun 2021-2026 sebagai sumbangan pemikiran dalam mendorong akselerasi pembangunan Jember. Di antaranya usulan agar Pemkab Jember menggenjot investasi di industri pengolahan hasil pertanian yang mampu mendorong petani mengolah hasil panennya dan tidak lagi menjual hasil dalam bentuk produk mentah. Juga dengan menjalin kerjasama yang lebih erat lagi dengan kalangan PTN dan PTS di Jember.
“Selain terkait potensi SDM-nya, adanya PTN dan PTS di Jember turut menggerakkan roda perekonomian Jember sebab banyak mahasiswanya berasal dari luar kota Jember,” kata Prof. Achmad Subagio. Guru besar di Fakultas Teknologi Pertanian ini juga menambahkan, kegiatan dialog publik ini diharapkan menjadi media bagi warga Jember dalam membahas berbagai permasalahan yang tengah terjadi, sekaligus menyerap masukan dari berbagai pemangku kepentingan yang ada.
Sementara itu Bupati Jember, Hendy Siswanto menyambut baik dialog publik yang digagas LP2M Universitas Jember bersama PWI Jember. Menurutnya, Pemkab Jember saat ini tak segan belajar bersama dengan semua pihak agar rencana yang sudah disusun dapat terlaksana. “Pemkab Jember harus menyelesaikan banyak hal, diantaranya dalam waku dekat ini menetapkan APBD Jember bersama DPRD, pembenahan infrastruktur, penanganan masalah kesehatan dan membenahi birokrasi. Tentu saja kami membutuhkan masukan dan dukungan semua pihak termasuk dunia perguruan tinggi seperti Universitas Jember. Sebab untuk membangun Jember membutuhkan sinergi, kolaborasi dan akselerasi,” ujar Bupati Jember Hendy Siswanto. (mok)