
MALANG (Lenteratoday) - Pemprov Jawa Timur telah menyiapkan BUMD Farmasi supaya ketersediaan kebutuhan pokok di rumah sakit mampu terpenuhi dan terstandar. Rencananya, pabrik alat kesehatan ini akan dibangun di Kabupaten Nganjuk.
"Apa yang ini saya sampaikan yaitu bikin pabrik alkes di Nganjuk dan ini belum ada di Indonesia dan itu sangat dimungkinkan dengan peta kesehatan di Nganjuk," kata Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa saat peresmian unit baru Hemodialisa dan peninjauan fasilitas baru di Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Malang, Rabu (28/4/2021).
Khofifah menandaskan, BUMD farmasi ini dilakukan setelah mendapatkan pengalaman dalam penanganan Covid-19. Dimana, untuk pemenuhan alat kesehatan dalam penanganan Covid-19 sempat mengalami kesulitan karena kelangkaan barang akibat banyaknya permintaan. Dampak lain adalah harga yang melonjak.
"Misalkan masker pada bulan Maret lalu. Saya keliling pabrik namun semua banyak permintaan, daerah tetangga juga membutuhkan. Sampai kemudian APD dan dimana saya sampai pabrik konveksi diminta untuk menkonversi produknya tidak membuat produk biasa tapi jahit APD," tandasnya.
Bahkan, lanjut Khofifah, pabrik tersebut tidak memperhitungkan harga dan dijadikan sebagai CRS perusahaan. Namun, dia meminta pada pemprov untuk menyediakan bahan bakunya. "Akhirnya kita dapat suplay yang unlimited dan dari situ langsung ke pabrik," katanya.
Dalam kesempatan itu, Gubernur Khofifah juga menceritakan betapa susahnya mendapatkan reagen pada awal awal pandemi Covid-19. Bahkan sempat pesan 5.000 unit dari Korea Selatan dan itupun satu bulan datang.
Dia juga menyampaikan perlunya peningkatan dalam dunia medis. Jika saat ini sudah melakukan kerja keras dan profesional. Namun, orang-orang di luar sudah kerja keras dan profesional sambil berlari. "Ketika kita bekerja keras dan profesional sambil berlari, mereka sudah sambil melompat, dan seterusnya," katanya.
Artinya, lanjut Khofifah, teknologi kesehatan harus banyak melompat. Untuk itu, hari ini yang dibutuhkan adalah kerja keras profesional dan dengan Artificial Intelegent. "Jika itu menyatu dengan layanan medik saat ini, maka kita bisa melompat lagi," tandasnya.

Saat ini pemerintah juga telah menyiapkan anggaran Rp 430 triliun untuk berbagai inovasi. Dari anggaran tersebut memungkinkan inovasi mendapatkan ruang untuk diproduksi secara massal tidak hanya sebatas penelitian. Dengan demikian tentunya harganya bisa lebih murah dan pelayanan kesehatan lebih bagus.
Dengan anggaran tersebut, pemerintah juga akan memberikan royalti 25% bagi para penemu dalam berbagai inovasi. Baik itu dalam bidang farmasi, pertanian maupum bidang lainnya.
Untuk diketahui, Pemprov Jatim telah merencanakan pembentukan BUMD bidang farmasi dan diberi nama PT Jatim Farma Utama. Bahkan pada 2018 lalu, Pemprov Jatim sudah berencana menyiapkan modal Rp 50 Miliar untuk pendirian awal dari total modal yang butuhkan Rp 200 miliar.
Sementara itu, Direktur RSSA Malang, dr Kohar menyampaikan bahwa saat ini jumlah pelayanan Hemodialisa di RSSA sudah mencapai 102. "Ada penambahan baru 45 unit, ditambah dengan sebelumnya saat ini total 102 unit," tandasnya.
Penambahan alat hemodialisa ini sebagai upaya untuk meningkatkan pelayanan. Pasalnya jumlah permintaan untuk cuci darah setiap hari mencapai ratusan. Dengan jumlah permintaan itu, pelayanan bisa sampai malam hari. (ufi)