
SURABAYA (Lenteratoday) - Ketua Umum Asosiasi Pelaku Pariwisata Indonesia (ASPPI) Safor Madianto, mengungkapkan, selama satu tahun aktivitas di dunia wisata sangat minim sekali. Sejumlah agen perjalanan juga mengalami kesulitan. Mereka mengharapkan rombongan wisatawan meskipun saat ini tengah kesusahan lantaran munculnya pesanan via online.
"Mereka ini cenderung jarang memakai travel agent sekarang. Sehingga bisa memesan sendiri lewat online. Kalau perhotelan bisa terbantu dengan adanya orang orang lokal, yang memanfaatkan bersama keluarga, di hotel, kalau teman teman agen travel yang paling menderita, mungkin bisa dikerjakan mencari pekerja lain," ujarnya, Kamis (20/5/2021).
"Pastinya kami siap menerapkan protokol kesehatan dengan ketat. Agar tidak muncul klaster klaster penularan baru. Dengan kondisi yang sepi, kami juga belum menerima laporan di masing masing daerah, kami melihat orang lebih ke mall. Yang kami harapkan lonjakan, tapi harus perketat protokol kesehatan," tegasnya.
Kalau bicara masalah pandemi, lanjut Safor, bukan hanya Indonesia yang merasakan salah satu dampaknya. Yang paling memukul adalah bidang tour dan travel. Menurutnya, ini sedikit unik karena bidang tersebut identik dengan pergerakan manusia. Membawa seseorang dari satu destinasi ke destinasi lain.
"Sedangkan Covid ini membatasi gerak, lah ini menjadi masalah antara pariwisata dan Covid. disisi lain pariwisata ini menggerakan orang namun Covid membatasi gerak. kalau bicara pariwisata, Covidnya harus diselesaikan terlebih dahulu, baru nanti bicara pergerakan pariwisata ini," ucapnya.
Safor menambahkan,tentunya pemerintah sudah menjalankan protokol kesehatan, inisiasi yang sudah dijalankan diharapkan bisa dipatuhi semua masyarakat. Apa yg sudah pemerintah canangkan, untuk gerakan pemulihan bisa lakukan kampanye protokol kesehatan.
"Karena ini tanggung jawab semua, ini harus dilakukan terus menerus. Jangan sampai ketika kasus baru tinggi lalu dibentuk tim pengawasan di lapangan. Stimulus adalah contoh nyatanya dampak ekonomi. Harapan kami kedepan misalnya ada pertemuan dari dinas untuk memberikan teman tour dan travel yang mengurus," kata Safor.
"Biasanya mereka cari hotel sendiri , sebenarnya ini stimulus yang bisa lakukan. misal ada tamu dinas datang, kalau bisa jangan diterima di kantor, bisa terima di desa wisata, di hotel, biar nanti ekonomi bergerak. Kalau kunjungan dinas biasanya ada presentasi produk, kalau bisa promosi itu terus dilakukan. posting di media untuk perkenalan produk terus dilakukan, terakhir ada aksesibilitas. akses pelabuhan, bandara harus dibuka, tentunya dengan prokkes," tuntasnya. (Ard)